74
2. Mohammad Hatta
Selain dari mengenai agama dan negara, ada lagi pemikiran Hatta tentang keadilan sosial. Hatta mencoba untuk mencetuskan idenya tentang koperasi. Ia
mendapat pengalaman berharga dari masa studinya tentang permasalahan ekonomi di tiga negara, yaitu: Jerman, Inggris, dan Swedia. Dalam konsep koperasi , Hatta
menekankan pembagian hasil bersama. Artinya, secara tidak langsung Hatta menolak adanya praktek-praktek Kapitalisme, penumpukan modal yang memunculkan
konglomerasi. Hal ini dilakukan karena negara harus mampu menjamin kesejahteraan warga negara.
71
Hatta memberi kesaksian dalam surat wasiatnya kepada Guntur Sukarno Putra bahwa salah seorang dari BPUPKI yang menjawab pertanyaan itu adalah Soekarno,
yang berjudul Pancasila, lima sila, yang lamanya kira-kira satu jam. “Dekat pada akhir bulan Mei 1945 dr. Radjiman, ketua Panitia
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia, membuka sidang Panitia itu dengan mengemukakan pertanyaan kepada
rapat: “Negara Indonesia Merdeka yang akan kita bangun itu, apa dasarnya?
” Kebanyakan anggota tidak mau menjawab pertanyaan itu, karena takut pertanyaan itu akan menimbulkan
persoalan filosofi yang akan berpanjang-panjang. Mereka langsung membicarakan soal Undang-undang Dasar. Salah
seorang dari pada anggota menjawab pertanyaan itu ialah Bung Karno, yang mengucapkan pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945,
yang berjudul Pancasila, lima sila, yang lamanya kira-kira satu jam. Pidato itu menarik perhatian anggota Panitia dan disambut
dengan tepuk tangan yang riuh. Sesudah itu sidang mengangkat
menyerukan persatuan nasional termasuk Islam di dalamnya untuk menjadi bagian totalitas Indonesia Merdeka yang dipersatukan. Suka
rno menuliskan tulisannya “Nasionalis, Islam dan Marxis” di tahun 1926 karena keadaan yang memungkinkan lahirnya perpecahan di antara kekuatan-kekuatan pergerakan
pada waktu itu. Hasil analisisnya terhadap pergerakan-pergerakan pada saat itu yaitu pada tiga kekuatan ini. Tiga kekuatan ini harus bersatu dengan orientasi yang sama, saling menyokong dan mengisi.
Kebangkitan kesadaran nasional dan adanya suatu usaha yang mampu memimpinnya merupakan dasar dari kekuatan rakyat.
71
Rikard Bangun, Bung..., 244.
75
suatu Panitia kecil untuk merumuskan kembali Pancasila yang diucapkan Bung Karno itu.
”
72
Pada lain kesempatan, dalam rangka kontroversi penggali Pancasila, Hatta menulis surat kepada Solichin Salam, seorang penulis buku otobiografi, dengan nada
ekstrem yang isinya sangkalan terhadap Yamin sebagai salah satu penggali Pancasila. Hatta menegaskan bahwa dalam pidato Yamin tanggal 29 Mei 1945 itu tidak ada
tercantum ide Pancasila. Ide itu hanya ada pada pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 yang diterima suara
bulat oleh sidang BPUPKI. Memang pada saat Soekarno berpidato, Hatta sedang tidak ada dalam ruang sidang karena ia dalam perjalanan ke Kalimantan. Hatta membaca
pidato Soekarno setelah kembali dan tidak ada baginya hubungan antara pidato Soekarno dan pidato Yamin. Di sinilah terletak rahasianya. Setelah sidang itu,
dibentuk Panitia Kecil dan dari panitia itu dibentuk Panitia Sembilan. Rapat panitia ini dimulai kira-kira pertengahan Juni.
73
Kontroversi ini pun dilanjutkan dengan kesaksian Hatta sendiri yang mengatakan bahwa usai diskusi tentang perumusan kembali Pancasila, Sukarno
meminta Yamin untuk membuat suatu Rancangan Pembukaan UUD yang di dalamnya teks Pancasila. Preambule itu dibuat terlalu panjang oleh Yamin sehingga Panitia
Sembilan menolaknya. Lalu bersama-sama Yamin, Panitia Sembilan membuat teks yang lebih pendek, seperti yang terdapat sekarang pada UUD Republik Indonesia.
72
Mohammad Hatta, “Wasiat Bung Hatta Kepada Guntur” dalam Frances S. Adeney dan John Titaley eds., Social Theory: A Course Reader Salatiga: Program Pasca Sarjana Agama dan Masyarakat
Universitas Kristen Satya Wacana, Januari, 1992, 101.
73
Ign. Gatut Saksono, Pancasila Soekarno: Idiologi Alternatif Terhadap Globalisasi dan Syariat Islam Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas, 2007, 13.
76
Yamin kemudian mengambil teks yang panjang itu sebagai pengganti pidato yang diucapkannya dalam sidang BPUPKI, yang kemudian lagi dimasukkannya ke
dalam buku pertama yang tiga jilid, yang diterbitkannya dan berjudul Undang-undang Dasar 1945.
74
Oleh karena itu, hal ini membuat seolah-olah dialah yang mencetuskan ide Pancasila. Hal ini bagi Hatta termasuk pemalsuan sejarah.
75
3. Ahmad Soebardjo