48
Unsur eksotisme adalah faktor penarik lainnya yang menjadi ranah kajian dalam antropologi yang memiliki kaitan erat dengan kegiatan wisata. Secara
konseptual, antropologi memberikan suatu pandangan dari sudut lain mengenai pariwisata yang selama ini tidak diketahui oleh masyarakat, seperti melihat
pariwisata dari sudut pandang budaya dan sosial masyarakat yang dapat memberikan pemahaman yang berbeda atas kegiatan wisata.
Kegiatan wisata dan pariwisata dalam antropologi tidak hanya sekedar untuk melakukan perjalanan mengunjungi objek-objek wisata melainkan dapat
memberikan analisis singkat mengenai objek wisata dan unsur lainnya yang terdapat dalam objek wisata tersebut, seperti : masyarakat disekitar lokasi objek
wisata, nilai budaya pada objek wisata.
4.3 Dampak Wisata
Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk
dikembangkan. Peluang tersebut didukung oleh kondisi-kondisi alamiah seperti: letak dan keadaan geografis lautan dan daratan sekitar khatulistiwa, lapisan
tanah yang subur dan panoramis akibat ekologi geologis, serta berbagai flora dan fauna yang memperkaya isi daratan dan lautannya.
Bill Faulkner 1996: 5 aspek potensi pariwisata Indonesia: •
Warisan budaya yang kaya •
Bentang alam yang indah •
Letak dekat pasar pertumbuhan Asia •
Penduduk potensial jumlah mampu
49
• Tenaga kerja jumlah dan murah
Usaha pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang tidak dapat dihindari sebagai akibat datangnya wisatawan ke suatu wilayah tertentu yang
mempunyai kondisi berbeda dari tempat asal wisatawan tersebut. Berkaitan dengan aspek potensi wisata tersebut, objek wisata Pantai Bokek
memiliki beberapa asek diantaranya, seperti : bentang alam yang indah, penduduk yang potensi dari segi jumlah dan kemampuan dalam dunia wisata secara
sederhana dan ketersediaan tenaga kerja. Aspek-aspek pengembangan pariwisata yang telah dikemukakan oleh
Faulkner sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya telah dipenuhi oleh objek wisata Pantai Bokek, hal ini menjadikan objek wisata Pantai Bokek memiliki
potensi yang cukup sebagai modal pengembangan lebih lanjut sebagai daerah tujuan wisata yang berada dibawah kordinasi Dinas Pariwisata Kabupaten Deli
Serdang. Menurut John M. Bryden dalam Abdurrachmat dan E. Maryani 1998:79
yang menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan obyek wisata dapat memberikan setidaknya ada 5 butir dampak positif, adapun dampak positif
tersebut yaitu: 1.
Penyumbang devisa negara, 2.
Menyebarkan pembangunan, 3.
Menciptakan lapangan kerja, 4.
Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak penggandaan multiplier effect,
5. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin luas,
50
6. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan ketrampilan penduduk.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh Bryden tersebut maka objek wisata Pantai Bokek juga turut dalam menyumbang devisa negara melalui
kegiatan pariwisata yang diselenggarakan dan menumbuhkan proses pembangunan lebih lanjut di wilayah tersebut.
Lapangan pekerjaan yang tersedia berkat adanya objek wisata Pantai Bokek adalah salah satu upaya meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
Selain kenaikan dalam hal pendapatan ekonomi, kegiatan wisata di Pantai Bokek juga berperan dalam pengembangan ketrampilan masyarakat setempat dalam
pengelolaan objek wisata. Abdurrachmat dan E. Maryani 1998:80 menjelaskan pula dampak-dampak
negatif yang timbul dari pariwisata secara ekonomi, yaitu : 1.
Semakin ketatnya persaingan harga antar sektor 2.
Harga lahan yang semakin tinggi 3.
Mendorong timbulnya inflasi 4.
Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari negara terhadap pariwisata
5. Meningkatnya kecenderungan impor
6. Menciptakan biaya-biaya yang banyak
7. Perubahan sistem nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata pergaulan
dalam masyarakat, misalnya mengikis kehidupan bergotong royong, sopan santun dan lain-lain.
8. Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran obat terlarang
9. Dapat meningkatkan pencemaran lingkungan seperti sampah, vandalisme
51
corat-coret, rusaknya habitat flora dan fauna tertentu, polusi air, udara, tanah, dan lain sebagainya.
Pendapat Abdurrachmat dan Maryani 1998:80 tersebut menegaskan proses perubahan yang terjadi akibat dari kegiatan pariwisata di suatu wilayah,
berkaitan dengan lokasi penelitian di Pantai Bokek hal ini terjadi dengan berubahnya kondisi sistem nilai dengan moral, lebih spesifik dapat dikatakan
bahwa perilaku wisatawan yang berkunjung telah mengarah pada tindak perilaku seksual dengan menggunakan fasilitas objek wisata Pantai Bokek.
Lebih lanjut, Manurung mengatakan bahwa akibat dari wisata menimbulkan beberapa masalah sosial, seperti terjadinya tindakan-tindakan susila
disekitar tempat pariwisata dan penyakit –penyakit HIV semakin berkembang serta keadaan alam yang semakin berubah membuat ekosistem alam terganggu.
Berkaitan dengan hal ini, lokasi wisata Pantai Bokek pada kenyataannya telah menjadi lokalisasi tindakan susila yang menyebabkan timbulnya dampak negatif
dari lokasi wisata tersebut. Penegasan mengenai hal ini diungkapkan oleh Nuraidi 48 Tahun
informan dilapangan penelitian yang bertugas sebagai Kepala Desa Tanjung Selamat mengatakan bahwa :
“...Pantai Bokek ini dikembangkan sebagai objek wisata untuk meningkatkan pendapatan daerah dan orang-orang pun tahu tentang hal
itu ... jadi Pantai Bokek tidak memiliki kaitan langsung dengan kegiatan lokalisasi tersebut”
Pendapat tersebut merujuk pada usaha yang dirintis oleh aparat desa untuk meningkatkan pendapatan yang mengarah pada lokalisasi lokasi tersebut namun
pada sisi lain hal tersebut dianggap sebagai dampak negatif yang tidak berkaitan dengan pengelolaan objek wisata Pantai Bokek.
52
Pendapat tersebut merupakan usaha untuk dapat meningkatkan pemasukan bagi daerahnya melalui wisata, namun usaha tersebut dianggap sebagai hal yang
lumrah terjadi pada lokasi-lokasi wisata lainnya, dan menjadi alasan utama bahwa proses tindakan asusila yang terjadi dilokasi tersebut merupakan tanggung jawab
pribadi wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang tinggal disekitar dan menjadi pengelola usaha wisata di
Pantai Bokek menuturkan bahwa : “Kegiatan usaha yang kami jalani ini dapat izin dari dinas
perindustrian Deli Serdang, jadi usaha ini berizin ... orang yang sukak mojok di pondok-pondok itu kelakukan orang itu, gak mau tau kami
dengan hal itu, yang penting mereka bayar sewa lapak Izal, 45 Tahun.”
Lokasi wisata Pantai Bokek ini pada proses perkembangannya pernah menjadi lokasi bagi anak sekolah yang bolos dan pernah juga diamankan oleh
pihak Arhanud artileri pertahanan udara yang juga memiliki wilayah disekitar tempat tersebut. Pada saat ini keamanan lokasi wisata tersebut menjadi
tanggungjawab masyarakat sekitar dan pengelola wisata. Berdasarkan pengamatan dilapangan penelitian memberi gambaran yang
mendalam mengenai dampak negatif ini. Di sepanjang aliran sungai yang menjadi lokasi wisata Pantai Bokek, terdapat kurang lebih 25 pengelola usaha yang terdiri
dari 5 pengelola dengan izin usaha yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deli Serdang dan selebihnya 20 pengelola tidak memiliki izin usaha.
Tulisan Picard 2006:192 mengenai pariwisata Bali memberi contoh terhadap dampak yang terjadi dalam kegiatan wisata, sebagaimana dikatakannya
bahwa :
53
“... sedangkan dampak sosial-budaya dianggap negatif secara keseluruhan … pengendoran ikatan-ikatan sosial, kebebasan seksual
yang mempengaruhi kaum muda, atau produksi massal bermutu rendah ...”
