Landasan Teori .1 Pragmatik Tindak Tutur Perlokusi dalam Dialog Film Belahan Jiwa Karya Sekar Ayu Asmara

7

2.1.3 Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Aktivitas berupa bentuk tindakan merupakan suatu tindak tutur, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan.

2.1.4 Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Tuturan merupakan produk tindak verbal karena tercipta melalui tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik Pragmatik pertama kali dipergunakan oleh Charles Morris pada tahun 1938. Pragmatik adalah telaah hubungan tanda dengan para penafsir Morris dalam Purba, 2002:4.Pragmatik merupakan cabang ilmu lingiustik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan menurut Verhaar 1996: 14. Dalam penelitian ini menggunakan kajian teori pragmatik yaitu tindak tutur yang merupakan unsur dari suatu percakapan dan konteksnya yang memiliki peranan penting dalam percakapan. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi rencana atau masalah Tarigan, 1990:33. Universitas Sumatera Utara 8

2.2.2 Aspek Situasi Tutur

Leech Chaer, 2010 mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek tersebut meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakanaktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. 1. Penutur dan Lawan Tutur Orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi disebut sebagai penutur. Sedangkan orang yang menjadi sasaran di dalam penuturan disebut sebagai mitra tutur. Peran penutur dan mitra tutur di dalam peristiwa tutur dilakukan secara bergantian, yang awalnya berperan sebagai penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban merupakan beberapa aspek yang berkaitan dengan komponen penutur dan mitra tutur. 2. Konteks Tuturan Aspek-aspek tuturan yang relevan secara fisik dan non fisik tercakup dalam konteks. Konteks dalam pragmatik juga dapat diartikan sebagai latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. Universitas Sumatera Utara 9 3. Tujuan Tuturan Tujuan tuturan merupakan sesuatu yang ingin dicapai penutur dengan melakukan dengan tindakan bertutur. Hal tersebut yang melatarbelakangi tuturan, karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. 4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas Tindak tutur merupakan bentuk tindakan atau aktivitas. Contohnya, pada tindakan menampar tanganlah yang berperan, pada tindakan menyundul kepalalah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. 5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Ada dua jenis tindakan manusia, yaitu tindakan verbal dan tindakan non verbal. Hasil suatu tindakan merupakan sebuah tuturan. Bertutur merupakan tindak verbal. Tuturan tersebut merupakan produk tindak verbal karena tercipta melalui tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.

2.2.3 Tindak Tutur Perlokusi

Menurut Wijana Setiawan, 2005:25 tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur. Subyakto-Nababan Setiawan, 2005:25 memberi definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang lain. Perlokusi adalah tuturan yang diucapkan penutur yang memiliki efek atau daya pengaruh perlocutionary force dengan mengujarkan sesuatu. Efek atau Universitas Sumatera Utara 10 daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja atau tidak sengaja Austin dalam Rustono, 1999:37. Contoh tindak tutur perlokusi adalah “ada anjing gila”. Tuturan seorang pemilik sebuah rumah secara tidak langsung yaitu melalui tulisan yang menginformasikan keberadaan anjing di rumah tersebut kepada mitra tutur, efek yang terjadi kepada mitra tutur adalah menghindar dari rumah tersebut Soedjatmiko dalam Chaer, 2010. Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur Wijana dan Rohmadi, 2011. Subyakto-Nababan Setiawan, 2005:25-26 menyatakan bahwa tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi dapat dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni: 1. Mendorong mitra tutur meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, menganjurkan, membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati. 2. Membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan, mengalihkan, mengganggu, membingungkan. 3. Membuat mitra tutur memikirkan tentang mengurangi ketegaran, memalukan, mempersukar, menarik perhatian, menjemukan, membosankan. Searle Wijana dan Rohmadi, 2010 menggolongkan tindak tutur perlokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu asertif, direktif, ekspresif, komisif dan Universitas Sumatera Utara 11 deklarasi. Searle mengklasifikaskan tindak perlokusi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu: a. Asertif adalah jenis tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Yang termasuk tindak tutur jenis ini antara lain tuturanmenyatakan, memberitahukan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan, berspekulasi, memperhatikan, meramalkan. b. Direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan memesan, meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba- aba, menyetujui, melarang, menasehati. c. Ekspresif adalah tuturan yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara. Yang termasuk jenis tindak tutur ini antara lain tuturan mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, mengalahkan, dan mengkritik. d. Komisif adalah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang. Yang termasuk tindak tutur jenis ini antara lain tuturanbersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan. e. Deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal status, keadaan, dan sebagainya yang baru. Yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini antara lain tuturan dengan maksud Universitas Sumatera Utara 12 mengesankan, memutuskan, membatalkan, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengampuni, memaafkan, memvonis, memberi nama.

2.3 Tinjauan Pustaka