f. Membuat parit-parit gajah dan membuat benteng di daerah yang
berbatasan dengan desa tempat masyarakat tinggal dan tempat yang rawan dilakukan pencurian. Tujuannya untuk mempersulit pemindahan
buah keluar arela perkebunan. g.
Melakukan blokade jalan dan memasang portal yang tujuannya untuk menyulitkan pelaku mengangkat atau membawa pergi hasil curiannya.
h. Mengadakan hubungan sosial yang baik dengan masyarakat seperti :
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat. i.
Pembinaan kehidupan rumah tangga yang selaras , seimbang dan serasi menuju pada kehidupan keluarga yang harmonis
64
B. Upaya Represif
.
Upaya represif dilakukan setelah terjadinya peristiwa pidana yaitu dengan menjatuhkan hukuman yang berat bagi pelaku atau dengan mengasingkannya
di suatu tempat tertentu. Upaya represif jika dikaitkan dengan kebijakan hukum pidana
Criminal Policy maka dapat dikategorikan kedalam kebijakan hukum secara penal.
Kebijakan Hukum Pidana biasa disebut juga dengan politik hukum pidana. Berbicara mengenai politik hukum pidana, maka tidak terlepas dari
pembicaraan mengenai politik hukum secara keseluruhan karena hukum pidana adalah salah satu bagian dari ilmu hukum
65
Kebijakan Hukum Pidana ini merupakan pelaksanaan atau penerapan hukum acara pidana berdasarkan undang-undang oleh alat-alat kelengkapan
.
64
Wawancara dengan Bapak Arman dan Bapak H.HarahapAsisten Humas dan Bapam PTPN II Kebun TGPM.
65
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
Negara, yakni kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan balai permasyarakatan, atau yang lebih dikenal dengan Sistem Peradilan Pidana. Menurut A.Mukder,
“Strafrechtpolitiek” ialah garis kebijakan untuk menentukan
66
a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah
atau diperbaharui. :
b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana.
c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan, dan pelaksanaan
pidana harus dilakukan. Jadi, tindakan terhadap seorang yang melakukan pencurian asset
perkebunan yaitu berupa hukuman, maka hal ini juga merupakan pencegahan terhadap orang lain yang mungkin akan melakukan pencurian tidak
melakukannya kembali karena akibatnya akan dihukum. Namun dalam upaya represif ini perlu diperhatikan dengan baik sebelum memberikan hukuman.
Jadi adapun upaya penanggulangan dan tahap-tahap menurut Kantor PTPN II Kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau adalah
67
a. Menyerahkan kepada pihak keamanan untuk di data apa-apa saja yang
telah dicuri. :
b. Pihak keamanan menyerahkan kepada pihak kepolisian untuk diproses
lebih lanjut lagi.
66
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana : Perkembangan Penyusunan
Konsep KUHP Baru, Edisi Pertama, Cetakan Ke-1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal.23.
67
Wawancara dengan Bapak Arman Asisten Humas PTPN II Kebun TGPM
Universitas Sumatera Utara
c. Kemudian Manager Kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau
menyerahkan berupa Surat Kuasa kepada Mandor yang daerahnya merupakan tempat terjadinya pencurian aset perkebunan gunan
memberikan keteranganPengaduan di Polsek tempat pelaku diproses. d.
Selanjutnya dari pihak kepolisian memberikan Surat Tanda Penerimaan Laporan STPL kepada Mandor tersebut.
e. Melakukan pemecatan atau pemutusan hubungan kerja PHK terhadap
karyawan yang terlibat dalam kasus pencurian aset perkebunan. Dari proses diatas maka upaya yang dilakukan terhadap pelaku
pencurian adalah dengan menjatuhkan hukuman pidana sesuai dengan beberapa teori di bawah ini yaitu :
1. Teori Retributif : dalam tujuan pemidanaannya disandarkan pada
alasan bahwa pemidaan merupakan “Morally Justifes” Pembenaran
secara moral karena pelaku kejahatan dapat dikatakan layak untuk menerimanya atas kejahatannya. Menurut teori ini seseorang yang
telah melakukan kejahatan dipandang sebagai perbutan amoral di dalam masyarakat, oleh karena itu pelaku kejahatan harus dibalas
dengan menjatuhkan pidana
68
2. Teori Deterrence : tujuan yang kedua dari pemidanaan adalah
“deterrence”. Terminologi “deterrence” menurut Zimring dan Hawkins, digunakan lebih terbatas pada penerapan hukuman pada
suatu kasus, dimana ancaman pemidanaan tersebut membuat seseorang .
68
Marlina, Hukum Penitensier, PT Refika Aditama, Bandung, 2011, hal. 41.
Universitas Sumatera Utara
merasa takut dan menahan diri untuk melakukan kejahatan. Namun “the next deterrence effect” dari ancaman secara khusus kepada
seseorang ini dapat juga menjadi ancaman bagi seluruh masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan.
3. Teori Treatment : pemidanaan yang dimaksudkan oleh aliran ini adalah
untuk memberi tindakan perawatan treatment dan perbaikan
rehabilitation kepada pelaku kejahatan sebagai pengganti dari penghukuman.
4. Teori Social Defence : tujuan utama dari perlindungan sosial adalah
mengintegrasikan individu ke dalam tertib sosial dan bukan pemidanaan terhadap perbuatannya
69
C. Upaya Reformatif