kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau Lubuk Pakam. Penulisan mengenai tindak pidana pencurian yang terjadi di wilayah perkebunan PTPN II belum pernah
dilakukan penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama. Karena itu keaslian penulisan ini dapat dipertnggungjawabkan . walaupun ada pendapat atau
kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan tulisan ini.
D. Tinjauan Kepustakaan
1. Tinjauan Kriminologi
A. Pengertian Kriminologi
Pertama kali istilah Kriminologi digunakan oleh Raffaele Garofalo pada tahun
1885 dengan nama criminologia. Sekitar waktu yang sama, antropolog Perancis
Topinard Paulus juga menggunakan istilah Perancis criminologie untuk maksud
yang sama dengan Garofalo
9
9
Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,2012, hal.
1.
. Kriminologi berasal dari bahsa latin crimen ; dan
Yunani- logia yang menunjuk pada studi ilmiah tentang sifat, tingkat, penyebab,
dan pengendalian perilaku kriminal baik yang terdapat dalam diri individu maupun dalam kehidupan sosial , budaya , politik, dan ekonomi. Dengan
demikian, cakupan studi kriminologi, tidak hanya menyangkut peristiwa kejahatan, tapi juga meliputi bentuk, penyebab, konsekuensi dari kejahatan, serta
reaksi sosial terhadapnya, termasuk reaksi lewat peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah di berbagai bidang.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai defenisi kriminologi itu sendiri, terdapat berbagai revisi yang dirumuskan oleh para sarjana, tentu saja menurut sudut pandang masing-masing.
Dibawah ini terdapat pendapat dari beberapa ahli mengenai kriminologi.
1. W. E. Noach
W. E. Noach membagi pengertian kriminologi atas dua kategori, yakni kriminologi dalam arti luas dan kriminologi dalam arti sempit.
Kriminologi dalam arti luas mencakup kriminologi dalam arti sempit dan kriminalistik. Dalam arti sempit, kriminologi merupakan ilmu yang
mempelajari bentuk-bentuk penjelmaan, sebab-sebab dan akibat-akibat dari kriminalitas kejahatan dan perbuatan-perbuatan buruk
10
10
Ibid., hal. 2.
. Sedangkan kriminalistik merupakan ilmu yang mempelajari kejahatan sebagi masalah
teknik, sebagai alat untuk mengadakan pengejaran atau penyidikan perkara kejahatan secara teknis dengan menggunakan ilmu-ilmu alam kimia dan
lain-lain seperti ilmu kedokteran kehakiman ilmu kedokteran forensik, ilmu alam kehakiman antara lain ilmu sidik jari daktoloskopi dan ilmu
kimia kehakiman antara lain ilmu tentang keracunan ilmu toksilogi . Masih menurut Noach, kriminologi dalam arti sempit tidak mencakup
kriminalistik, sehingga hanya menunjuk pada ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk, sebab-sebab, dan akibat-akibat dari kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
2. M. P. Vrij
M. P. Vrij mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu yang mempelajari kejahatan, mula-mula mempelajari kejahatan itu sendiri , kemudian sebab-
sebab serta akibat dari kejahatan itu tersebut.
11
W. A. Bonger mendefenisikan kriminologi sebagai ilmu yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya kriminologi teoritis
atau kriminologi murni. Kriminologi teoritis adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman, yang seperti ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab dari gejala-gejala kejahatan-kejahatan itu
dinamakan etiologi. Diluar kriminologi murni atau kriminologi teoritis tersebut, terdapat kriminologi praktis atau terapan
3. W. A. Bonger
12
yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang berkaitan dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi dari masyarakat
terhadap perbuatan jahat dan para penjahat .
4. Wood Wood mendefenisikan kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuan
13
Dalam “The Sociology of Crime and Delinqency” memberikan
defenisi kriminologi sebagai berikut : “Kumpulan ilmu pengetahuan .
5. Wolfgang, Savitz, dan Johnston
11
Ibid., hal. 3.
