9 penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi hingga
menghilangkan secara total rasa nyeri. Selain itu, narkotika juga bisa mengakibatkan timbulnya ketergantungan pemakai terhadap keberadaan obat
tersebut. Contohnya Kodein, Morfin dan lainnya.
Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika 2.3.6 Obat Wajib Apotek OWA
Obat Wajib Apotek merupakan obat keras yang dapat diperoleh di apotek tanpa harus menggunakan resep dokter dan diberikan oleh Apoteker. Hal ini
sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan sebagai upaya membantu masyarakat dalam konteks pengobatan sendiri swamedikasi,
utamanya upaya akses terhadap obat. Contohnya Kloramphenicol, prednisolon dan lainnya Zeenot, 2013.
2.4 Tata Nama Obat 2.4.1 Nama Kimia
Nama kimia obat yaitu nama asli senyawa kimia obat. Nama kimia dan nama generik obat memiliki nama yang tetap, tetapi nama dagang yang sangat
beragam karena masing-masing produsen harus menggunakan nama yang berbeda. Sebagai contoh nama kimia obat yaitu N-asetil-p-aminofenol
Parasetamol, 3-okso-L-gulofuranolakton Vitamin C dan lainnya Widodo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
10
2.4.2 Nama bukan Dagang unbranded name
Obat bukan dengan nama dagang yaitu obat generik. Obat generik adalah obat yang menggunakan nama International Non-proprietary Name INN yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya Menkes RI, 2010. Penggunaan obat generik di
Amerika Serikat sekitar 50 dari seluruh resep yang ada, sementara di Indonesia hanya mempunyai pasar sekitar 7 Sampurno, 2011.
Di Indonesia, kewajiban menggunakan obat generik berlaku di unit-unit pelayanan kesehatan pemerintah. Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat
mencapai tujuan yang dinginkan, maka kebijakan tersebt mencakup komponen- komponen berikut:
1. Produksi obat generik dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB.
Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit- unit pelayanan kesehatan sesuai dengan CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik.
4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang. 5. Penggantian substitusi dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit
unit pelayanan kesehatan. 6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan
masyarakat luas secara berkesinambungan. 7. Pemantauan dan evaluasi distribusi obat generik secara berkala
Ditjen POM RI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
11 Mutu obat generik tidak perlu diragukan dikarenakan setiap obat generik
mendapat perlakuan yang sama dalam hal evaluasi terhadap pemenuhan kriteria khasiat, keamanan dan mutu obat. Namun sekarang ini penggunaan obat generik
mulai menurun. Untuk itu hasil dari pemeriksaan mutu dan informasi mengenai obat generik harus selalu dikomunikasikan kepada pemberi pelayanan maupun ke
masyarakat luas Ditjen POM RI, 2008. Pemerintah dalam rangka menjamin keterjangkauan harga obat sebagai
upaya memenuhi akuntabilitas dan transparansi kepada masyarakat, perlu pengaturan pemberian informasi Harga Eceran Tertinggi Obat HET. HET adalah
harga jual tertinggi obat di apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit klinik. Industri Farmasi wajib memberikan informasi HET dengan mencamtukan
pada label obat berupa nilai nominal dalam bentuk satuan rupiah baik pada Obat Generik dan selain Obat Generik serta mencantumkan formula HET untuk Obat
Generik yang terdapat dalam Katalog Elektronik Menkes RI, 2016 Obat generik pada tahun 1991 diluncurkan oleh pemerintah dengan nama
Obat Generik Berlogo yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional DOEN. Pemerintah mengendalikan harga obat generik agar obat dapat diakses masyarakat. Harga obat generik dapat dikendalikan
dikarenakan obat generik hanya berisi zat yang dikandungnya dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, sehingga tidak diperlukan biaya kemasan dan
biaya iklan dalam pemasaran. Sejak tahun 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
Anonim, 2014.
Universitas Sumatera Utara
12
2.4.3 Nama dagang branded name
Menurut Menkes RI, 2010 mengatakan bahwa obat generik
bermerekbernama dagang adalah obat dengan nama dagang yang mengggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Obat merek dagang adalah obat
yang telah habis masa hak patennya off patent yang diproduksi dan dipasarkan dengan nama dagang brand name. Sebagian negara yang sedang berkembang
memproduksi obat branded generic atau disebut juga obat “me too”. Mereka tidak dapat memproduksi obat paten karena biaya Research Development
RD sangat mahal dan membutuhkan kapabilitas penelitian dengan dukungan
teknologi modern yang mahal Sampurno, 2011.
Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten Menkes, 2010. Hak paten diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya
berdasarkan riset Industri farmasi. Pemilik obat paten mempunyai hak ekslusif untuk memproduksi dan memasarkan obat patennya. Pihak lain diperbolehkan
memproduksi jika mendapat persetujuanizin dari pemilik paten tersebut. Paten dalam hal ini bisa berupa bahan aktif, proses teknologi dan khasiatnya. Setelah
masa paten habis maka obat tersebut dapat diproduksi oleh industri lainnya Sampurno, 2011.
Berdasarkan UU No 14 tahun 2001 tentang Paten, masa hak paten berlaku 20 tahun pasal 8 ayat 1 dan hanya 10 tahun pasal 9. Contoh obat paten adalah
Norvsak Norvasc, kandungan aslinya amlodipine besylate untuk obat antihipertensi. Pemilik hak patennya adalah Pfizer. Ketika masih memiliki hak
paten sebelum 2007, hanya Pfizer yang dapat memproduksi dan memasarkan ampolidipine. Namun setelah tahun 2007, amlodipine dapat diproduksi oleh
Universitas Sumatera Utara
13 industri farmasi lainnya dengan berbagai nama baik generik maupun nama
dagang. Amlodipine dengan nama Amlodipine Generik diproduksi oleh Soho, Amcor nama dagang diproduksi oleh Merck Indonesia, Calsivas nama dagang
diproduksi oleh Fahrenheit dan lainnya Anonim, 2011.
2.5 Rasionalitas Pemilihan Obat