Pernyataan ini memberi gambaran bahwa dampak negatif yang timbul dari
kegiatan pariwisata adalah suatu hal yang lumrah terjadi dalam setiap kegiatan wisata, adapun bentuk dari dampak negatif pariwisata berkisar pada hal-hal yang
berkaitan dengan ikatan sosial masyarakat setempat, perubahan kebudayaan, kebebasan seksual.
Dampak negatif yang muncul dari kegiatan wisata bukanlah suatu hal yang tiba-tiba terjadi melainkan terjadi akibat dari kondisi sosial-budaya individu yang
berperan sebagai wisatawan, kondisi sosial-budaya ini kemudian dibawa kedalam kegiatan wisata dan seakan-akan memberi gambaran bahwa hal negatif muncul
dari kegiatan wisata tersebut. Suasana lokasi objek wisata yang tenang dan sistem sosial yang tidak ketat
menyebabkan dampak negatif dengan mudah merasuk dalam dunia wisata, hal ini disebabkan oleh kegiatan wisata yang erat kaitannya dengan suasana tenang,
nyaman bahkan terkesan menyenangkan diri sendiri, kondisi inilah yang membuka ruang untuk masuknya pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa oleh
wisatawan. Penguatan nilai sosial dan budaya masyarakat setempat merupakan jalan
yang dapat ditempuh untuk membentengi wisata dari dampak negatif namun pada sisi lain hal ini berbenturan dengan tujuan wisata bahkan masyarakat setempat
dapat juga berperan sebagai agen yang membawa pengaruh negatif untuk memajukan kegiatan wisata dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mengarah
pada kegiatan bernilai negatif tersebut.
54
Pondok-pondok peristirahatan di Pantai Bokek
Sumber : penulis
Izal 45 Tahun, Pengelola wisata Pantai Bokek mengatakan bahwa : “sampai saat ini cuman usaha saya aja yang berizin,
selebihnya disini tidak ada yang berizin ... izin saya punya itu termasuk dengan 4 lapak lainnya yang dipegang saudara saya.”
Hal tersebut memberi gambaran bahwa pengembangan potensi wisata Pantai Bokek tidak mendapat perhatian yang serius dari pihak pemerintah dan
memberi kesempatan timbulnya dampak negatif dari lokasi wisata tersebut. Pondok-pondok yang terdapat disepanjang aliran sungai Pantai Bokek
tersebut berjumlah 80 pondok di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Deli Serdang dan 15 pondok terdapat di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan
Medan Tuntungan Kotamadya Medan, kedua lokasi ini dipisahkan oleh aliran sungai.
55
Menurut Chohen 1984, dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok yaitu :
1. Dampak terhadap penerimaan devisa.
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat.
3. Dampak terhadap kesempatan kerja.
4. Dampak terhadap harga-harga.
5. Dampak terhadap distribusi.
6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol.
7. Dampak terhadap pada pembangunan pada umumnya.
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi; 1 memperluas lapangan kerja; 2 bertambahnya
kesempatan berusaha; 3 meningkatkan pendapatan; 4 terpeliharanya kebudayaan setempat; 5 dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.
Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan; 1 terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah; 2
timbulnya komersialisasi; 3 berkembangnya pola hidup konsumtif; 4 terganggunya lingkungan; 5 semakin terbatasnya lahan pertanian; 6
pencernaan budaya; dan 7 terdesaknya masyarakat setempat Spillane, 1989:47. Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Hal ini dikemukakan oleh Gee 1989 dalam bukunya yang berjudul “The Travel Industry”, mengatakan bahwa “as tourism grows and travelers
56
increases, so does the potential for both positive and negative impacts”. Hal tersebut mengarah pada adanya dampak atau pengaruh yang positif maupun
negatif karena adanya pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat. Dampak dampak akibat adanya tempat wisata tentu mempengaruhi
ke lingkungan sekitarnya dan menurut Lerner 1977 yang dikutip oleh Allister Mathieson and Geoffrey Wall 1982 dalam ‘Tourism: Social, Economic,
Environment Impacts” siapa saja didalam lingkungan tersebut. Lerner menulis seperti berikut :
“Environment now includes not just only land, water and air but also encompass to people, their creation, and the social,
economic,and cultural condition that affect their lives.”
Sehingga yang terkena dampak positif dan negatifnya adalah sesuai yang dikatakan oleh Lerner adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi dan sosial.
Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi
daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana
pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan
dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan proses baik
akan menghasilkan dan meningkatkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat, kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dalam fokus
kepariwisataan. Mengenai korelasi antar aspek dalam pengembangan pariwisata bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya
57
memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup komunitas setempat, teapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan
yang lebih baik. Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” 2000, p.168-169, menyatakan bahwa :
“Pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup
melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut”.
Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat
memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan
obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut,
misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain,
produsen cindera mata yang memiliki kekhasan dari obyek tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin,
tenang, aman selama mereka berada di obyek wisata tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak
direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial.
Proses pengembangan suatu tempat wisata apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan fisik, barang-barang
sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk sekitar terhadap wisatawan maupun obyek wisata tersebut dimana pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi
pengelola tempat wisata tersebut. Penulis mengutip pernyataan Coccossis 1996 :
58
“An important characteristic of interaction between tourism and environment is the existence of strong feedback mechanism :
tourism often has adverse effects on quantity and quality of natural and cultural resources”.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka proses pengembangan objek
pariwisata merupakan suatu hal tentang hubungan tempat wisata dan lingkungan dimana bila ditangani dengan baik maka akan terjadi peningkatan lingkungan ke
arah yang lebih baik tetapi apabila tidak ditangani dengan baik bisa merusak. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa di setiap pengembangan obyek
wisata akan mempunyai dampak-dampak. Tetapi pada penelitian ini penulis akan memperdalam dampak ekonomi dan sosial saja, dengan penjelasan di bawah ini :
a. Dampak ekonomi Dampak dalam bidang ekonomi akibat adari pariwisata dapat bersifat
positif maupun negatif dalam setiap pengembangan obyek wisata. Untuk segi positif dampak ekonomi ini ada yang langsung dan ada juga yang tidak langsung.
Dampak positif langsungnya adalah : membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk komunitas lokal, baik itu sebagai pegawai bagian kebersihan, kemananan,
ataupun yang lainnya yang sesuai dengan kemampuan dari masyarakat sekitar, atau dengan berjualan, seperti : makanan, minuman sehingga masyarakat lokal
bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak. Selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akan
mendapatkan pendapatan dari pajak. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan
pemikiran akan pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Suatu pengembangan obyek wisata apabila
diatur, ditata dan dipantau dengan baik tidak akan menghasilkan dampak negatif
59
bagi sektor ekonominya, tetapi apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan menimbulkan kerugian baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri
maupun pihak komunitas lokal daerah setempat. b. Dampak positif sosial
Kebanggan terhadap aset pariwisata : dengan adanya pembaharuan kebanggaan budaya mengenai aset wisata maka masyarakat dapat memperbaharui
kembali rasa bangga mereka terhadap kegiatan pariwisata yang dilakukan. Pertukaran nilai sosial : pariwisata dapat menciptakan pertukaran nilai
sosial dari wisatawan dengan masyarakat setempat, sehingga membuat para wisatawan mengerti tentang kondisi sosial setempat dan mengerti akan nilai-nilai
dari tradisi masyarakat setempat begitu pula sebaliknya masyarakat lokal pun bisa tahu tentang budaya dari para wisatawan tersebut.
c. Dampak negatif sosial Peningkatan jumlah penduduk : setiap pengelola obyek wisata selalu
menginginkan tempat wisata untuk menyedot wisatawan, tetapi ada hal-hal yang harus diperhitungkan karena apabila suatu obyek wisata terlalu padat, maka bisa
menyebabkan hilangnya kenyamanan bagi penduduk setempat dan membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman dan pada akhirnya akan terbentuk
garis batas antara penduduk lokal setempat dengan wisatawan yang terlalu banyak.
Masalah sosial, dengan adanya percampuran budaya negatif antara wisatawan dengan masyarakat setempat maka dapat menyebabkan pola perilaku
sosial masyarakat setempat.
60
4.4 Dampak Positif Pengembangan Pariwisata