dapat mengurangi angka kekambuhan. Obat juga memberikan efek samping pada klien halusinasi seperti tremor, kaku otot dan mengantuk.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ledy 2010 tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi yang
menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengontrol halusinasi pasien.
6.2 Pengendalian Diri Klien Halusinasi
Pengendalian diri klien halusinasi meliputi kemampuan meminta teman atau perawat menyapa saat sedang berhalusinasi, kemampuan bercakap-cakap dengan teman
atau orang lain untuk mencegah halusinasi, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari mulai bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu dan kemampuan
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis,
Adapun hasil penelitian sebagian besar klien halusinasi yang dikategorikan mampu mengendalikan diri terhadap halusinasi sebanyak 20 responden 57,1. Hal ini
menunjukkan klien halusinasi sudah mampu meminta teman atau perawat untuk menyapa klien saat terjadi halusinasi. Klien halusinasi juga sudah mampu melakukan kegiatan
bercakap-cakap sehingga dapat mengendalikan halusinasi yang dialaminya. Aktivitas sehari-hari yang dijadwalkan sudah dilakukan klien halusinasi untuk mengendalikan
halusinasinya. Penggunaan obat secara teratur sudah dilakukan klien halusinasi dalam mengendalikan halusinasinya serta untuk mencegah kekambuhan.
Klien halusinasi mampu mengendalikan halusinasinya dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Klien halusinasi mampu makan dengan baik, merapikan tempat tidur
dengan mandiri atau dengan bantuan perawat, mampu membersihkan ruangan bersama-
Universitas Sumatera Utara
sama, mengambil makan bersama-sama, mencuci pakaian sendiri bahkan pakaian teman yang ada di ruangan tersebut. Klien halusinasi juga menggunakan obat dengan prinsip 5
benar benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis. Klien halusinasi mampu menyebutkan jenis obat yang dimakannya, efek samping dari obat tersebut akibat
putus obat yang terjadi kekambuhan. Namun sebagian klien halusinasi 15 responden 42,9 belum mampu
mengendalikan diri dengan baik karena, masih belum beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit karena lama rawat klien halusinasi mayoritas 1 tahun, klien halusinasi juga
masih merasa canggung mengikuti kegiatan yang dilakukan di rumah sakit atau melakukan aktivitas yang sudah dijadwalkan sehari-hari. Klien masih ada yang tidak mau
merapikan tempat tidur, tidak mau berinteraksi dengan teman atau perawat dan untuk kebersihan diri juga masih kurang.
Klien halusinasi yang sudah mampu mengendalikan halusinasi sudah memiliki cara dalam mengahadapi halusinasinya. Ketika halusinasi muncul, klien halusinasi
berusaha menghardik dengan mengatakan “saya tidak dengar”, ada juga klien yang langsung bercakap-cakap dengan perawat atau dengan teman satu ruangan, klien
halusinasi juga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaia n, menyapu lantai agar perhatiannya tidak pada halusinasinya. Klien yang mampu mengendalikan halusinasi
memiliki komunikasi yang baik terhadap teman dan perawat yang ada di ruangan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Sulastri 2010, menyatakan penerapan asuhan
keperawatan memberikan hasil yang bermakna terhadap peningkatan kemampuan klien mengontrol halusinasi dan penelitian Arum, dkk 2004 yang menunjukkan bahwa adanya
perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi menunjukkan kemampuan komunikasi yang lebih baik daripada kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
6.3 Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi