Pandangan Negatif Terhadap Manfaat Memiliki Asuransi Jiwa Adalah Sebagai Berikut :
1. Bukan Kebutuhan Pokok Primer. Kekurang pahaman masyarakat akan
pentingnya asuransi sehingga harus dibandingkan dengan kebutuhan hidup lainny
a yang pada kenyataannya justru „kurang penting‟. Karna polis asuransi hanya bisa di beli oleh orang orang yang sedang tidak
membutuhkanya sehat. Ruang lingkup keluargapun, kepemilikan asuransi juga dapat menjadi prioritas karena dapat menganggu stabilitas
dan membantu mengatur perencanaan keuangan keluarga terutama jika si pencari nafkah sudah tidak dapat lagi memberikan kontribusi untuk
mencukupi kebutuhan hidup yang disebabkan oleh sakit kritis misalnya.
2. Tidak Percaya Dalam Proses Pembayaran Klaim. Tidak percaya kepada
perusahaan asuransi dengan latar belakang mereka yang beraneka ragam. Oleh karenanya, kita calon nasabah diwajibkan untuk membaca dan
memahami isi polis serta jangan ragu bertanya kepada agen yang menawarkan jika memang ada hal yang belum dipahami. Dengan
memahami tentang kelebihan dan manfaat asuransi tersebut, pikiran kita akan semakin jernih.
3. Dana tidak bisa digunakan sewaktu-waktu dalam waktu dekat. Inilah
pemahaman yang kurang dari masyarakat terhadap investasi yang terdapat di asuransi unitlink. Investasi melalui unitlink adalah jenis investasi
jangka panjang yang berbeda dengan saham atau perbankan yang dananya dan investasinya lebih banyak dimanfaatkan untuk jangka pendek. Namun
saat ini perusahaan - perusahaan asuransi besar juga melayani para peserta asuransi untuk menarik sebagian dananya dengan memberikan persyaratan
- persyaratan yang kooperatif sehingga tidak mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak kedepannya.
4. Ribet. Adanya anggapan bahwa informasi dan sistem mulai dari pengajuan
asuransi hingga pengajuan klaim sangat ribet dan berbelit-belit dengan syarat-syarat.
53
B. Dasar Hukum Asuransi dan Asas-Asas Asuransi Dasar Hukum Asuransi
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHD
Terdapat dua cara pengaturan asuransi dalam KUHD, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan pengaturan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat
umum terdapat dalam buku I Bab 9 Pasal 146-286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur di
53
M.Firdaus, Berasuransi dalam http:berasuransi.blogspot.co.id201307kenapa-mereka- menolak-memiliki-asuransi.html.
Universitas Sumatera Utara
luar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 pasal 287-308 KUHD dan Buku II Bab IX
dan Bab X pasal 592-695 KUHD dengan rincian sebagai berikut: a.
Bab IX. Asuransi atau pertanggungan pada umumnya, pengaturannya mulai dari pasal 246-286
b. Bab X. Asuransi atau pertanggungan terhadap bahaya-bahaya kebakaran,
terhadap bahaya-bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipaneni, dan tentang pertanggungan jiwa.
a Bagian 1. Pertanggungan Terhadap Bahaya Kebakaran Pengaturannya
Mulai Pasal 287-298 KUHD b
Bagian 2. Pertanggungan Terhadap Bahaya yang Mengancam Hasil Pertanian yang Belum Dipaneni. Pengaturannya Mulai Pasal 299-301
KUHD c
Bagian 3. Pertanggungan Jiwa. pengaturannya mulai pasal 302-308 KUHD
d Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan pasal 592-685 KUHD
e Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman pasal
686-695 KUHD. Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang
didasarkan kepada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara
timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertuis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pegaturan asuransi dalam KUHD
Universitas Sumatera Utara
meliputi substansi
asas-asas asuransi,perjanjian
asuransi, unsur-unsur asuransi, syarat-syarat asuransi dan jenis-jenis asuransi.
54
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
55
Belum lama ini, Dewan Perwakilan Rakyat telah mengesahkan undang- undang mengenai asuransi yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian menggantikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Secara umum, terdapat banyak perbedaan antara
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. Banyak ketentuan di undang-undang asuransi yang baru yang sebelumnya
tidak diatur oleh undang-undang asuransi yang lama. UU No. 40 Tahun 2014 memiliki 92 pasal yang terbagi dalam 18 bab. Sedangkan UU No. 2 Tahun 1992
memiliki 28 pasal yang terbagi dalam 13 bab. Dari segi substansi, undang-undang asuransi yang baru mengatur lebih lengkap dibandingkan dengan undang-undang
asuransi yang lama dilihat dari jumlah rumusan pasal dan jumlah bab yang tercantum. Sebelum lahirnya UU No. 40 Tahun 2014, pembinaan dan pengawasan
usaha perasuransian dilakukan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesiadan sekarang pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian kepada Otoritas Jasa
Keuangan OJK. 3.
Undang-Undang Asuransi Sosial
54
Muhammad Abdulkadir, 2006, Op. Cit., hal 18-22.
55
Ardy Prasetyo, Sekadar Perbandingan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
dalam https:www.academia.edu9426299Sekadar_ Perbandingan_UU_No._40_ Tahun _2014_
tentang_Perasuransian _dengan_UU_No._2_Tahun
_1992_tentang_Usaha_ Perasuransian diakses pada tanggal 24 September 2015.
Universitas Sumatera Utara
Asuransi sosial di indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehataan.
Program asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik negara BUMN sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat 1 undang-undang No.2 Tahun
1992 perun dang-undang yang mengatur asuransi sosial sebagai berikut: a.
Asuransi sosial kecelakaan penumpang Jasa Raharja a
Undang-Undang No.33 tahun 1964 tentang Dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang, peraturan pelaksananya adalah Peraturan
Pemerintah No.17 Tahun 1965. b
Undang-Undang No.34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan pelaksanaanya adalah Peraturan Pemerintah
No.18 Tahun 1965. b.
Asuransi Sosial Tenaga Kerja Astek a
Undang-Undamg No.3 Tahun 1992 terntang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek
b Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan
Asuransi Sosial Tenaga Kerja Perubahaan Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1977
c Peraturan Pemerintah No.67 tahun 1991 tentang asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI d
Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1981 tentang asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil ASPNS
c. Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehataan Askes
Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1991 tentang pemeliharaan Kesehataan Pegawai Negeri Sipil PNS, Penerima Pensiaun, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya.
56
4. Peraturan Pemerintah
56
Muhammad Abdulkadir, 2006, Op. Cit., hal 21.
Universitas Sumatera Utara
a. Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 dan Nomor 13 Tahun
1981 tentang Kesehatan Pegawai Negeri dan Penerima Pensiunan Beserta Keluarganya
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.73 Tahun 1992 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian; a
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 Perubahan Pertama Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 73 Tahun 1992; b
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.73 Tahun 1992; c
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.73 Tahun 1992; 5.
Peraturan Keputusan
57
a. Keputusan Menteri Keuangan No. 223KMK.0171993 tentang
Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b. Keputusan Menteri Keuangan No. 225KMK.0171993 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi.
c. Keputusan Menteri Keuangan No. 481KMK.0171999 tentang
Kesehatan Kuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
d. Keputusan Menteri Keuangan No. 226KMK.0171993 tentang
Perizinan dan penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi.
e. Keputusan
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
No 422KMK.062003 Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan
Reasuransi;
57
Mandiri inhealth, Sistem Perundangan dalam http:www. Inhealth .co.id detail.aspx ?menu =6id=40diakses pada tanggal 24 September 2015.
Universitas Sumatera Utara
f. Keputusan
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
No.423KMK.062003 Tentang
Pemeriksaan Perusahaan
Perasuransian;
g. Keputusan
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
No.425KMK.062003 Tentang Perizinan dan Penyelenggaraan
Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi;
h. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426KMK.06
2003 Tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi;
i. Peraturan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No. PER-01BL2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Penerapan Mengenan Nasabah bagi Perusahaan Perasuransian;
j. Peraturan Menteri Keuangan No.152PMK.0102012 Tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian.
k. Peraturan
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
No.53PMK.0102012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
l. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.1POJK.072013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan;
m. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.4POJK.052013 tentang
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Pihak Utama Pada Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan, dan
Perusahaan Penjaminan;
n. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.1POJK.072014 tentang
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengket Di Sektor Jasa Keuangan;
o. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.3POJK.022014 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan;
p. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.2POJK.052014 tentang Tata
Kelola Perusahaan Baik Bagi Perusahaan Perasuransian;
q. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.10POJK.052014 tentang
Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank;
Universitas Sumatera Utara
r. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.11POJK.052014 tentang
Pemeriksaan Langsung Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank;
s. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.17POJK.032014 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Bagi Konglomerasi
Keuangan;
t. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.18POJK.032014 tentang
Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan.
