Teks sebagai Realisasi Proses Sosial
85
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
kilat. Sementara itu, konteks kulturalnya adalah pengetahuan mengenai listrik. Khususnya, listrik dengan tegangan tinggi dapat menyengat orang sampai mati. Itu berarti papan yang
bertuliskan bahaya di tiang listrik tersebut benar-benar merupakan teks karena tiang tersebut terdapat bahaya listrik. Oleh karena itu, orang yang melewati tiang tersebut tidak
akan berani mendekati benda tersebut. Lain halnya apabila papan bertuliskan ‘bahaya’ tersebut terdapat di keranjang sampah atau diletakkan di dalam gudang. Orang akan berani
memegang benda yang ditempati papan tersebut. Orang tahu bahwa benda tersebut tidak berbahaya walaupun terdapat papan yang bertuliskan bahaya. Dalam keadaan itu papan
bertuliskan bahaya tersebut tidak lagi sebuah teks karena sudah tidak berada di lingkungan yang sebenarnya atau sudah tidak berada di dalam konteksnya. Papan yang bertuliskan
bahaya dalam keadaan seperti itu sudah menjadi sampah atau hanya papan yang disimpan di gudang. Demikian halnya tulisan yang terdapat di dalam buku akan masih dianggap
teks apabila masih berada di dalam konteksnya: buku yang disimpan, baik di perpustakaan pribadi maupun umum. Apabila sudah dalam bentuk serpihan yang tercecer atau dalam
bentuk bungkus makanan misalnya, bagian tersebut sudah tidak bisa lagi dikatakan sebagai teks. Alasannya, orang sudah sulit mencari lingkungan asal teksnya dan fungsi sosial teksnya
yang disampaikan di dalamnya.
Dari penjelasan itu, sekali lagi, dapat dipahami bahwa teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk merealisasikan fungsi atau makna sosial dalam suatu konteks
situasi dan konteks kultural. Oleh karena itu, teks lebih merupakan suatu sistem bahasa yang bersifat semantis dan sekaligus fungsional. Bahasa yang digunakan fonologi, grafologi,
leksikogramatika, serta semantik wacananya merupakan pilihan linguistis penuturnya dalam rangka merealisasikan fungsi sosial teks. Oleh karena itu, teks bukan lagi hanya
sebuah perluasan bentuk gramatikal dari kumpulan kata-kata atau kalimat-kalimat walaupun teks tentu saja mempunyai bentuk dan struktur.
Dengan melihat kenyataan ini, teks dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, teks dapat dipandang sebagai suatu proses, yaitu proses interaksi dan aktivitas sosial antarpartisipannya
dalam mengekspresikan fungsi sosialnya. Dalam contoh papan bertuliskan ”bahaya”, interaksi sosialnya diperoleh melalui proses mengidentifikasi pesan melalui unit-unit
kebahasaan dan konteks yang mengelilinginya. Dalam contoh pengajaran di kelas, proses tersebut dapat diketahui melalui interaksi antara guru dan muridnya di dalam urutan
aktivitas sosial untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut dalam konteks situasi dan kulturalnya. Teks sebagai proses juga terdapat pada proses pemilihan semantik wacana,
tata bahasa, leksis, serta sistem bunyi atau grafologinya agar sesuai dengan konteks dan tujuan sosialnya.
Dalam pengertian kedua, teks dapat dipahami dalam bentuk sebuah produk. Sebagai sebuah produk, teks dapat direkam dalam bentuk audio dan visual dan dapat disimpan dan
dikeluarkan kembali untuk keperluan proses sosial lainnya. Dalam pengertian seperti ini