Latar Belakang Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Maka setiap tindakan yang bertentangan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar UUD 1945 sebagai dasar hukum yang paling hakiki disamping produk-produk hukum lainnya. Hukum tersebut harus selalu ditegaskan guna mencapai cita-cita dan tujuan Negara Indonesia dimana tertuang dalam pembukaan Alinea ke-empat yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan Pemerintah Negara Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum, maka pemerintah perlu mengembangkan potensi kekayaan alam yang ada di Indonesia. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 33 ayat 3 UUD NRI 1945, yang menyatakan bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” Kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia salah satunya dalam sektor agraria. Sektor yang sangat penting dan potensial dikembangkan dalam Universitas Sumatera Utara bidang agraria adalah perkebunan 1 .Di samping itu, usaha perkebunan juga terbukti cukup tangguh dan bertahan dari terpaan badai resesi dan krisis moneter yang melanda perekonomian Indonesia. Sehingga perkebunan mempunyai peranan yang penting . Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 UU Perkebunan, yang menyatakan bahwa : “perkebunan diselenggarakan dengan tujuan 2 a. Meningkatkan pendapatan masyarakat; : b. Meningkatakan penerimaan negara; c. Meningkatkan penerimaan devisa negara; d. Menyediakan lapangan kerja; e. Meningkatakan produktivitas, nilai tambah dan daya saing ; f. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; g. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Namun pada kenyataannya, belum semua masyarakat menikmati kesejahteraan dari hasil perkebunan. Sehingga masih banyak masyarakat yang keadaan ekonominya menengah kebawah. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya angka pencurian di perkebunan. Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat membuat banyak terjadi pergeseran dalam sistem sosial dalam masyarakat. Salah satunya perubahan ekonomi yang semakin memburuk akibat dampak dari krisis global yang melanda hampir di seluruh bagian dunia, tidak terkecuali di Negara Indonesia. Di Indonesia yang merupakan Negara hukum ini perubahan ekonomi dunia berdampak 1 Teguh Prasetyo, Kadawarti Budiharjo,Purwadi, Hukum Dan Undang-Undang Perkebunan, Penebit Nusamedia, Bandung, 2013, hal. 57. 2 Undang-Undang Perkebunan No.18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan. Universitas Sumatera Utara langsung terhadap kondisi perekonomian rakyat Indonesia, saat ini daya beli masyarakat terhadap kebutuhan hidup semakin melemah dikarenakan harga kebutuhan hidup semakin melambung tinggi sedangkan pendapatan masyarakat Indonesia tidak seimbang dengan pengeluaran akan kebutuhan hidup sehingga terjadi desakan akan kebutuhan ekonomi, hal ini memicu terjadinya penyimpangan-penyimpangan sosial yang meresahkan ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Tindakan-tindakan penyimpangan sosial yang terjadi ditengah- tengah kehidupan masyarakat lebih mengarah pada tindakan kriminal yang melanggar hukum. Masalah-masalah penyimpangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat erat kaitannya dengan beberapa faktor pokok yang meyebabkan timbulnya tindakan penyimpangan sosial itu sendiri, berikut beberapa faktor penyebabnya yaitu 3 1. Faktor ekonomi adalah penyebab utama timbulnya penyimpangan- penyimpangan sosial ditengah masyarakat, masalah sosial yang bersumber dari faktor ekonomis adalah sebagai berikut : : a. Kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu menjamin hidupnya sendiri sesuai dengan ukuran kesejahteraan masyarakat. b. Pengangguran. Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mempunyai pekerjaan yang bisa menjamin hidupnya sendiri. Pengguran bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern yang 3 Jusmadi Sikumbang, Mengenal Sosiologi Dan Sosiologi Hukum, Penerbit Pustaka Press, Medan, 2010, hal. 160. Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, keahlian, atau keterampilan seseorang untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan faktor ekstern yang disebabkan oleh karena adanya pertambahan penduduk sehingga lapangan pekerjaan tidak lagi mampu menampung sejumlah penduduk yang memerlukan pekerjaan. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan sengit untuk meraih pekerjaan. 2. Faktor sosiologis. Masalah sosial yang bersumber dari faktor sosiologis adalah masalah-masalah yang menyangkut kependudukan dan keharusan biologis lainnya. Kekurangan atau tergoncangnya faktor biologis ini seperti bertambahnya umur manusia dan keharusan pemenuhan kebutuhan makanan dapat mendorong manusia kepada tindakan-tindakan penyimpangan sosial. a. Faktor keharusan untuk makan. Dalam kenyataan kehidupan sehari- hari bahwa keharusan untuk makan ternyata besar sekali pengaruhnya terhadap timbulnya masalah sosial, jika seseorang merasa terhambat keinginannya untuk memenuhi kebutuhan makan, maka akan timbul usaha manusia yang mengarah pada penyimpangan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan akan makanan artinya memang kebutuhan akan makan itu tidak bisa ditunda. b. Faktor kependudukan menyangkut bertambahnya jumlah manusia yang tidak terkontrol yang disebabkan oleh kebutuhan biologis, dapat mengakibatkan semakin sempitnya ruang lingkup kehidupan, termasuk Universitas Sumatera Utara lapangan pekerjaan. Hal ini tidak mustahil akan dapat menimbulkan masalah penyimpangan-penyimpangan sosial 4 Seperti yang telah dikemukakan bahwa penyimpangan-penyimpangan sosial disebabkan oleh beberapa faktor dan yang menjadi penyebab faktor utama adalah faktor ekonomis. Faktor ekonomis ini sangat berperan penting dalam mendorong terjadinya masalah kriminalitas. Kriminalitas atau bisa juga disebut sebagai kejahatan yang bersifat agak normal jika proporsi-proporsinya tidak mengalami pertambahan. Timbulnya kriminalitas disebabkan oleh adanya berbagai kepentingan sosial yaitu adanya gejala-gejala kemasyarakatan seperti krisis ekonomi, tekanan-tekanan mental , dendam dan keinginan yang tak tersalur . . Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain 5 Bonger menempatkan satu lagi penulis masa lampau yaitu Thomas More 1478-1535. Penulis buku Utopia 1516 ini menceritakan bahwa hukuman berat . Dalam pengalaman yang selama ini terjadi ternyata tak mudah untuk memahami kejahatan itu sendiri. Usaha memahami kejahatan ini sebenarnya telah berabad-abad lalu dipikirkan oleh para ilmuwan terkenal. Thomas Aquino 1226-1274 memberikan pendapatnya tentang pengaruh kemiskinan atas kejahatan. “Orang kaya yang hidup untuk kesenangan dan memboros-boroskan kekayaannya, jika suatu kali jatuh miskin , mudah menjadi pencuri.” 4 Ibid., hal. 163. 5 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Penerbit Rajawali Pers, Cetakan ketigabelas , Jakarta, 2013, hal. 1. Universitas Sumatera Utara yang dijatuhkan kepada penjahat pada waktu itu tidak berdampak banyak untuk menghapuskan kejahatan yang terjadi . untuk itu katanya, harus dicari sebab musabab kejahatan dan menghapuskannya. Korban dari kejahatan tersebut adalah sebagian besar masyarakat. Dimana nantinya masyarakat akan mempertanyakan bagaimana kinerja aparat keamanan dalam hal ini adalah pihak kepolisian dan pihak pihak security atau satpam dalam menjalankan tugasnya untuk mencegah terjadinya tindak pidana pencurian khususnya di bidang perkebunan. Tindakan menanggulangi kejahatan merupakan salah satu tujuan dari sistem peradilan pidana yang terpadu. Sistem peradilan pidana yang terpadu ialah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan. Usaha masyarakat dalam menaggulangi kejahatan bertujuan agar kejahatan tetap berada dalam batas toleransi masyarakat 6 Pendapat para sarjana tersebut diatas kemudian tertampung dalam suatu ilmu pengetahuan yang disebut kriminologi. Dimana yang pada intinya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab musabab dari kejahatan. Dalam . Sistem ini akan dianggap berhasil apabila terjadi keterpaduan antara keempat komponen penegakan hukum, dalam hal ini, Kepolisian, Pengadilan, Kejaksaan dan Kehakiman. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan memang bukan tanggung jawab kepolisian semata, serta ketiga komponen penegak hukum lainnya, melainkan dibutuhkan juga peran serta masyarakat dalam membantu pihak Kepolisian khususnya. 