6. Surat Edaran OJK
58
a. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.2SEOJK.052013 tentang
Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan Serta Bentuk dan Susunan Pengumuman Ringkasan Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi; b.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.4SEOJK.022014 tentang Mekanisme pembayaran Pungutan Otoritas Jasa Keuangan;
c. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.1SEOJK.072014 tentang
Pelaksanaan Edukasi Dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan Pada Konsumen danatau Masyarakat;
d. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.2SEOJK.072014 tentang
Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usahan Jasa Keuangan;
e. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.12SEOJK.072014 tentang
Penyampaian Informasi Dalam Rangka Pemasaran Produk danatau Layanan Jasa Keuangan;
f. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.13SEOJK.072014 tentang
Perjanjian Baku; g.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14SEOJK.072014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data danatau Informasi Pribadi
Konsumen; h.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.15SEOJK.052014 tentang Rencana Korporasi dan Rencana Bisnis Perusahaan Asuransi,
58
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah;
i. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.16SEOJK.052014 tentang
Komite Pada Dewan KomisarisPerusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi
Syariah; j.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.17SEOJK.052014 tentang Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah;
Asas-Asas Asuransi Asas-asas perjanjian asuransi diatur di dalam KUH Dagang, hampir
seluruhnya merupakan asas-asas yang berlaku bagi asuransi. Asas-asas umum asuransi dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Asas Sebagai Kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest
atau Pertanggungan Kitab Undang-undang Hukum Dagang, mengenai kepentingan, tercantum
yaitu pasal 250. Pasal 250 KUHD, apabila seorang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah
diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka
si penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi. Yakni kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest atas barang yang dipertanggungkan
yang dapat dinilai dengan uang.
59
Menurut Y. Sri.Susilo beberapa kriteria memenuhi ini insurable interest yaitu:
59
Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op. Cit., hal 221.
Universitas Sumatera Utara
a Kerugian tidak dapat diperkirakan
Resiko yang dapat diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur selanjutnya
kemungkinan tersebut tidak dapat diperkirakan terjadi. Misalnya kebarakan rumah kebakaran rumah yang tidak dapat diterntukan sebelumnya mengenai waktu
terjadinya dan penyebabnya, hal berbeda dengan kerusakan sebuah kemeja karena dipakai, lama kelamaan pasti akan usang dan tidak layak lagi dipakai. Oleh karena
itu, kemeja tidak dapat diasuransikan karena sudah dapat diperkirakan sebelum terjadinya kerusakan kemeja.
b Kewajaran
Resiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta yang memiliki nilai materiil baik bagi pengguna maupun tertanggung.
c Catastrophic
Agar suatu barang atau harta dapat insurable interest, resiko yang mungkin terjadi harus tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi sangat
besar, yaitu jika sebagian besar tertanggung kemungkinan akan mengalami kerugian pada waktu bersamaan.
d Homogeneus
Untuk memenuhi syarat insurable interest, barang atau harta yang dapat dipertanggungkan harus homogen yang berarti banyak barang yang serupa atau
sejenis.
60
Unsur - unsur pokok apa yang harus dipenuhi dalam insurable interest:
61
60
Irawan, Bagus, 2007, Op. Cit., hal 108-109.
61
Yaelda Alvionita, Beberapa Prinsip Dasar dalam Asuransi dalam http: yaeldaa .blogspot.co.id201310tugas-beberapa-prinsip-dasar-dalam.html
diakses pada
tanggal 24
September 2015
Universitas Sumatera Utara
a. Harus ada benda, hak, kepentingan, jiwa ataupun tanggung jawab yang
dapat diasuransikan, b.
