dikonsumsi responden. Sayuran yang setiap hari dikonsumsi responden adalah sayuran hijau, tomatwortel, dan sayuran lain dengan persentase masing-masing
64,2, 45,7, dan 38,3. Sayuran hijau merupakan jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi responden. Buah-buahan yang setiap hari dikonsumsi
responden adalah pisang, jeruk, dan buah segar lain dengan persentase masing- masing 16, 23,5, dan 21. Jeruk merupakan jenis buah-buahan yang paling
banyak dikonsumsi responden. Minuman yang setiap hari dikonsumsi responden adalah susu segar, susu kental manis, dan teh manis dengan persentase masing-
masing 23,5, 21, dan 30,9. Teh manis merupakan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi responden. Lemak yang setiap hari dikonsumsi
responden adalah minyak goreng, kelapasantan, dan margarinmentega dengan persentase masing-masing 43,2, 33,3, dan 26. Minyak goreng merupakan
jenis lemak yang paling banyak dikonsumsi responden. Jenis makanan jajanan yaitu bakso 40,7 dengan frekuensi jarang. Kue basah 40,7 dengan frekuensi
seminggu sekali.
5.1.3. Analisa Data Tabel 5.3. Hubungan Pola Makan dengan Anemia Defisiensi Besi
Kriteria Konsumsi Besi
Anemia Defisiensi Besi
Tidak Anemia Defisiensi Besi
Total n
n n
Cukup 6
50 6
50 12
100 Tidak Cukup
15 21,7
54 78,3
51,1 100
p = 0,039
Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa anemia defisiensi besi terbanyak terdapat pada kelompok yang konsumsi besinya tidak cukup yaitu
sebanyak 15 orang 21,7. Kelompok konsumsi besi yang tidak cukup dan tidak menderita anemia yaitu sebanyak 54 orang 78,3. Kelompok konsumsi besi
Universitas Sumatera Utara
yang cukup dan menderita anemia defisiensi besi sebanyak 6 orang 50 dan yang tidak menderita defisiensi besi sebanyak 6 orang 50.
Tabel ini dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Chi-square didapatkan nilai p = 0,039 p 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan bermakna antara pola makan dengan terjadinya anemia defisiensi besi.
Tabel 5.4. Hubungan Status Gizi dengan Anemia Defisiensi Besi
Status Gizi
Anemia Defisiensi Besi
Tidak Anemia Defisiensi Besi
Total n
n n
Underweight 4
50 4
50 8
100 Normal
9 21,4
33 78,6
42 100
Overweight 3
18,8 13
81,3 16
100 Obese
5 33,3
10 66,7
15 100
Tabel ini tidak memenuhi syarat untuk diuji hipotesisnya dengan menggunakan Chi-square, sehingga dilakukan penggabungan sel menjadi bentuk
2x2 dan didapatkan tabel sebagai berikut :
Tabel 5.5. Modifikasi Hubungan Status Gizi dengan Anemia Defisiensi Besi
Status Gizi
Anemia Defisiensi Besi
Tidak Anemia Defisiensi Besi
Total n
n n
Normal 9
21,4 33
78,6 42
100 Tidak Normal
12 30,8
27 69,2
39 100
p = 0,338
Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa anemia defisiensi besi terbanyak terdapat pada kelompok yang memiliki status gizi tidak normal
sebanyak 12 orang 30,8, kelompok status gizi yang tidak normal dan tidak
Universitas Sumatera Utara
menderita anemia defisiensi besi sebanyak 27 orang 69,2. Kelompok status gizi normal yang menderita anemia defisiensi besi sebanyak 9 orang 21,4 dan
kelompok yang tidak anemia defisiensi besi sebanyak 33 orang 78,6. Tabel ini dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Chi-square
didapatkan nilai p = 0,338 p 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan terjadinya anemia defisiensi besi.
5.2. Pembahasan