xlvii
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan APD
Menurut Setyawati 2008, faktor yang mempengaruhi penggunaan APD antara lain: usia, pengalaman kerja, persepsi, lingkungan kerja, jam kerja, shift
kerja, beban kerja, sifat pekerjaan, komunikasi, dan manajemen. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan APD adalah :
1. Faktor lingkungan kerja.
2. Beban kerja yang dirasakan saat bekerja.
3. Faktor pekerja, seperti pendidikan, masa kerja, sikap, pengetahuan,
kenyamanan, usia. 4.
Pengawasan. Perusahaan mengawasi karyawan dalam menggunakan APD. Adanya pemberian reward-punishment kepada karyawan, serta
pujian kepada karyawan yang taat terhadap peraturan perusahaan.
C. KARYAWAN
Buruh merupakan suatu istilah yang sangat populer dalam dunia ketenagakerjaan. Bahkan istilah ini telah digunakan pada zaman penjajahan
Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda, buruh Blue Collar adalah pekerja kasar, kuli, tukang mandor dan sebagainya. Sedangkan buruh yang melakukan
pekerjaannya di kantor disebut dengan karyawan White Collar Husni, 2005. Setelah Indonesia merdeka, tidak ada lagi perbedaan antara Blue Collar dan White
Collar, semua orang yang bekerja disebut dengan buruh. Seiring dengan perkembangan UU, istilah buruh diganti dengan pekerja. Alasannya karena istilah
xlviii
buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa dan cenderung merujuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain.
Istilah pekerja secara yuridis ditemukan dalam UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan yang membedakannya dengan pengertian tenaga kerja.
Dalam UU ini dinyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam danatau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan pengertian ini jelas bahwa
pengertian tenaga kerja sangat luas yakni mencakup semua penduduk dalam usia kerja. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1 Ayat 4 menyatakan pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apa pun. Jadi,
pekerja adalah sebagian dari tenaga kerja. Dalam penelitian ini, penulis menyebutkan pekerja sebagai karyawan
sebagaimana sesuai dengan penamaan yang ada di PT PP Lonsum, Tbk.
D. PROFIL PT PP LONSUM, Tbk
Sejarah PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk berawal lebih dari satu abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1906. Dengan kiprah
Harrisons Crossfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London-Sumatra, yang kemudian lebih dikenal
dengan nama “Lonsum”, berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan
xlix
terkemuka di dunia, memiliki hampir 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh, dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia.
Pada awal berdirinya, perusahaan menggolongkan tanamannya menjadi tanaman karet, teh, dan kakao. Di awal Indonesia merdeka, Lonsum lebih
memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian diubah menjadi kelapa sawit di tahun 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan
karet sebagai komoditas utama Perseroan.
Pada tahun 1994, Harrisons Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantations PPLS, yang membawa Lonsum go
public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT
Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama.
Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan
menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro- manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Bidang bisnis
Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao dan teh.
Perseroan saat ini memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal
sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Lonsum
l
memiliki 2 buah pabrik, 10 estate kebun, 4 POM Palm Oil Mill dan 1 tempat riset yang tersebar di 12 daerah di wilayah Sumatera Utara.
Tenaga kerja yang bekerja di Lonsum terdiri dari MRP, DRP dan PW. MRP dan DRP adalah karyawan tetap Lonsum dan merupakan tanggungan
Lonsum. Mulai dari gaji, tunjangan, jaminan kesehatan, biaya berobat dan sebagainya ditanggung oleh Lonsum. Sedangkan PW adalah buruh harian lepas.
Sekarang ini, PW sudah dimasukkan ke dalam karyawan tanggung Lonsum, artinya mereka juga menerima fasilitas yang sama dengan MRP dan DRP, hanya
saja jumlahnya tidak sebesar MRP dan DRP. Sebelumnya PW adalah tanggungan kontraktor, artinya Lonsum tidak bertanggungjawab langsung terhadap mereka.
Jika terjadi kecelakaan, maka yang bertanggungjawab adalah kontraktor. Namun, seiring dengan perubahan UU Tenaga Kerja, maka PW menjadi tanggungan
Lonsum. Untuk wilayah Sumatera Utara, Lonsum memiliki 2.867 orang pekerja yang terdiri dari 44 staff dan 2.823 non-staff. Staff di sini maksudnya adalah
karyawan yang bekerja di kantor, sedangkan non-staff maksudnya adalah karyawan yang bekerja di lapangan. Para pekerja ini memiliki berbagai jenis
pekerjaan seperti clerk, mandor, kenek, tukang kayu, bagian pemupukan, bagian establishment, bagian pemanen dan lainnya.
Lonsum memiliki berbagai program K3 yang terus berjalan, misalnya Hiperkes, Bencana Alam, Penanggulang Kebakaran, P3K, Pemeriksaan Berkala,
Pemeriksaan Berkala Khusus, Noise, Pelatihan-pelatihan, misalnya untuk bagian alat angkut berat. Ada juga penyediaan alat pelindung diri APD serta
li
pengurusan izin-izin misalnya untuk turbin, genset, boiler dan semacamnya. Menurut bagian Health dan Safety Lonsum, APD yang mereka sediakan sudah
memenuhi standar baku, baik secara kualitas maupun kuantitas. APD yang disediakan juga lengkap, mulai dari APD kepala, APD kaki, APD tangan dan
sebagainya. Lonsum juga merupakan salah satu perusahaan yang memiliki Sertifikat OSHAS, Bendera Emas, dan Zero Accident. Demikian pun, bukan
berarti tidak ada kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja terjadi oleh berbagai macam penyebab, mulai dari pelanggaran SOP kerja sampai tidak menggunakan APD.
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi, tak elak juga dengan Lonsum. Visi dan misi Lonsum adalah sebagai berikut :
1. Visi Perusahaan
Visi yang hendak dicapai oleh PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
adalah “to be leading 3C crops, cost, condition and research driven sustainable agribusiness”. Dengan kata lain, visi perusahaan PT Lonsum adalah
untuk menjadi perusahaan Agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman-biaya-lingkungan 3C yang berbasis penelitian dan pengembangan.
2. Misi Perusahaan
Misi yang dikembangkan oleh PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
adalah “to add value for stakeholders in agribusiness”. Dengan kata lain, misi
perusahaan adalah menambah nilai bagi “stakeholders” di bidang Agribisnis.
lii
E. KAITAN DISIPLIN KARYAWAN DALAM MENGGUNAKAN