12
W. A. Bonger, Pengantar Teori Kriminologi, PT. Pembangunan, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1982, hal. 21.
13
Wahju Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, Pustaka Yustisia, Cetakan kesatu,
Yogyakarta, 2012, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan
menganalisis secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman- keseragaman, pola-pola, dan faktor-faktor kausal yang berhubungan
dengan kejahatan , pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya”.
14
a. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan
Lebih lanjut Wolfgang dan kawan-kawan membagi obyek studi kriminologi sebagai berikut :
b. Pelaku kejahatan dan
c. Reaksi masyarakat yang ditujukan baik terhadap perbuatan maupun
terhadap pelakunya. Ketiganya ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Suatu perbuatan baru dapat
dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi reaksi dari masyarakat.
6. Mr. Paul Moedikno Moeliono
Mengatakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang membahas kejahatan seluas-luasnya
15
.
14
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.cit, hal.12.
15
Topo Santoso, Log.Cit., hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
B. Ilmu Pengetahuan Bagian Dari Kriminologi
Menurut W.A. Bonger, ruang lingkup studi kriminologi dibedakan antara kriminologi murni dan kriminologi terapan.
1. Ruang lingkup kriminologi murni meliputi :
a. Antropologi Kriminal
Ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat somatis dari segi tingkah laku, karakter dan ciri tubuhnya. Bidang ini juga meneliti :
apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan ? dan seterusnya. Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat
menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku-pelaku kejahatan?. b.
Sosiologi Kriminal Ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat.
Jadi pokoknya tentang : sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat etiologi sosial. Dalam arti luas juga termasuk
penyelidikan mengenai keadaan keliling fisiknya geografis, klimatologis dan meteorologis
16
c. Psikologi Kriminal
.
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut kejiwaan penjahat. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya
oleh bidang ilmu ini antara lain : Apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan ?, ataukah karena lingkungan atau sikap
16
W. A. Bonger, Op.Cit., hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang mempengaruhi kejiwaannya sehingga menimbulkan kejahatan.
d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminal
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syarafnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya
oleh bidang ilmu ini antara lain : Apakah sakit jiwa atau urat syaraf yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul akibat
sakit jiwa atau urat syaraf tersebut ?. e.
Penologi Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti tentang kejahatan dari
penjahat-penjahat yang telah dijatuhi hukuman. 2.
Ruang lingkup kriminologi terapan, meliputi
17
a. Higiene Kriminal
:
Tujuan yang ingin dicapai dibidang ilmu ini untuk mencegah terjadinya kejahatan. Usaha-usaha pemerintah seperti menerapkan
undang-undang secara konsisten, merapkan sistem jaminan hidup dan kesejahteraan, dilakukan semata-mata untuk mencegah timbulnya
kejahatan. b.
Politik Kriminal Pencurian banyak dilakukan oleh penganggur-penganggur yang tidak
memiliki pendidikan dan keterampilan kerja. Oleh karena itu, pemerintah harus melaksanakan program pendidikan keterampilan
17
Indah Sri Utami, Op.cit., hal.14-15.
Universitas Sumatera Utara
bagi para penganggur sesuai dengan bakat yang dimiliki dan menyediakan pekerjaan dan penampungannya.
c. Kriminalistik
Untuk mengungkap kejahatan, pengetahuan kriminalistik dimanfaatkan untuk menerapkan teknik pengusutan dan penyidikan
secara scientific. Dalam mengungkap kejahatan digunakan scientific
criminalistik antara lain yaitu identifikasi, laboratorium kriminal, alat mengetes golongan darah, alat mengetes kebohongan, balistik, alat
penentu keracunan kedokteran kehakiman, forensic toxiology, dan
scientific criminalistik lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi.
