xxxiii
mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang telah ditentukan terlebih dahulu. Disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri–ciri sebagai berikut:
a. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah
menjadi norma, etika, kaidah yang berlaku; b.
Adanya perilaku yang terkendali, dan c.
Adanya ketaatan. Prijodarminto 1994 menyatakan disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada, taat
terhadap peraturan yang ada atau disiplin adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik yang tertulis maupun secara
lisan. Dengan demikian perilaku dalam kaitannya dengan penggunaan alat
pelindung diri ini adalah seberapa jauh sikap individu memberikan perhatian secara optimal terhadap penggunaan alat pelindung diri.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Singodimedjo dalam Edi, 2009, ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin karyawan, yaitu :
xxxiv
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku bilaia merasa
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan kepada perusahaan.
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
Keteladanan pimpinan sangat penting karena dalam lingkungan peusahaan dimana karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana
pimpinannya dalam menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan sikap yang
dapat merugikan aturan disiplin yang sudah diterapkan. c.
Ada tidaknya aturan yang pasti yang dapat dijadikan pegangan. Disiplin tidak mungkin diterapkan bila peraturan yang dibuat hanya
berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah. Oleh sebab itu, disiplin dapat ditegakkan dalam suatu perusahaan jika ada aturan
tertulis yang telah disepakati antara pimpinan dan karyawan. Dengan demikian, karyawan mendapat kepastian bahwa siapa saja dan perlu
dilakukan sanksi bagi yang melanggar tanpa pandang buluh. d.
Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan. Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap
pelanggar disiplin sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua
xxxv
karyawan akan merasa terlindungi. Sebaliknya, jika pimpinan tidak berani mengambil tindakan pada karyawan yang melanggar disiplin,
hal itu akan berpengaruh pada karyawan lainnya. Karyawan akan berkata “untuk apa disiplin, sedangkan orang yang melanggar saja
tidak pernah kena sanksi”. e.
Ada tidaknya pengawasan pimpinan. Dengan adanya pengawasan, maka sedikit banyaknya karyawan akan
terbiasa melaksanakan disiplin. Bagi sebagian karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan tidak diperlukan lagi. Namun
untuk karyawan lainnya, menegakkan disiplin harus dilakukan dengan dipaksa dan diawasi.
f. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar pada karyawan akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena ia tidak
hanya dekat secara fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam arti batin. Pimpinan yang demikian selalu dihormati dan dihargai oleh
karyawan. g.
Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku.
Pembentukan perilaku jika dilihat dari formulasi Kurt Lewin adalah interaksi antara faktor pribadi dan faktor lingkungan situasional.
xxxvi
a. Faktor Kepribadian.
Faktor kepribadian yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Sistem nilai yang dianut berkaitan langsung
dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang ditanamkan oleh orang tua atau guru yang akan digunakan sebagai acuan dalam
disiplin di dunia kerja. Sistem nilai ini akan terlihat dari sikap seseorang. Perubahan sikap ke dalam perilaku terdapat 3 tingkatan menurut Kelman
dalam Brigham,1994, yaitu: i.
Disiplin karena kepatuhan. Kepatuhan terhadap aturan-aturan yang didasarkan pada perasaan
takut. Disiplin kerja pada tingkatan ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang
berwenang. Sebaliknya, jika pengawas tidak ada di tempat, disiplin kerja tidak tampak.
ii. Disiplin karena identifikasi.
Kepatuhan aturan yang didasarkan pada identifikasi adalah adanya perasaan kagum pada pimpinan. Karyawan yang menunjukkan
disiplin terhadap aturan lebih disebabkan pada keseganan pada atasannya. Karyawan merasa tidak enak jika tidak mematuhi aturan.
Jika pusat identifikasi ini tidak ada, maka disiplin kerja akan menurun dan meningkatnya frekuensi pelanggaran.
iii. Disiplin karena internalisasi.
xxxvii
Disiplin ini terjadi karena karyawan memiliki sistem nilai pribadi yang menjunjung tinggi disiplin.
b. Faktor Lingkungan
Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan proses belajar yang terus menerus. Agar proses belajar ini dapat efektif, pimpinan
harus memperhatikan prinsip-prinsip konsistensi, adil, bersikap positif, dan terbuka. Konsisten memberlakukan aturan secara konsistensi secara terus
menerus. Adil dalam memperlakukan seluruh karyawan, tidak membeda-bedakan karyawan. Bersikap positif adalah setiap pelanggaran yang dibuat, dicari faktanya
dan dibuktikan terlebih dahulu. Komunikasi terbuka adalah kuncinya. Transparansi mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan,
termasuk di dalamnya sanksi dan hadiah.
3. Aspek-aspek Disiplin