Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Jiwa AIA

C. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Jiwa AIA

Walaupun telah cukup banyak peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang usaha perasuransian di Indonesia, namun masalah perlindungan hukum terhadap pemegang polis dirasakan masih sangat kurang. Pada dasarnya per- usahaan asuransi dalam kegiatannya, mengadakan penawaran atau menawarkan suatu perlindungan proteksi serta harapan pada masa yang akan datang kepada individukelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak tentu atau belum pasti. Jadi jelaslah bahwa usaha-usaha dalam kegiatan asuransi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi memberikan suatu dampak positif luas baik secara terbatas pada antar individu maupun masyarakat luas. Namun bagaimanapun di dalam kenyataannya Tertanggung dalam hal ini adalah pemegang polis seringkali dirugikan dalam perjanjian asuransi, semua yang menjadi kesepakatan para pihak dituangkan dalam akta yang disebut polis. Seperti sulitnya memperoleh pembayaran ketika Tertanggung atau pemegang polis mengalami risiko atau terjadinya evenement kematian, hari tua, dan cacat badan, padahal bertahun-tahun pemegang polis sudah membayar premi kepada penanggung dalam hal ini adalah perusahaan asuransi. Perjanjian asuransi melahirkan berbagai program yang secara pengaturan belum ada aturan yang pasti dijadikan landasan pelaksanaan berbagai program asuransi tersebut. Asuransi tumbuh karena semakin banyak berbagai risiko yang dihadapi dalam berbagai aspek kehidupan. Risiko adalah ketidaktentuan atau uncertainly yang mungkin melahirkan kerugian. Karena itu kebutuhan akan jasa asuransi makin dirasakan baik perorangan maupun dunia usaha. Universitas Sumatera Utara 1. Menurut KUH Perdata 111 Pengaturan tentang perjanjian asuransi terdapat dalam KUH Perdata, KUH Dagang, UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan perundangundanganlainnya. Perjanjian asuransi tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, tetapi pengaturannya terdapat dalam KUH Dagang. Namun demikian berdasarkan Pasal 1 KUH Dagang, ketentuan umum perjanjian dalam KUH Perdata dapat berlaku bagi perjanjian asuransi. Berkaitan dengan kepentingan pemegang polis terdapat beberapa ketentuan dalam KUH Perdata dan KUH Dagang, yaitu 112 : a. Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian, yaitu: sepakat mereka mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal. Ketentuan ini memberikan konsekuensi bahwa pemegang polis yang berpendapat bahwa terjadinya perjanjian asuransi karena adanya kesesatan,paksaan dan penipuan dwaling,dwang dan bedrog dari penanggung dapat mengajukan permohonan pembatalan perjanian asuransi ke pengadilan. Apabila perjanjian asuransi tersebut dinyatakan batal baik seluruhnya maupun sebagian dan tertanggung pemegang polis beritikad baik,maka pemegang polis berhak menuntut pengembalian premi yang telah dibayarka b. Pasal 1266 KUH Perdata mengatur bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian timbal balik apabila salah satu pihak tidak 111 https:nenisriimaniyati.files.wordpress.com201203perlindungan-hukum-terhadap- konsumen.pdf diakses pada tanggal 24 September 2015. 112 Man Suparman dan Endang, 2003, Hukum Asuransi : Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha perasuransian , PT.ALUMNI, Bandung, hal 9-15. Universitas Sumatera Utara memenuhi kewajibannya.Bagi pemegang polis hal ini harus diperhatikan sebab kemungkinan yang bersangkutan terlambat dalam melakukan pembayaran premi. Namun hal ini tidak menyebabkan perjanjian batal dengan sendirinya akan tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim. Dalam praktik biasanya dicantumkan dalam polis klausula yang menentukan bahwa perjanjian asuransi tidak akan berjalan apabila premi tidak dibayar pada waktunya. Hal ini untuk menghindari agar setiap terjadi kelambatan pembayaran premi tidak perlu minta pembatalan kepada pengadilankarena dianggap kurang praktis. c. Pasal 1267 diterapkan dalam perjanjian asuransi; jika penanggung yang memiliki kewajiban memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang terhadap