KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 44 berupa rupiah sejumlah Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah atau lebih uang asing yang nilainya setara yang dibawa ke dalam atau ke luar wiyah NKRI. Hal ini perlu dipahami bahwa uang itu tidak harus berasal dari kajahatan yang penting adalah kewajiban melaporkan Bea Cukai sebagaimana diatur sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat 1. Perumusan Pasal 8dan 9 yang menunjuk rumusan perbuatan Pasal 13 dan tujuan pelaporan ke lembaga yang diatur dalam Pasal 16 terlalu jauh, sehingga menyulitkan dalam penerapan. Subyek hukum Pasal 8 adalah penyedia jasa keuangan.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan Kerangka Pemikiran : Dalam penyelesaian perkara pidana dalam persidangan dipengadilan harus melewati beberapa tahap, salah satu diantaranya adalah tahap penyidikan. Dalam hal ini penyidikan merupakan tahap yang penting dalam Penyidikan Perkara Money Laundering Undang-undang No 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Republik Of The Philippines Code No. 9160 on Anti Money Laundering Faktor-faktor yang penyebab terjadinya persamaan dan perbedaan Persamaan Perbedaan commit to user 45 penyelesain perkara money laundering. Dalam penelitian ini akan membandingkan bagaimana penyidikan perkara money laundering menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Republic of the Philippines code No. 9160 on Anti Money Laundering Act of 2001. Setelah dilakukan perbandingan dari dari masing-masing peraturan, maka dapat diketahui perbedaan, persamaan dari masing-masing proses penyidikan. Dengan adanya perbedaan dan persaaman juga dapat diteliti mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dan persamaan mengenai penyidikan perkara money laundering. Sehingga dapat ditemukan konsep hukum yang diperoleh berdasarkan hasil perbandingan. Untuk memperlancar proses peradilan tindak pidana pencucian uang, Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang mengatur kewenangan penyidik, penuntut umum, atau hakim sesuai dengan tingkat penanganan perkara untuk dapat meminta pemblokiran harta kekayaan kepada Penyedia Jasa Keuangan. Undang-undang ini juga mengatur kewenangan penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk meminta keterangan dari Penyedia Jasa Keuangan mengenai harta kekayaan setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK, tersangka, atau terdakwa. Selain kekhususan diatas, undang-undang ini juga mengatur mengenai persidangan tanpa kehadiran terdakwa, dalam hal terdakwa yang telah dipanggil tiga kali secara sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undagan tidak hadir, maka majelis hakim dengan putusan sela dapat meneruskan pemeriksaan dengan tanpa kehadiran terdakwa. commit to user 46

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Pengaturan Pembukaan Rahasia Bank Bank

Secrecy Disclosure untuk Kepentingan Pemeriksaan Perkara Money Laudering menurut UU No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Republic of the Philippines Code No. 9160 on Anti Money Loundering Act of 2001

1. Pengaturan Rahasia Bank dalam UU No. 25 tahun 2003

a. Kriminalisasi Pencucian Uang

Kriminalisasi kegiatan pencucian uang di Indonesia pada dasarnya telah dimulai sejak pemerintah mengundangkan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Adanya kerugian-kerugian akibat praktek pencucian uang, mendasari lembaga legislatif dan eksekutif untuk mengundangkan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pemikiran ini didasari pula oleh konsep kriminalisasi yang dikemukakan oleh Sudarto seperti di bawah ini : “ kriminalisasi merupakan suatu proses penetapan suatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana menjadi tindak pidana. Dengan kriminalisasi dimaksudkan proses penetapan suatu perbuatan orang sebagai perbuatan yang dapat dipidana. Proses ini diakhiri dengan terbentuknya undang-undang di mana perbuatan itu diancam dengan suatu sanksi yang berupa pidana”.Soedarto, 1986: 151. Mengacu pada kriteria sebuah perbuatan dapat dipidana, yang menurut Soedarto adalah : 1 Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan pancasila; sehubungan dengan ini, maka penggunaan hukum pidana 46