C. Hubungan Antara Kriminologi Dengan Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah teori mengenai aturan-aturan atau norma norma,sedangkan kriminologi adalah teori tentang gejala hukum. Keduanya
bertemu dalam kejahatan yaitu tingkah laku atau perbuatan yang diancam pidana. Perbedaan hukum pidana dan kriminologi terletak pada obyeknya, yaitu obyek
utama hukum pidana adalah menunjuk kepada apa yang dapat dipidana menurut norma-norma hukum yang berlaku, sedangkan perhatian kriminologi tertuju
kepada manusia yang melanggar hukum pidana dn lingkungan manusia-manusia tersebut. Akan tetapi, perbedaan ini tidak begitu sederhana sebab ada suatu
hubungan saling bergantung atau ada interaksi antara hukum pidana dan kriminologi.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi antara hukum pidana dan kriminologi disebabkan hal-halsebagai berikut
18
a. Perkembangan hukum pidana akhir-akhir ini menganut sistem yang
memberi kedudukan penting bagi kepribadian penjahat dan menghubungkannya dengan sifat dan berat ringannya ukuran
pemidanaannya. :
b. Memang sejak dulu telah ada perlakuan khusus bagi kejahatan yang
dilakukan orang gila dan anak-anak. Akan tetapi, perhatian terhadap individu yang melakukan perbuatan, belakangan ini telah mencapai arti
berbeda sekali dari usaha-usaha sebelumnya. Dan sehubungan dengan ini, pengertian-pengertian kriminologi telah terwujud sedemikian rupa dalam
hukum pidana sehingga criminal science sekarang menghadapi problema-
problema dan tugas-tugas yang sama sekali baru dan hubungannya erat sekali dengan kriminologi.
Walaupun hubungan antara hukum pidana dan kriminologi erat sekali, namun sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mandiri, kriminologi tidak begitu tergantung
pada nilai-nilai hukum pidana. Kriminologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang deskriptif
menggambarkan dan empirik berdasarkan hal-hal yang nyata dan tidak normatif, akan tetapi obyek penelitiannya itu, yaitu kriminalitas tidak mungkin ditentukan
tanpa ukuran-ukuran berdasarkan penilaian masyarakat.
18
Ibid, hal. 20-22.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan yang erat dengan kriminalitas merupakan syarat utama sehingga berlakunya norma-norma hukum pidana dapat diawasi oleh kriminologi.
Hubungan ini penting juga dipandang dari sudut praktis. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa lapangan kriminologi dapat ditentukan
sesuai dengan pengertian crime kejahatan menurut hukum pidana. Pengertian
crime kejahatan ini adalah not invariable tidak tetap atau berubah-ubah menurut waktu dan tempat.
D. Pandangan Kriminologi Baru Tentang Kejahatan, Penjahat Dan Reaksi
Masyarakat Aliran kriminologi baru lahir dari pemikiran yang bertolak pada anggapan
bahwa perilaku menyimpang yang disebut sebagai kejahatan, harus dijelaskan dengan melihat pada kondisi-kondisi struktural yang ada dalam masyarakat dan
menempatkan perilaku menyimpang dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan, kemakmuran dan otomatis serta kaitannya dengan perubahan-perubahan ekonomi
dan politik dalam masyarakat. Ukuran dari menyimpang atau tidaknya suatu perbuatan bukan ditentukan oleh
nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap sah oleh mereka yang duduk pada posisi-posisi kekuasaan atau kewibawaan, melainkan oleh besar kecilnya kerugian
atau keparahan sosial social injuries yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut
dan dikaji dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan dan kemakmuran dalam masyarakat. Perilaku menyimpang sebagai proses sosial dianggap terjadi sebagai
Universitas Sumatera Utara
reaksi terhadap kehidupan kelas seseorang. Disini yang menjadi nilai-nilai utama adalah keadilan dan hak-hak asasi manusia.
Rumusan kejahatan dalam kriminologi semakin diperluas. Sasaran perhatian terutama diarahkan kepada kejahatan-kejahatan yang secara politis, ekonomis dan
sosial amat merugikan yang berakibat jatuhnya korban-korban bukan hanya korban individual melainkan juga golongan-golongan dalam masyarakat.
Pengendalian sosial dalam arti luas dipahami sebagai usaha untuk memperbaiki atau merubah struktur politik, ekonomi dan sosial sebagai keseluruhan.