tertanggung ternyata melakukan inkar janji,maka pemegang polis dapat menuntut pemnggantian biaya,ganti rugi dan bunga. d. Dalam perjanjian asuransi, prestasi penanggung digantungkankan pada peristiwa yang belum pasti terjadi. Untuk mencegah penanggung menambah syarat-syarat lainnya dalam memberikan ganti rugi atau sejumlah uang,pemegang polis harus memperhatikan ketentuan Pasal 1253 s.d. Pasal 1262 KUH Perdata. e. Pasal 1318 KUH Perdata dapat digunakan oleh ahli waris dari pemegang polis untuk menuntut penanggung memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang kepada penanggung.Pasal ini menetapkan bahwa jika seorang minta diperjanjikan sesuatu hal,maka dianggap itu adalah untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang mempunyai hak dari padanya, kecuali dengan tegas ditetapkan tidak demikian maksudnya. Universitas Sumatera Utara f. Pasal 1338 mengandung beberapa asas dalam perjanjian, pertama, asas kekuatan mengikat.Asas ini jika dihubungkan dengan perjanjian asuransi berarti bahwa pihak penanggung dan tertanggungpemegang polis terikat untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakatinya. Pemegang polis mempunyai landasan hukum untuk menuntut penanggung melaksanakan prestasinya. Kedua, asas kepercayaan mengandung arti bahwa perjanjian melahirkan kepercayaan di antara kedua belah pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi janjinya untuk melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan. Ketiga, asas itikad baik yang berarti semua perjanjian termasuk perjanjian asuransi yang diartikan pula secara menyeluruh bahwa dalam pelaksanaan perjannian para pihak harus mengindahkan kenalaran dan kepatutan. g. Pasal 1342 KUHPerdata mengenai menafsirkan perjanjian harus diperhatikan pula oleh para pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Demikian pula tentu yang terdapat dalam Pasal 143 sd Pasal 1351 KUHPerdata Pasal 1365 tentang perbuatan melanggar hukum dapat digunakan oleh pemegang polis untuk menuntut penanggung bila dapat membuktikan bahwa penanggung telah melakukan perbuatan yang merugikannya 2. Menurut KUH Dagang 113 Beberapa pasal dalam KUHD yang dapat digunakan untuk melindungi pemegang polis, antara lain 114 : 113 https:nenisriimaniyati.files.wordpress.com201203perlindungan-hukum-terhadap- konsumen.pdf diakses pada tanggal 24 September 2015. 114 Man Suparman dan Endang, 2003, Op.Cit., hal 15-26. Universitas Sumatera Utara a. Pasal 254 melarang para pihak dalam perjanjian, baik pada waktu diadakannya perjanjian maupun selama berlangsungnya perjanjian asuransi menyatakan melepaskan hal-hal yang oleh ketentuan undang- undang diharuskan. Hal ini untuk mencegah supaya perjanjian asuransi tidak menjadi perjudian atau pertaruhan. b. Pasal 257 dan Pasal 258.Jika melihat ketentuan Pasal 255 KUHD, seolah- olah polis merupakan syarat mutlak untuk terbentuknya perjanjian asuransi. Bila memperhatikan Pasal 257 ternyata tidak benar.Dalam pasal ini disebutkan bahwa perjanjian asuransi diterbitkan seketika setelah ditutup,hak dan kewajiban timbal balik dari tertanggung dan penanggung mulai berlaku sejak saat itu. Artinya apabila kedua belah pihak telah menutup perjanjian asuransi akan tetapi polisnya belum dibuat,maka tertanggung tetap berhak menuntut ganti rugi apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi.Tertanggung harus membuktikan bahwa perjanjian asuransi telah ditutup dengan alat-alat pembuktian yang lain misalnya surat menyurat antara penanggung dengan tertanggung,catatan penangung,nota penutupan, dan lain-lain. 3. Pasal 260 dan 261 mengatur tentang asuransi yang ditutup dengan perantaraan makelar atau agen. Dari Pasal 260 diketahui bahwa jika perjanjian asuransi ditutup dengan perantaraan makelar,maka polis yang telah ditanda tangani harus diserahkan dalam waktu delapan hari sejak ditandatangan.Pasal 261 menetapkan bahwa jika terjadi kelalaian dalam hal yang ditetapkan dalam Pasal 259 dan 260, maka penanggung wajib memberikan ganti rugi. Universitas Sumatera Utara 4. Menurut Undang - Undangan Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1 Menurut UU No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, yang