kesadaran bahwa mereka telah gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan adanya ketidakadilan.
Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu masalah sosial karena sikap yang membenci kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang
makan, pakain atau perumahan, tetapi karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di Indonesia, seperti
jakarta ; seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki radio, televisi atau mobil sehingga lama kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi sosial-ekonomi
seseorang yaitu apakah dia miskin atau kaya. Dengan demikian persoalan mungkin menjadi lain, yaitu tidak adanya pembagian kekayaan yang merata.
Persoalan menjadi lain bagi mereka yang turut dalam arus urbanisasi, tetapi gagal dalam mencari pekerjaan. Bagi mereka pokok persoalan kemiskinan disebabkan karena tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer sehingga timbul tuna karya, tuna susila, dan lain sebagainya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya masalah tersebut adalah karena
salah satu lembaga kemasyarakat tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakat di bidang ekonomi. Kepincangan tersebut akan menjalar ke bidang-bidang lainya, misalnya,
pada kehidupan keluarga yang tertimpa kemiskinan tersebut Soekanto, 2012:322
2.6.2. Jenis-Jenis Kemiskinan
Dalam membicarakan kemiskinan, ada beberapa jenis kemiskinan yaitu: 1.
Kemiskinan absolut yaitu seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara keadaan fisiknya agar
dapat bekerja penuh dan efisien 2.
Kemiskinan relatif yaitu muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang yang dibandingkan dengan kondisi orang lain di suatu daerah.
3. Kemiskinan struktural yaitu lebih menuju kepada seorang atau sekelompok orang
yang tetap miskin karena struktur masyarakatnya yang timpang yang tidak menguntungkan bagi golongan yang lemah
4. Kemiskinan situasional atau kemiskinan natural yaitu kemiskinan yang terjadi di
daerah-daerah yang kurang menguntungkan oleh karenanya menjadi miskin. 5.
Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan penduduk yang terjadi karena kultur budaya masyarakatnya yang sudah turun menurun yang membuat mereka menjadi miskin
Mardimin, 1996:24
2.6.3. Faktor – faktor penyebab kemiskinan
Adapun faktor faktor penyebab kemiskinan antara lain adalah : 1.
Sikap dan pola pikir serta wawasan yang rendah, Malas berpikir dan bekerja 2.
Kurang keterampilan 3.
Pola hidup konsumtif 4.
Sikap apatisegoispesimis 5.
Rendah diri 6.
Adanya gep antara kaya dan miskin 7.
Belenggu adat dan kebiasaan 8.
Adanya teknologi baru yang hanya menguntungkan kaum tertentu kaya 9.
Adanya perusakan lingkungan hidup 10.
Pendidikan rendah 11.
Populasi penduduk yang tinggi 12.
Pemborosan dan kurang menghargai waktu 13.
Kurang motivasi mengembangkan prestasi 14.
Kurang kerjasama 15.
Pengangguran dan sempitnya lapangan kerja
16. Kesadaran politik dan hukum
17. Tidak dapat memanfaatkan SDA dan SDM setempat, dan
18. Kurangnya tenaga terampil bertumpun ke kota
http:www.landasanteori.com201508pengertian-kemiskinan-jenis-faktor.html
2.7.Keluarga 2.7.1.
Pengertian keluarga
Dalam setiap masyarakat keluarga merupakan pranata sosial yang penting artinya bagi kehidupan sosial. Betapa tidak para warga masyarakat paling banyak menghabiskan
waktunya pada keluarga dibandingkan dengan di tempat kerja misalnya, dan keluarga adalah wadah di mana sejak dini para warga masyarakat dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak
dapat melakukan peranan-perananya dalam dunia orang dewasa.-Dan melalui pelaksanaan peranan-peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai nilai budaya pun akan dapat
tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Dapatlah diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dengan kehidupan sosial dimana
ia sebagai orang dewasa kelak harus melakukan perananya Ihromi , 1999:284
Seorang individu keberadaanya tidak bisa terlepas daro masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok dimana aspek-aspek emosi dan biologi dari proses-proses mental sebagai
manusia memerlukan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan biologi. Untuk memenuhi kebutuhan biologi ini manusia mempunyai kecenderungan untuk memilihmembentuk
pasangan-pasangan yang permanen atau tetap. Pasangan-pasangan ini terbentuk oleh adanya suatu hubungan yang resmi yang disebut perkawinan
Perkawinan merupakan hubungan permanen antara laki-laki dan perempuan yang diakui sah oleh masyarakat atas dasar peraturan perkawinan yang berlaku. Suatu perkawinan
mewujudkan adanya keluarga dan memberikan keabsahan atau status kelahiran anak-anak mereka. Perkawinan tidak hanya mewujudkan hubungan antara mereka yang kawin saja
melibatkan hubungan- hubungan diantara kerabat-kerabat dari masing-masing pasangan. Sebagain akibat dari ikatan perkawinan yang sah akan terjadi suatu kelompok
kekerabatn yang disebut keluarga inti, yang terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak- anak yang utamanya belum kawindewasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Kalimantan Selatan, 1995 : 13
2.7.2. Fungsi Keluarga