Robert F Meier mengungkapkan bahwa salah satu kewajiban kriminologi baru ini adalah untuk megungkap tabir hukum pidana, baik sumber-sumber maupun
penggunaan-penggunaannya, guna membuka kepentingan-kepentingan penguasa.
19
E. Mazhab-Mazhab Kriminologi Dan Pendekatan-Pendekatannya
I. Mazhab-Mazhab Kriminologi
1. Mazhab Klasik
Mazhab klasik ini mempunyai dua pemikiran dasar bahwa perbuatan manusia dilakukan karena dua hal, yaitu penderitaan dan kesenangan. Hal
tersebut dikarenakan manusia memiliki free will , kemudian dalam
bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan perilakunya berdasarkan
hedonism. Untuk itulah perbuatan tersebut
19
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.Cit.¸hal. 16-18.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai resiko. Mazhab kalsik ini mempunyai asumsi bahwa hukuman dijatuhkan berdasarkan tindakannya bukan karena kesalahannya.
Mazhab klasik ini memandang bahwa keadilan dibagi dalam 8 prinsip , yaitu
20
a. Pembentukan suatu masyarakat yang berdasarkan pada kontrak
contractual society untuk menghindarkan perang dari kekacauan; :
b. Sumber hukum adalah undang-undang, bukan hakim. Hanya
undang-undang yang menentukan hukuman bagi kejahatan. Kekuasaan membuat undang-undang hanya ada pada pembuat
undang-undang. c.
Tugas hakim hanyalah menentukan kesalahan sesorang , hukuman adalah urusan undang-undang. Hakim tidak boleh
menginterpretasikan undang-undang. Hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman dengan alasan apapun sebelum ditentukan
oleh undang-undang. d.
Hak negara untuk menghukum. Hak penguasa untuk menghukum didasarkan kepada keperluan mutlak membela kebebasan
masyarakat yang telah dipercayakan kepadanya dari keserakahan individu;
e. Harus ada suatu kejahatan dan hukuman;
f. Sengsara dan kesenangan adalah dasar dari motif-motif manusia;
20
Indah Sri Utami, Op.Cit., hal.69.
Universitas Sumatera Utara
g. Perbuatannya dan bukan kesalahannya yang merupakan ukuran
dari besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan; h.
Prinsip dasar dari hukum pidana terletak pada sanksi yang positif. 2.
Mazhab Neo Klasik Mazhab ini menginginkan pembaharuan dari pikiran mazhab klasik,
pembaruan ini didasarkan setelah melihat kenyataan bahwa pemikiran mazhab klasik setelah dijalankan menimbulkan ketidakadilan
21
a. Adanya pelunakan atau perubahan pada doktrin kehendak bebas;
kebebasan kehendak dapat dipengaruhi oleh patologi yang artinya ialah ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain
keadaan yang mencegah seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya dan Predimitasi yang artinya adalah niat yang
dijadikan ukuran daripada kebebasan kehendak hal-hal aneh. .
Adapun ciri-ciri dari mazhab neo klasik :
b. Pengakuan daripada sahnya keadaan yang melunak. Ini dapat
berupa fisik, keadaan lingkungan atau keadaan mental dari individu.
c. Perubahan doktrin tanggung jawab sempurna untuk
memungkinkan pelunakan hukuman menjadi tanggung jawab sebagian saja, sebab-sebab utama untuk
mempertanggungajawabkan seseorang sebagian saja adalah kegilaan, kebodohan, dan lain-lain keadaan yang dapat
21
Wahju Muljono, Op.Cit., hal. 38.
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi “pengetahuan dan niat” seseorang pada waktu melakukan kejahatan.
d. Dimasukkannya kesaksian atau keterangan ahli di dalam acara
pengadilan untuk menentukan besarnya tanggung jawab untuk menentukan apakah si terdakwa mampu memilih antara yang benar
dan yang salah. 3.