dimaksud dengan asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu antara perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: 115 a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau; b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan danatau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. Dalam sebuah perjanjian, kedua belah pihak memiliki kedudukan yang setara. Untuk mencapai kesetaraan memang diperlukan level pemahaman yang sama tentang isi perjanjian polis. Disini pemegang polis harus membaca secara cermat isi polis asuransi. Tujuannya agar dia tahu hak dan kewajibannya, apa saja yang ditanggung oleh perusahaan asuransi dan apa yang tidak ditanggung serta syarat pengajuan klaim. Jangan sampai pemegang polis menandatangani polis tanpa tahu apa isinya. Ketidakpahaman mengenai isi polis menjadi pangkal timbulnya masalah dikemudian hari, misalnya peristiwa yang menurut pemegang polis itu 115 Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2014. Universitas Sumatera Utara terkover asuransi miliknya ternyata menurut perusahaan asuransi justru tidak terkover. 5. Menurut Undang - Undangan Nomor 8 Tahun 1999 116 Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.Yang dimaksud konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan dalam Pasal 1 ayat 2. 117 Karena posisi konsumen yang lemah maka harus dilindungi oleh hukum. Sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan pengayoman kepada masyarakat. Menurut Az.Nasution berpendapat bahwa hukum konsumen adalah sebagian keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang danatau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. 118 Tujuan dari perlindungan konsumen adalah : a. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur, dan bertanggung jawab dalam berusaha. b. Menetapkan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapat informasi. 116 Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Usaha Perasuransian, Lembaran Negara Nomor 42 Tahun 1999. 117 Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op Cit., hal 232. 118 Tri Siwi Kristiyanti, Celina, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 13. Universitas Sumatera Utara c. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian, konsumen untuk melindung diri. 119 Jika dihubungkan dengan perjanjian asuransi, maka hak pemegang polis atau tertanggung sebagai konsumen Pasal 4 dapat dijadikan acuan,yaitu : a. hak untuk memilih jenis asuransi yang ditawarkan serta jaminan yang diperjanjikan; b. hak atas informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai manfat dan jaminan asuransi; c. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas jasa dan pelayanan petugas asuransi; d. hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen jika terjadi sengketa; e. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; f. hak untuk mendapatkan kompensasi,ganti rugi danatau penggantian, jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 120 Sedangkan hak-hak umum dimiliki oleh pemegang polis adalah : 121 a. Hak untuk menunjukan orang yang akan ditunjuk sebagai ahli waris pihak akan menerima uang pertanggungan. Hak penunjukan ini penting karena pelaksana hak ini secara tepat, terpenuhilah maksud dari pertanggungan yaitu memeberikan santunan kepada ahli waris. b. Hak untuk merubah siapa-siapa yang menjadi tertunjuk. Penggantian orang yang ditunjuki ini ada pembatasannya, yaitu sepanjang masih terdapat hubungan kepentingan asuransi dan mendapat persetujuan pihak yang digantikannya. c. Hak untuk penebusan polis kembali oleh tertanggung harus memenuhi beberapa syarat tertentu: 1. Pemegang polis telah membayar premi paling sedikit tiga bulan lamanya. 2. Permintaan diajukan secara tertulis oleh pemegang polis. 3. Tertanggung masih hidup. Kewajiban Tertanggung sebagai konsumen dapat mengacu pada Pasal 5, yaitu : 122 119 Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op. Cit., hal 233. 120 Tri Siwi Kristiyanti, Celina, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal 43. 121 H.Abdul Muis, 1990, Bunga Rampai Hukum Dagang. Medan .Universitas Sumatera Utara halaman 66 dikutip dalam Tesis Juni Surbakti, 2009. Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama BUMI PUTERA 1912 Medan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. hal 73. 122 Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op Cit., hal 235. Universitas Sumatera Utara a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi; b. beritikad baik dalam melakukan transaksi atau menutup perjanjian asuransi; c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut; Sedangkan kewajiban-kewajiban umum pemegang polis : a. Kewajiban utamanya adalah membayar premi, apabila tidak dibayar pada waktunya, maka dengan atau tanpa pemberitahuan manakala hal ini diperjanjikan asuransi menjadi gugur; b. Kewajiban untuk memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan penanggung hal-hal yang diperlukan dengan benar Pasal 251,283, dan 654 KUHD; c. Berusaha untuk mengindari timbulnya kerugian atau setidak-tidaknya ia berusaha untuk memperkecil kemungkinan timbulnya kerugian Pasal 283 dan 655 KUHD; d. Kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam polis sebagai suatu perjanjian asuransi dalam rangka adanya kebebasan berkontrak antara penanggung dengan tertanggung; e. Kewajiban untuk melengkapi surat-surat yang diperlukan penanggung baik dalam masa asuransi maupun dalam mengajukan klaim. Hak Perusahaan Asuransi sebagai Pelaku usaha dapat mengacu pada Pasal 6, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. hak menerima pembayaran premi yang sesuai dengan kesepakatan; b. hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen atau tertanggung yang beritikad tidak baik; c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. hak untuk merehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh jasa yang diperdagangkan; e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. 123 Kewajiban perusahaan asuransi sebagai pelaku usaha mengacu pada Pasal 7, yaitu : a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar,jelas,dan jujur mengenai manfaat dan jaminan dari asuransi yang ditawarkan; c. memperlakukan dan melayani konsumen dengan jujur dan tidak diskriminatif; d. memberikan kompensasi,ganti rugi, atau penggantian atas kerugian yang diderita konsumen tidak sesuai dengan perjanjian. 124 UU Perlindungan konsumen selain mengatur hak dan kewajiban pelaku usaha, juga mengatur perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat menjadi acuan bagi perusahaan asuransi, antara lain: a. Memperdagangkan jasa asuransi yang tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratakan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu yang tidak sesuai dengan yang diatur dalam KUH Perdata,KUH Dagang, UU Usaha Perasuransian. b. Memperdagangkan jasa asuransi yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam keterangan, iklan dan promosi. 123 Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op Cit., hal 235. 124 Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op Cit., hal 236. Universitas Sumatera Utara c. Menawarkan,mempromosikan,mengiklankan asuransi yang tidak benar dan menyesatkan d. Menawarkan jasa asuransi dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen. Jadi dengan demikian, perjanjian asuransi hendaknya memperhatikan kepentingan para pihak secara adil dan merata, bebas dan bertanggungjawab dengan memenuhi beberapa prinsip pokok asas-asas umum asuransi. 6. Menurut Peraturan Perundang-undangan lainnya Seperti diuraikan dimuka bahwa mengenai perasuransian selain terdapat pengaturannya dalam KUHPerdata dan KUHD juga terdapat dalam peraturan perundang-undangan lainnya, diantaranya adalah: 125 a. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.40 Tahun 1980 tanggal 26 Oktober 1988 Tentang Usaha di Bidang Asuransi Kerugian. b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1249KMK.0131988 tanggal 20 Desember 988 Tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Usaha Di Bidang Asuransi Kerugian. c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1250KMK.0131988 tanggal 20 Desember 1988 Tentang Usaha asuransi Jiwa. 125 Man Suparman dan Endang, 2003, Op.Cit., hal 27. Universitas Sumatera Utara

D. Hambatan dalam Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa AIA