6 Mardjono Reksodiputro, Kriminologi Dan Sistem Peradilan Pidana, Pusat Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1994, hal. 140. Universitas Sumatera Utara pembahasan ini khususnya penulis mengkhususkan pembahasan tentang kasus pencurian yang terjadi di perkebunan. Menurut KUHP pencurian adalah mengambil sesuatu barang yang merupakan milik orang lain dengan cara melawan hak, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Pasal 362 KUHP 7 1. Pengertian pencurian . Pasal 362 KUHP yang berbunyi : “Barang siapa yang mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,“. Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362 KUHP terdiri dari unsur subjektif yaitu dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum dan unsur-unsur objektif yakni, barang siapa, mengambil, sesuatu benda dan sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain. Agar seseorang tersebut terbukti melakukan tindak pidana pencurian, orang tersebut harus terbukti telah memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana yang terdapat dalam rumusan Pasal 362 KUHP. Pencurian dipandang dari segi kriminologi maksudnya mencakup hal-hal sebagai berikut : 2. Sebab-sebab dilakukannya pencurian 3. Bagaimana dilakukan pencurian tersebut 4. Akibat yang timbul dari pencurian 7 R. Susilo, KUHP serta Komentar-Komentarnya Lengakap Pasal Demi Pasal, POLITEA Bogor 1996, hal. 249-255. Universitas Sumatera Utara 5. Tipe-tipe dari pelaku kejahatan 6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencurian tersebut Dewasa ini banyak ditemukan pencurian yang terjadi di seluruh aspek ruang lingkup, terlebih khusunya diruang lingkup perkebunan. Hal ini dikarenakan perkebunan merupakan bidang usaha yang memliki banyak aset berharga, ditambah lagi dengan komoditi perkebunan seperti kelapa sawit yang dimasa sekarang ini perkembangannya semakin pesat sedangkan masyarakat yang ada disekitar perkebunan tidak ikut merasakan dampak kesejahteraan dari perkebunan yang berdiri ditengah-tengah masyarakat. Ini merupakan faktor daya tarik masyarakat untuk dapat memiliki aset-aset perkebunan dengan cara-cara kriminal. Contoh kasus yang terjadi di salah satu perkebunan PTPN II yang ada di Lubuk Pakam yang dilakukan oleh pihak eksternal yaitu seorang anggota mantan ketua Pamswakarsa yang terpaksa mencuri dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup keluarga ke-7 anggotanya. 8 8 Wawancara dengan Bapak H.Harahap Bapam PTPN II Kebun TGPM. Pelaku mengaku harus mencuri sawit milik PTPN II karena sudah tidak tahu lagi harus kemana mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga ke-7 anggotanya, sebelumnya pelaku dan ke-7 anggotanya pernah bertugas menjaga keamanan di perkebunan PTPN II, pelaku sudah cukup tahu dan hafal kondisi wilayah perkebunan sehingga memudahkan pelaku melakukan pencurian sawit, namun pelaku bernasib sial karena aksi keburu ketauan oleh pihak keamanan PTPN II yang sedang melakukan patroli rutin. Saat sudah diamankan dan akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian diatas , maka penulis merasa tertarik untyuk mengangangkat kasus tindakan kriminal berupa tindak pidana pencurian aset-aset diperkebunan. Oleh karena itu untuk membahas hal tersebut penulis memilih judul dalam penulisan skripsi ini adalah “Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perspektif Kriminologi”.

A. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pemetaan Status Hara K-tukar, Ca-tukar, Dan Mg-tukar Di Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II

2 34 51

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

0 1 10

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

0 1 2

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

0 0 34

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

0 0 27

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

0 0 2

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi Appendix

0 0 10

Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 17

Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 2

Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017

0 0 7