Hal-hal diatas haruslah menjadi objek yang diasuransikan, c.
Tertanggungnasabah harus mempunyai hubungan dengan objek yang diasuransikan, dimana dia memperoleh manfaat atas keutuhannya dan
mengalami kerugian atas rusak atau hilangnya objek yang diasuransikan tersebut,
d. Hubungan tertanggungnasabah terhadap objek yang diasuransikan
tersebut harus diakui secara hokum. Insurable interest ini dapat timbul atau ada karena beberapa hal antara lain:
a. Karena hubungan kerja , yaitu majikan dengan karyawannya atau karena
perjanjian pekerjaan Terbentuk oleh kontrak, b.
Hubungan perkawinan atau hubungan darah, yaitu karena hubungan suami-istri yang terjadi dari perkawinan, sudah sejak lama dianggap
sebagai sebagai suatu kesatuan Terbentuk oleh undang undang, c.
Hubungan hutang piutang, yaitu karena pihak yang meminjamkan uang kreditur akan menderita kerugian sebesar hutang yang belum dilunasi
oleh peminjam debitur, jika debitur tersebut meninggal dunia, d.
Karena penunjukan perjanjian, yaitu karena seseorang atau badan dapat diberikan kuasaditunjuk oleh orangbadan lainnya untuk mewai=kilinya
melakukan penutupan asuransi, e.
Karena kewajiban, yaitu karena adanya „kewajiban‟, misalnya kewajiban untuk memberikan ganti rugi kepada pihak ketiga karena pemilikan
Universitas Sumatera Utara
ataupun penggunaan sesuatu harta benda yang menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga seperti misalnya penggunaan kendaraan bermotor,
f. Karena sebab-sebab lain yaitu karena adanya ketentuan perundang-
undangan, dan g.
Karena pemilikan, yaitu karena pemilikan merupakan penyebab yang paling utama, paling lazim dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya.
Pemilikan dapat terjadi karena pembelian, hibah, warisan, dan sebagainya Terbentuk secara hukum at common law.
62
2. Asas Itikad baik yang sempurna utmost goodfaith
Setiap keterangan yang keliru, atau tidak benar, ataupun setiap orang tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung betapapun itikad baik
ada padanya. Yang demikian sifatnya, sehingga seandainya sipenanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup, atau tidak
ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan. Intinya menyatakan bahwa penutup asuransi baru sah apabila penutupnya didasari
itikad baik.
63
Pemahaman itikad baik good faith berasal dari basaha Latin uberrimai fides
yang dapat diterjemahkan dengan itikad baik, itikad yang amat baik utmost goodfaith
bahkan ada yang menerjemahkannya sebagai kejujuran yang sempurna. Dalam melaksanakan perjanjian, peran itikad baik sungguh memiliki
arti yang sangat penting sekali. Pengertian itikad baik good faith adalah sikap batiniah ketika melaksanakan hubungan hukum dengan penuh tanggung jawab
dijalankan, tertanggung diwajibkan untuk memberitahukan segala sesuatu yang
62
Asuransi Reliance Life. Prinsip – Prinsip asuransi dalam http:reliance-life.com
oneclick?p=1166 diakses pada tanggal 24 September 2015.
63
Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op. Cit., hal 221.
Universitas Sumatera Utara
diketahuinya, mengenai objek atau barang yang dipertanggungkan secara benar. Keterangan tidak benar atau informasi yang tidak dapat diberikan kepada
penanggung walaupun dengan itikad baik sekalipun dapat mengakibatkan batalnya perjanjian asuransi prinsip ini diatur dalam Pasal 251.
Subekti menyebutkan itikad baik sebagai suatu sendi yang terpenting dalam hukum perjanjian, sehingga dapat dikatakan sebagai landasan utama untuk dapat
melaksanakan suatu perjanjian dengan sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya. Itikad baik dapat dilaksanakan pada saat mengadakan hubungan hukum dalam
perjanjian dan pada saat melaksanakan hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut.
Prinsip ini dapat ditemukan dalam The Sale of Goods Act 1979, Mispresentation Act 1967, The Supplay of Goods Act 1973, dan The Unfair
Contract Act 1977 yang bersumber dari sistim hukum anglo saxion atau common law system dari Inggris.
