Pulmonary hemosiderosis Infeksi
Perdarahan lainnya Trauma
Phlebotomy berlebihan Malformasi pembuluh darah besar
2.3.4. Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi
Usia :bayi terutama jika riwayat prematur; remaja; wanita
menopause, usia tua Sex
: risiko lebih besar pada wanita Reproduksi : menorrhagia
Ginjal : hematuria jarang
Saluran cerna : nafsu makan atau perubahan berat badan, perubahan kebiasaan buang air besar, perdarahan dari duburmelena;
lambung atau operasi usus Riwayat obat : terutama aspirin dan non-steroid anti-inflamasi
Pola makan : diet, terutama vegetarian Fisiologis
: kehamilan, masa kanak-kanak, remaja Provan, 2003.
2.3.5. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Zat besi diperlukan untuk hemopoiesis pembentukan darah dan juga diperlukan oleh berbagai enzim. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga
diperlukan untuk mengangkut elektro sitikrom, untuk mengaktifkan oksigen oksidase dan oksigenase. Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang
khas asimptomatik. Tanda-tanda dari anemia defisiensi besi dimulai dengan simpanan zat besi feritin yang menipis dan peningkatan absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan kapasitas pengikatan besi meningkat. Pada tahap lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
yaitu bila cadangan besi habis, transferin berkurang, jumlah protoporpirin berkurang yang di ubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan penurunan kadar
serum feritin. Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan
anemia defisiensi gizi bila kadar feritin serum 12ngml Hilman, 1995.
2.3.6. Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis dari defisiensi besi bergantung pada tingkat keparahan anemia. Pada kasus kronis, ditandai dengan kehilangan darah yang lambat.
Kebanyakan pasien mengalami lemah dan dyspnea. Gejala lain yaitu sakit kepala, tinnitus, dan gangguan pengecapan. Pada pemeriksaan dapat dilihat dari kulit,
kuku, dan epitel lain. Atrofi kulit terjadi pada sepertiga pasien dan kadang terlihat kuku seperti koilonikia kuku berbentuk sendok yang berbentuk sendok dan rata.
Penderita juga mengeluhkan angular stomatitis dimana sudut mulut pecah-pecah sehingga menyebabkan rasa sakit, kadang disertai dengan glossitis. Takikardi dan
gagal jantung dapat terjadi pada kondisi anemia yang sangat berat Provan, 2003.
Gambar 2.1. Koilonikia
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Diagnosis Anemia Defisiensi Besi