38
Ajaran Konfusius Fung Yu Lan, 2007: 50-59 pada dasarnya lebih menekankan pada masalah manusia dan kehidupan di dunia, tetapi banyak pelaku
dagang menggunakan ajaran Konfusius sebagai etika dalam berdagang.Ajaran Konfusius berfungsi menggugah kesadaran moral para pelaku dagang untuk
berbisnis secara baik dan berbudi luhur demi kepentingan usaha dagangnya sendiri.Ajaran Konfusius memegang peranan yang sangat penting bagi
masyarakat Tionghoa dalam etos kerjanya yang tinggi.
5.1.1 Menyukai Tugas Yang Memiliki Taraf Kesulitan SedangMenengah
Pada masa sejarah pembauran, masyarakat Tionghoa di Indonesia sudah berada di pesisir utara pulau Jawa, pesisir selatan Sumatera, dan pesisir barat
Kalimantan, lebih dari seribu tahun lalu. Umumnya mereka datang untuk berdagang atau mencari kehidupan baru.Kehidupan baru masyarakat Tionghoa
harus mengolah hubungan internal dalam dirinya dan alam semesta untuk pertumbuhan dan kesejahteraan hidup Sugiarto, 2012:99.Menaklukkan alam dan
mengeksploitasinya adalah bentuk perusakkan diri dan perendahan diri bagi manusia.Konsep inilah yang menuntun masyarakat Tionghoa menyesuaikan diri
dengan alam.Inilah yang diajarkan oleh tradisi mereka menghadapi tempat yang baru.Mereka dituntut beradaptasi dengan alam dan semua yang berada di
sekitarnya yang merupakan urusan-urusan sosial yang berhubungan dengan kemanusiaan. Menurut konfusius Fung Yu lan, 2007: 11 mengatakan bahwa:
“Tugas sehari-hari berhadapan dengan urusan-urusan sosial dalam hubungan kemanusiaan bukanlah sesuatu yang asing bagi manusia
bijaksana.Melaksanakan tugas ini merupakan hal yang sangat esensi dalam pengembangan penyempurnaan kepribadiannya.Ia melaksanakannya
Universitas Sumatera Utara
39
bukan hanya sebagai seorang warga masyarakat tetapi juga sebagai seorang warga alam semesta.”
Masyarakat Tionghoa sangat mudah beradaptasi dan berbaur baik pria maupun wanita, tidak membedakan gender.Budaya watak gigih dan mudah
beradaptasi masyarakat Tionghoa mempunyai hubungan sangat erat dengan etos kerja masyarakat Tionghoa dalam melakukan pekerjaannya. Mudah beradaptasi
yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa dapat terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menurut pendapat Ann Wan Seng 2007: 3 yang mengatakan
bahwa: “Watak gigih dan mudah beradaptasi tidak dibedakan oleh masalah
gender, wanita dan pria.Sifat gigih dan mudah beradaptasi yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa yang diujarkan oleh yang mengatakan
masyarakat Tionghoa sangat fleksibel, mudah berubah, dan dapat menyesuaikan diri terhadap segala kondisi.”
Watak gigih mengacu pada sifat tidak mudah menyerah, tidak mudah
putus asa dan selalu maju dalam menghadapi setiap rintangan.Sedangkan, sikap mudah beradaptasi mengacu pada sifat tidak mengalami kemunduran apabila
ditempatkan pada lingkungan yang baru.Memiliki pribadi yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar, sehingga banyak dari mereka cepat
mendapatkan teman baru. Oleh karena itu, adanyarasa kemanusiaan yang terkandung sikap mengasihi terhadap manusia yang lain walaupun banyak
perbedaan. Menurut konfusius Fung Yu lan, 2007: 53 mengatakan bahwa: “...Rasa kemanusiaan terkandung dalam sikap mengasihi terhadap manusia yang
lain. Manusia benar-benar mengasihi manusia yang lain adalah manusia yang dapat melaksanakan kewajibannya dalam masyarakat.”
Universitas Sumatera Utara
40
Berbeda dengan masyarakat Tionghoa di Pasar Galang Deli Serdang. Menurut informan Aan laki-laki, 55 tahun masyarakat Tionghoa di Pasar
Galang Deli Serdang sangat tertutup, sulit berbaur, dan adanya trauma bagi mereka pada bulan Mei 1998. Hal ini terjadi karena, adanya kesenjangan
kehidupan ekonomi antara pribumi dengan masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang.Kehidupan ekonomi masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli
Serdang semakin baik dan mengalami kemajuan yang cepat dibandingkan dengan masyarakat pribumi.Ketika terjadinya krisis ekonomi global membuat masyarakat
pribumi semakin membenci masyarakat Tionghoa, bahkan pada puncaknya muncul sentimen anti-Tionghoa yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat
pribumi mengakibatkan banyak kasus kejahatan, seperti: penjarahan barang- barang di toko-toko, pemerkosaan, pembunuhan, perampokkan, dan kejahatan
yang sistematis.Peristiwa ini membuat masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang tidak mundur tetapi membuat mereka semakin maju dalam kegiatan
perdagangan. Hal ini sependapat dengan informan Netty yang baru satu tahun tinggal di Galang Deli Serdang perempuan, 28 tahun menjelaskan bahwa:
“
Baru satu tahun saya tinggal di kota Galang. Awalnya saya merasa sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru namun saya harus fleksibel, dan
gigih dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, contohnya: saya harus bersikap ramah terhadap semua konsumen yang datang ke toko saya.”
Masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang memiliki sikap tenggang rasa dalam berdagang. Sikap tenggang rasa adalah salah satu nilai
tradisional yang menjadi ciri penting budaya berdagang masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang. Tenggang rasa menekankan kerjasama yang baik
sebagai dasar keberhasilan, dan gunakanlah sesuatu hal yang disukai, mampu
Universitas Sumatera Utara
41
untuk dikerjakan berdasarkan hati nurani dan jangan menggunakan sesuatu yang tidak mampu untuk dikerjakan dan tidak disukai. Menurut konfusius Fung Yu
lan, 2007: 53 mengatakan bahwa: “Jangan menggunakan sesuatu yang tidak mampu kamu sukai yang
dimiliki atasanmu dalam memperlakukan bawahanmu.Jangan menggunakan sesuatu yang kamu tidak sukai yang dimiliki bawahanmu
dalam melayani atasanmu. Jangan menggunakan sesuatu yang kamu tidak sukai dari orang yang mendahuluimu dalam menghadapi orang-orang
yang yang datang setelahmu. Jangan menggunakan sesuatu yang kamu tidak sukai dari orang-orang yang dibelakangmu, dalam mengikuti orang-
orang di depanmu. Jangan menggunakan sesuatu yang tidak kamu sukai yang terletak di sebelah kananmu, untuk diperlihatkan kepada orang-orang
tang berada di sebelah kiri.Jangan kamu menggunakan sesuatu yang tidak kamu sukai yang terletak di sebelah kiri untuk diperlihatkan kepada orang-
orang yang berada di sebelah kanan.”
Masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang sangat percaya bahwa dalam berdagang persahabatan lebih penting daripada peraturan atau hasil.
Menurut Konfusius Yuan Wang, 2000:41 mengemukakan: “...Jika orang dapat belajar untuk saling mempercayai maka undang-undang dan peraturan praktis
tidak akan diperlukan. Ajaran ini menekankan peranan prinsip-prinsip moral, bukan aturan-aturan hukum.”
Persahabatan yang dapat menjalin relasi yang kuat. Relasi yang kuat merupakan motor penggerak dalam kekeluargaan. Relasi yang kuat sesama
masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang menjadi pilar cara pandang dalam kerangka kerja ekonomi. Menurut informan Yosai Yok perempuan, 81
tahun mengatakan bahwa: “Perkumpulan masyarakat Tionghoa di kota Galang sudah ada sejak lama,
yaitu sejak saya berdagang selama 47 tahun. Relasi ini untuk bekerja sama, saling tolong-menolong. Relasi ini membuat masyarakat Tionghoa di kota
Galang saling perduli bahkan saling menguntungkan satu sama lain.”
Universitas Sumatera Utara
42
Relasi yang kuat dapat menciptakan rasa pertemanan.Pertemanan harus dilandasi dengan sikap setia dan tulus hati.Jika melakukan kesalahan terhadap
teman, jangan segan untuk meminta maaf. Menurut Konfusius Boye De Mente, 1989: 183 yang mengatakan bahwa:
“Jadikanlah kesetiaan dan ketulusan sebagai pedoman dalam hidupmu.Jangan mencari teman yang sebaik dirimu.Kalau engkau
melakukan kesalahan, jangan ragu-ragu untuk membetulkan kesalahan tersebut.Bercita-citalah tidak hanya untuk berhasil, tetapi juga berguna
untuk temanmu sesama manusia.” Masyarakat Tionghoa di pasar Galang Deli Serdang mengutuk aktualisai
diri sendiri, tetapi menonjolkan unsur-unsur kebersamaan non-individual organisasi masyarakat. Konfusius dengan tegas menganggap sifat mementingkan
diri sendiri sebagai akar segala kejahatan. Menumpuk kekayaan pribadi melalui perdagangan suatu bentuk mementingkan diri sendiri tidak memperoleh prioritas
dalam masyarakat Tionghoa dan tidak menggunakan cara kotor. Menurut konfusius Yuan Wang, 2007: 34 mengatakan bahwa: “... Segala bentuk promosi
diri, seperti menonjolkan diri sendiri di tempat kerja akan memancing orang saling bersaing demi kepentingan masing-masing.”Hal ini sependapat dengan
informan yang benama Aan laki-laki, 55 tahun bahwa: “Menggunakan cara kotor, semua orang akan menjauh. Setiap pedagang
sama-sama buka usaha dan tidak boleh makan rejeki orang dan tidak boleh mengejek orang bahkan menyepelkan orang.Oleh karena itu, harus
memiliki ketrampilan, kreatifitas dan harus memiliki ide untuk mengembangkan usaha agar lebih maju. ”
Mereka berpendapat bahwa sukses itu sesungguhnya adalah penghargaan
yang mereka terima dari orang lain, sebagaimana imbalan atas jasa atau kontribusi mereka kepada orang lain. Mereka percaya bahwan sukses bersifat mutual benefit,
Universitas Sumatera Utara
43
timbal balik, atau saling menguntungkan dan itu harus ditebus dengan kerja keras. Itu sebabnya dengan rendah hati mereka memikirkan dan mencari tahu apa yang
orang lain inginkan untuk mereka penuhi. Hal ini jelas berlawanan dengan kecenderungan umum yang menginginkan agar orang lain memberikan dan
melakukan apa yang mereka inginkan.
5.1.2 Bertanggung Jawab Secara Personal Atas Performa Kerja