Filosofi Atas Hak Kekayaan Intelektual

51

BAB IV HAK KOMUNAL DALAM PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI

INDONESIA

A. Filosofi Atas Hak Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual HKI atau Hak Milik Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights IPR atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya 48 . Istilah atau terminologi HKI digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1790. Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian isinya. 49 Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud. 50 Perhatian masyarakat internasional terhadap perlindungan di bidang HKI, tercermin dalam persetujuan putaran Uruguay dalam rangka GATT yang di dalamnya terdapat persetujuan tentang TRIP’s. Hal ini menjadikan masalah 48 Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era Globalisasi, Jakarta: UIR Press, 2010, hlm.. 8. 49 Ibid.,hlm.. 13 50 Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hlm.. 9. Universitas Sumatera Utara penegakan aturan hukum HKI menjadi sangat penting untuk menghindari dilakukannya tindakan balasan di bidang perdagangan trade retaliation cross retaliation serta intervensi asing sebagai akibat tidak diberikannya prioritas dalam penegakan HKI. Adanya kesepakatan GATT pada Putaran Uruguay yang menandai menyebarnya sistem hukum HKI di setiap penjuru dunia, menempatkan permasalahan HKI pada tangga yang tertinggi dan menjadi isu global. Bahkan sengketa antar negara pun nantinya akan bergeser dari sengketa ideologi ke arah sengketa HKI. 51 Indonesia yang turut menyepakati GATT Putaran Uruguay, wajib menyesuaikan sistem hukum HKI-nya sebagaimana telah diatur dalam TRIP’s. Ratifikasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, dengan UU No.7 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establishing the word Trade organization, menandakan dibukanya pintu masuk ketentuan-ketentuan TRIP’s dalam sistem hukum Indonesia. Persetujuan TRIP’s ini melengkapi perjanjian-perjanjian HKI yang sudah ada sebelumnya dan sekaligus pengelolaan perlindungan hak atas kekayaan intelektual secara internasional dikelola oleh World Trade Organization WTO. 51 Adi Sulistiyono, Globalisasi Sistem Hukum HKI Bahan Seminar Nasional Penanggulangan VCD Ilegal dui Indonesia, Surakarta, 200, hlm.. 1. Universitas Sumatera Utara Secara garis besar ciri-ciri pokok persetujuan TRIP’s pada dasarnya berkisar pada tiga hal : 52 1. Persetujuan ini berbicara mengenai norma dan standar 2. Persetujuan TRIP’s menetapkan kesesuaian penuh full compliance terhadap perjanjian internasional di bidang hak kekayaan intelektual sebagai persyaratan minimal Konvensi Paris, Konvensi Bern dan Traktat Washington; 3. Persetujuan TRIP’s memuat ketentuan mengenai penegakan hukum yang ketat berikut mekanisme penyelesaian perselisihan atau sengketa yang diikuti dengan hak negara yang dirugikan untuk mengambil tindakan balasan dibidang perdagangan secara silang. Dengan adanya pengaturan hukum HKI tersebut, berarti secara prinsip, Indonesia telah mengikatkan diri pada ketentuan internasional. Secara teori adanya kewajiban harmonisasi perangkat hukum HKI yang jelas harus juga ditindak lanjuti dengan proses penegakan hukum yang tegas. Atas hal tersebut di atas, maka ketika negara meratifikasi TRIP’s dan mengharmonisasikan peraturan tentang perlindungan HKI, maka sistem pengetahuan masyarakat akan menghadapi tantangan yang besar. Pengetahuan mereka akan “dirambah” dan diprivatisasi oleh perusahaan serta individu. Lalu, kalaupun suatu negara mengadakan peraturan yang melindungi inovasi masyarakat tradisional dan lokal, negara tersebut akan menghadapi banyak tantangan dari negara negara lain yang menganut sistem kepemilikan HKI secara 52 Bambang Kesowo, Implementasi Persetujuan TRIP’s dalam Hukum Hak Kekayaan Nasional, disajikan dalam Ceramah Ilmiah tentang Implementasi Hak Atas Kekayaan IntelektualTRIP’s, Bandung: FH UNPAD, 1996, hlm.. 23. Universitas Sumatera Utara individual yang justru mempermudah perambahan pengetahuan tradisional dan lokal. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual mempunyai dua dasar yaitu terbagi atas : 1. Hak Milik Industri Industrial Property Right 2. Hak Cipta Copyright. Hak cipta dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu: a. Hak Cipta b. Hak yang berkaitan dengan hak cipta neighbouring rights. Dalam rangka mengantisipasi era global, Indonesia menyesuaikan aturan aturan yang berhubungan dengan HKI diantaranya: 1. Undang-Undang Nomor No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. 2. Undang-Undang Nomor No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. 7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dalam pengaturan hukum mengenai HKI saat ini mempunyai karakter tersendiri. Artinya, karakter perlindungan tersebut tumbuh secara internasional Universitas Sumatera Utara melalui konvensi-konvensi internasional, tetapi bermula dan berakar dari negara- negara individu secara mandiri sebagai subjek hukum internasional. Sebaliknya, dalam penerapan selanjutnya masing-masing negara mengadopsinya dengan memperhatikan akar budaya dan sistem hukumnya masing-masing, berarti bahwa implementasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual pada pendekatan masing-masing negara. Dapat dilihat dari kondisi bagaimana suatu negara mengatur perlindungan terhadap pengetahuan tradisionalnya yang bersifat komunal. Banyak negara berpendapat bahwa pengaturan Hak Kekayaan Intelektual yang ada tidak cukup dapat melindungi traditional knowledge secara kuat. Oleh karena itu, mereka membuat pengaturan khusus sebagai suatu yang sui generis dalam perlindungan terhadap traditional knowledge. Demikian hal tersebut terlihat di Indonesia dalam melakukan kerjasama dan mengikatkan diri dengan dunia internasional, baik secara bilateral maupun multilateral di bidang Hak Kekayaan Intelektual

B. Prinsip-prinsip dalam Perlindungan Hak Cipta