Pelanggaran atas prinsip itikad baik ini dapat mengakibatkan pertanggungan menjadi batal atau batal sejak awal dan atau dilakukan perbaikan dengan kondisi
yang berbeda. Kesalahan ini dapat terjadi karena: a
Tidak menggunakan informasi material secara benar dan lengkap non- disclosure yang dilakukannya dengan tidak sengaja. Apabila penanggung
menerima aplikasi asuransi atau SPAJ dari calon tertanggung, tidak dapat mengungkapkan infromasi material secara benar dan lengkap non
disclosur of material facts tentang obyek yang akan dipertanggungkan akan dapat menyebabkan batalnya perjanjian asuransi tersebut. Informasi
material material facts merupakan infromasi penting yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ditolaknya suatu permohonan pertanggungan, atau diterima tetapi dengan syarat pertanggungan atau dengan permi yang berbeda.
Memang tidak semua informasi merupakan informasi yang material, tetapi tidak mudah untuk menentukan apakah sesuatu informasi merupakan
informasi yang material atau bukan. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar tertanggung menyampaikan semua informasi yang diketahuinya dan
yang seharusnya diketahuinya tentang obyek yang akan dipertanggungkan tersebut.
b Pelanggaran dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya tidak
mengungkapkan informasi secara benar dan lengkap, menyembunyikan informasi, informasi yang diungkapkan keliru, atau dengan sengaja
memberikan informasi yang tidak benar. Pengungkapan atau penyampaian informasi biasanya dilakukan dengan pengisian aplikasi asuransi atau
SPAJ yang akan dipersiapkan oleh penanggung, bahkan tertanggung sering kali diperingatkan agar menyampaikan segala informasi yang
diketahui dan yang seharusnya diketahui. Namun demikian berdasarkan pengalaman dapat dikatakan bahwa “informasi yang material” merupakan
informasi yang diketahui atau yang seharusnya diketahui oleh tertanggung mengenai obyek pertanggungan yang dapat mempengaruhi sikap
penanggung tentang penerimaan obyek pertanggungan tersebut. c
Menyembunyikan informasi concealment. Concealment terjadi jika calon tertanggung dalam pengisian formulir permintaan asuransi dengan
sengaja menyembunyikan atau tidak menyampaikan suatu infromasi yang
Universitas Sumatera Utara
material mengenai obyek pertanggungan kepada penanggung maka pertanggungan tersebut juga dapat menjadi batal.
d Informasi yang diungkapkan keliru innocent misrepresentation.
Kekeliruan penyampaian informasi dapat terjadi karena cara penyampaian informasi yang salah ataupun isimateri dari informasi tersebut tidak benar.
Walaupun calon tertanggung tidak bermaksud merugikan penanggung, misalnya karena tidakkurang teliti dalam cara penyampaian informasi
ataupun kurang teliti, sehignga terjadi kekeliruan mengenai informasi tersebut.
e Memberikan informasi yang salah denga tujuan penipuan fraudulen
misrepresentation. Pemberian informasi dengan tujuan penipuan dapat dilakukan pada waktu penutupan asuransi, dapat juga terjadi pada saat
pengajuan klaim.
64
Dalam proses pemasaran, masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian harus sama-sama memiliki itikad baik untuk perjanjian itu diadakan, dan masing-
masing pihak harus dapat mengungkapkan atau menyampaikan data da informasi yang dibutuhkan untuk perjanjian tersebut sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya duty of disclosure, yaitu dengan: a
Petugas pemasaran atau agen kurang professional. Pada umumnya mereka dilatih mengenai cara berjualan yang baik dan efektif oleh
perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka juga diajarkan prinsip- prinsip yang mendasari bisnis asuransi. Tetapi mereka tidak
menjalankan semuanya atau adakalanya sengaja mengabaikan apa
64
Asuransi Reliance Life. Prinsip – Prinsip asuransi dalam http:reliance-life.com
oneclick ?p=1166 diakses pada tanggal 24 September 2015.
