BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel growth opportunity yang diproksikan dengan Price Earning Ratio
PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity ROEberpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel struktur modal yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio DER memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji ini ditunjukkan pada hasil Uji t.
2. Variabel growth opportunity yang diproksikan dengan Price Earning Ratio
PER,profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity ROE, dan struktur modal yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio DER secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji ini ditunjukkan pada hasil Uji F.
5.2 Saran
Dari kesimpulan, maka diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2011 sampai tahun 2015 sebaiknya meningkatkan kemampuannya
dalam memperoleh laba, dikarenakan semakin tinggi profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, maka nilai perusahaan juga akan semakin tinggi. Perusahaan diharapkan dapat menciptakan prospek perusahaan yang baik di masa
mendatang dan dapat mengambil peluang-peluang investasi yang ada, yang akan membuat investor percaya bahwa perusahaan memiliki peluang untuk
dapat bertumbuh dengan baik dan membuat harga saham beserta nilai perusahaan semakin meningkat. Perusahaan juga diharapkan dapat lebih
berhati-hati dalam menentukan tingkat hutang pada saat pengambilan keputusan pendanaan.
2. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang tepat, salah satunya yaitu keputusan pendanaan. Untuk para investor disarankan agar
memperhatikan komposisi peluang pertumbuhan, profitabilitas dan struktur modal perusahaan agar mengurangi kemungkinan capital loss yang mungkin
akan dihadapi investor jika menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki nilai yang rendah dan memiliki risiko yang tinggi. Dengan adanya
penelitian ini maka investor bisa lebih selektif lagidalam memilih perusahaan yang akan dijadikan tempat berinvestasi.
3. Penelitian mengenai nilai perusahaan ini hanya terbatas pada informasi-
informasi internal perusahaan terutama dari sisi laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, disarankan agar pada penelitian selanjutnya juga
menggunakan variabel yang menyangkut kondisi makro ekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar, serta variabel lainnya yang diprediksi
dapat mempengaruhi nilai perusaha
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan itu sendiri, menurut Husnan dan Pudjiastuti 2012:6 merupakan nilai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan ditentukan oleh harga saham. Harga saham dapat dikatakan sebagai proksi dari nilai perusahaan go public karena
terbentuk dengan adanya permintaan dan penawaran yang diberikan oleh para investor di bursa. Apabila manajer dapat meningkatkan nilai perusahaan maka
manajer itu dianggap telah mampu untuk menjalankan tugasnya dan dapat meningkatkan prestasi kinerja perusahaan tersebut. Harga saham yang semakin
tinggi akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat pengembalian return kepada investor, yang diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kemakmuran
pemegang saham. Hal ini akan memberikan persepsi positif bagi pihak investor dan mengakibatkan rasa kepercayaan yang semakin besar terhadap kinerja
perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan. Persepsi ini membuat investor semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Ukuran yang tepat untuk digunakan dalam mengukur nilai perusahaan adalah dengan rasio penilaian. Karena rasio penilaian bertujuan menjadi tolok
ukur yang menghubungkan antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan performance perusahaan
secara keseluruhan Sugiono dan Untung, 2008:73. Dalam penilaian saham
Universitas Sumatera Utara
terdapat tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang disetor
pemegang saham di masa lalu. Nilai pasar merupakan nilai saham yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di
pasar saham, sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Nilai perusahaan lebih dekat dengan jenis nilai pasar, karena nilai perusahaan tercermin
dari harga sahamnya. Seperti yang dijelaskan oleh Brigham dan Houston 2011:150, bahwa rasio nilai pasar berhubungan dengan harga saham perusahaan
terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Oleh karena itu, pemegang saham lebih memperhatikan nilai pasar karena mereka menjual sahamnya pada
harga tersebut. Rasio penilaian menghubungkan kondisi internal dengan persepsi pasar.
Rasio ini menjadi pedoman investor dalam melihat masa lalu maupun prospek perusahaan di masa mendatang. Rasio penilaian menggunakan pendekatan nilai
pasar atau market value ratio yang terdiri dari rasio harga saham terhadap pendapatan yaitu price earning ratio, dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai
buku yaitu price book value.Nilai perusahaan dapat diukur dengan price to book value PBV, yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku. Sehingga
dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah price book value PBV. Hal ini disebabkan karena price book value dapat
menggambarkan seberapa besar penilaian pasar terhadap perusahaan dan melihat apakah harga saham diperdagangkan melebihi nilai buku saham atau sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku asetnya Sudana,
2011:24. Semakin tinggi price to book value dapat meningkatkan penilaian atau harapan investor terhadap perusahaan yang menandakan bahwa perusahaan
memiliki prospek yang semakin baik di masa depan. Keyakinan dan harapan investor tersebut akan mengakibatkan calon investor rela membeli saham tersebut
dengan harga yang tinggi. Brigham dan Houston 2011:151 menjelaskan perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan
laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan dan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan
pengembalian yang rendah. Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang rendah maka rasio MB atau PBV akan relatif lebih rendah jika dibandingkan rata-
rata perusahaan lainnya. PBV yang baik biasanya dikatakan bernilai satu atau lebih, sangat diharapkan oleh perusahaan karena harga sahamnya dapat dijual di
atas nilai bukunya. Sebaliknya apabila jumlah PBV perusahaan berada di bawah satu, hal ini menandakan harga saham dijual di bawah nilai bukunya under
valued. PBV yang tinggi memperlihatkan tingginya kemakmuran pemegang sahamnya, sehingga harga saham semakin bernilai tinggi. Harga saham yang
tinggi menyebabkan nilai perusahaan semakin baik atau tinggi. PBV dapat diukur dengan rumus Sugiono dan Untung, 2008:74:
PBV= Harga pasar saham
Nilai buku saham Dimana nilai buku saham book value per share tersebut dapat dihitung dengan
rumus:
Universitas Sumatera Utara
BVS = Total Ekuitas
Jumlah Lembar Saham Murhadi 2009:148 mengatakan ada beberapa alasan mengapa investor
menggunakan rasio harga terhadap nilai buku PBV dalam analisis investasi, yaitu:
1 Nilai buku sifatnya relatif stabil, bagi investor yang kurang percaya terhadap
estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk membandingkannya.
2 Adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan
menyebabkan PBV dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau
overvaluation. 3
Pada kasus perusahaan yang memiliki earning negatif maka tidak memungkinkan untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat
menutupi kelemahan yang ada pada PER dalam kasus ini.
2.2 Growth Opportunity