Mazhab Positivis Pandangan mazhab positivis dibagi menjadi dua yaitu
22
a. Determinasi Biologis , berdasarkan pemikiran bahwa perilaku
manusia sepenuhnya tergantung dari pengaruh biologis yang ada dalam dirinya; dan
:
b. Determinasi Kultural , aliran ini mendasarkan pada pemikiran
mereka terhadap pengaruh sosial , budaya dan lingkungan di mana seseorang hidup.
Cesare Lombroso mengklasifikasikan penjahat dalam empat golongan, yakni : a.
Born Criminal, adalah orang yang berdasarkan pada doktrin atavisme;
b. Insane Criminal, adalah orang yang tergolong dalam kelompok
idiot, imbisil, atau paranoid; c.
Occasional Criminal atau Criminaloid, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan pengalaman yang terus menerus sehingga mempengaruhi
pribadinya.
22
Ibid., hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
d. Criminals of passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan
tindakannya karena marah, cinta atau karena kehormatan. Dalam ajarannya Lombroso mengatakan bahwa asal mula kejahatan
berasal dari gen kebuasan dan sikap liar yang diturunkan oleh nenek moyang manusia. Penjahat sejak lahir merupakan tipe khusus, dan tipe ini dikendali
dari bentuk atau cacat fisik tertentu. Lebih lanjut Lombroso menggaris bawahi bahwa cacat ataupun keanehan tersebut sebagai takdir untuk menjadi
gambaran dari kepribadiannya sebagai penjahat. 4.
Mazhab Kritis Mazhab kritis dikenal juga dengan istilah
Critical Criminology atau kriminologi baru.
Ada empat syarat yang harus diperhatikan untuk menggunakan mazhab kristis, yaitu
23
a. Harus ada metodologi yang dapat digunakan untuk menggali
kekayaan dunia penjahat dan metodologi yang dapat menghargai berbagai masalah yang dihadapi penjahat;
:
b. Memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh lembaga-lembaga
hukum terhadap realitas sosial penjahat; c.
Aspek kriminal dan nonkriminal satu sama lain saling berhubungan erat;
23
Ibid., hal.43.
Universitas Sumatera Utara
d. Kejahatan dan penjahat merupakan hasil dari interaksi antara
aturan-aturan , pembentukan hukum, penegakan hukum, dan pelanggaran hukum.
II. Pendekatan-Pendekatan A.
Pendekatan Interaksionis Kejahatan dipandang sebagai suatu perbuatan atau perilaku yanag
menyimpang secara sosial. Defenisi kejahatan tergantung keadaan sosial. Tiga konsep dasar pada pendekatan ini
24
a. Manusia berperilaku berdasarkan arti sesuatu yang melekat
inheren pada perilaku tersebut ;
:
b. Arti dari sesuatu timbul atau ditafsirkan berdasarkan interaksi sosial ;
c. Pemberian arti terhadap sesuatu tersebut berlngsung secara terus-
menerus. B.
Pendekatan Konflik Pendekatan ini beranggapan bahwa hukum berisi nilai-nilai yang tidak
mencerminkan keinginan seluruh masyarakat tetapi hanya menggambarkan keinginan dari sekelompok warga masyarakat yang
memiliki kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Hukum dibuat untuk melindungi nilai dan kepentingan kelompok yang berkuasa.
Hingga dengan demikian defenisi penjahat ditentukan oleh penguasa.
24
Ibid., hal.44.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan ini dibagi menjadi dua subpendekatan ; a.
Pendekatan Konflik Non-Marxis : pendekatan ini menghendaki hukum pidana ditinjau kembali menjadi lebih baik. Konsekuensinya , hukum
pidana yang bersangkutan dapat saja diubah atau diganti dengan hukum pidana yang lebih baik ;
b. Pendekatan Konflik yang Marxis : menghendaki perubahan hukum
pidana dilakukan orang yang memang benar-benar bersih, dengan kata lain adalah perubahan struktur
2. Pengertian Kejahatan dan Pencurian Secara Umum A. Pengertian Kejahatan