Universitas Sumatera Utara
yang telah dipelajarinya. Mereka kurang memahami isi dari produk asuransi yang dijual. Mereka lebih cenderung mengungkapkan tentang
apa yang dijamin benefits tetapi sedikit sekali tentang apa yang tidak dijamin atau yang dikecualikan, lebih-lebih tentang syarat-syarat dan
kewajiban yang harus dipenuhi tertanggung baik sebelum, selam pertanggungan berjalan atau setelah terjadinya peristiwa yang
menimbulkan kerugian. b
Petugas pemasaran atau agen selalu tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan isi produk asuransi yang ditawarkannya dengan
lengkap. Mereka selalu ingin agar jualannya cepat dibeli. Mereka terdorong oleh keinginan untuk secepatnya mencapai target produksi,
menerima komisi, bonus dan berprestasi. c
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam apliksai permohonan asuransi atau SPAJ kurang lengkap, bahkan kadang-kadang tidak
sesuai dengan fakta. Hal ini dapat diartikan sebagai penyembunyian fakta
atau pembohongan.
Mereka mungkin
lupa atau
menggampangkan dampak yang mungkin akan timbul dari jawaban- jawaban yang tidak benar itu. Acapkali SPAJ tidak diisi sendiri oleh
Calon Tertanggung. SPAJ dapat saja diisi oleh petugas pemasaran atau agen, tetapi jawabannya harus datang dari calon tertanggung. Jawaban-
jawaban itu harus dikonfirmasikan kebenarannya oleh calon tertanggung sebelum SPAJ ditandatanganinya. Tertanggung atau ahli
warisnya tidak dapat menggunakan dalih bahwa SPAJnya diisi oleh petugas penjualan atau agen perusahaan asuransi jika pada saat
Universitas Sumatera Utara
pengajuan klaim di kemudian hari klaimnya ditolak dengan alasan jawaban atas pertanyaan SPAJ yang tidak benar.
d Pembeli atau calon tertanggung selalu kekurangan waktu untuk
mendengarkan penjelasan petugas pemasran atau agen. Mereka selalu sibuk dengan kegiatan usahanya sendiri. Asuransi bukan suatu topik
yang menarik untuk didengarkan karena seringkali calon tertanggung tidak membeli asuransi atas kemauannya sendiri akan tetapi terpaksa
membeli. Mereka dipaksa membeli, misalnya, oleh institusi keuangan pemberi kredit atau mereka terpaksa membeli demi menghindari
desakan dan bujukan terus menerus dari petugas pemasaran atau agen. Adakalanya, mungkin karena petugas pemasaran atau agennya perlu
disenangkan hatinya karena ia menarik atau cantik atau membeli asuransi karena factor kedekatan hubungan kekerabatan dan atau untuk
membantu kinerja petugas pemasaran atau agen belaka. Tertanggung cenderung mengingat apa yang dijamin benefits dan melupakan apa
yang dikecualikan termasuk apa yang merupakan kewajibannya. e
Tertanggung tidak meluangkan waktunya untuk membaca polis asuransi. Ketika polis asuransi diserahkan kepadanya, tindakan
pertama yang diambil ialah segera membayar premi asuransu lalu dokumennya disimpan. Atau jika preminya telah dibayar maka polis
langsung disimpan saja. Dokumen ini akan dilihat lagi ketika terjadi suatu peristiwa yang mungkin menimbulkan klaim atau pada saat
mendapat pemberitahuan dari perusahaan asuransi bahwa masa pertanggungan telah berakhir dan perlu diperpanjang. Tertanggung
Universitas Sumatera Utara
mungkin juga telah membaca polis asuransi tetapi tidak sepenuhnya memahami isinya namun enggan untuk meminta klarifikasi atau
penjelasan dari perusahaan asuransi atau agennya. Walhasil, hanya ada kekecewaan, penyesalan dan cerca maki tatkala perusahaan
asuransinya menolak membayar klaim dengan alasan ayng jelas tertera di dalam polis asuransi.
65
3. Asas Ganti kerugian Keseimbangan Indemnity
Kitab Undang-undang Hukum Dagang, mengenai Indemnity tercantum dalam yaitu Pasal 268 KUHD. Prinsip Indemnity adalah mekanisme penanggungan
untuk mengompensasi resiko yang menimpa tertanggung dengan ganti kerugian finasial,
prinsi Indemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian, dalam kedua jenis asuransi tersebut, pihak penanggung tidak dapat
menanggung nyawayang hilang atau anggota tubuh yang cacathilang karena Indemnity
berkaitannya dengan ganti rugifinansial, Indemnity ini dapat dilakukan dengan beberapa cara pembayaran tunai, penggantian, perbaikan dan
pembangunan kembali.
66
Dengan kata lain, intinya dari prinsip Indemnity adalah seimbang, yakni seimbang antara kerugian yang betul-betul diderita oleh
tertanggung dengan jumlah ganti kerugian.
67
Ganti rugi merupakan suatu tujuan bahwa asuransi merupakan risk transfer mechanism. Mengalihkan atau membagi
resiko yang kemungkinan akan diderita atau dihadapi tertanggung atas suatu peristiwa yang tidak dikehendaki dan belum pasti terjadi. Harapannya, beban
65
Asuransi Reliance Life. Prinsip – Prinsip asuransi dalam http:reliance-life.com
oneclick?p=1166 diakses pada tanggal 24 September 2015.
66
Irawan, Bagus, 2007, Op. Cit., hal 110.
67
Saliman, Abdul., Hermansyah, dan Jalis, Ahmad, 2005, Op Cit., hal 221.
Universitas Sumatera Utara
financial tertanggung menjadi lebih pasti. Fixed Cost dalam bentuk premi
68
Metode pembayaranpengganti kerugian bervariasi tergantung dari kerugian yang diderita oleh tertanggung. Jenisnya antara lain:
a Tunai cash, misalnya dalam asuransi kecelakaan diri, atau biaya
perbaikan kendaraan yang rusak akibat kecelakaan; b
Perbaikan repair, misalnya bengkel mobil rekanan asuransi; c
Reinstate, misalnya membangun kembali bangunan yang rusak akibat kerugian;
d Mengganti replace, misalnya untuk mesin-mesin, atau berlaku juga
pada asura 4.
Asas Subrogasi Subrogation Principle Kitab Undang-undang Hukum Dagang, mengenai Subrogation tercantum
dalam yaitu Pasal 284 KUHD, yang menyatakan sebagai berikut Seorang penanggung
yang telah
membayar kerugian
sesuatu barang
yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang
diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perubahan
yang dapat merugikan hak si penaggung terhadap orang-orang ketiga itu.Prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti kerugian
kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian, dengan prinsip Subrogation
68
Kun Wahyu Wardana, Hukum Asuransi: Proteksi Kecelakaan Transportasi, Mandar Maju, Yogjakarta, 2009, hal 38.
Universitas Sumatera Utara
tertanggung tidak mungkin menerima ganti kerugian yang lebih besar dari kerugian yang dideritanya.
69
Jika seseorang pemegang polis asuransi jiwa dan atau asuransi kecelakaan diri meninggal dunia karena kecelakaan pesawat udara yang ditumpanginya, maka
asuransi tidak dapat melakukan subrogasi terhadap perusahaan penerbangan setelah ia membayar klaim kepada penerima manfaat tertanggung seandainya
ditentukan bahwa perusahaan penerbangan harus member ganti rugi santunan, maka yang berhak menerimanya adalah penerima manfaat korban, bukan
penanggungnya. Demikian juga jika dikemudian hari mayat tertanggung diketemukan,
maka pihak
asuransi tidak
diperkenankan untuk
menguasaimengambil mayat tersebut. Bahwa subrogasi hanya berlaku untuk contract of indemnity karena subrogasi
mencegah tertanggung untuk mendapatkan penggantian lebih dari kerugian yang dideritanya.
70
Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang- undang, oleh karena itu asas subrogasi hanya dapat ditegakan apabila memenuhi
dua syarat berikut: 1.
Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.
2. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian.
71
69
Irawan, Bagus, 2007, Op cit, hal 111.
70
Kun Wahyu Wardana, 2009, Op cit., hal 42.
71
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan Kerugian Pada Umumnya Kebakaran dan Jiwa,
Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1975, hal 96.
Universitas Sumatera Utara
C. Jenis – Jenis Asuransi