hapusan dikeringkan dan diamati di mikroskop dengan perbesaran 10 × 100 dengan bantuan minyak immersi. Jumlah sel mikronukleus dalam 100 sel
dihitung. Perhitungan dilakukan sebanyak 2 kali pada setiap hapusan. Ukuran sel mikronukleus lebih kecil dari ukuran nukleus normal Khrisna dan Hayashi,
2000. Gambar sel mikronukleus sumsum tulang mencit dapat dilihat pada
Lampiran 8, halaman 54. Data penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 57.
3.11 Analisis Data
Data hasil penellitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17. Data hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis
statistik yang digunakan. Data dianalisis dengan menggunakan uji ANAVA satu arah untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara perlakuan. Jika terdapat perbedaan,
dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tuckey untuk mengetahui variabel mana yang memiliki perbedaan. Berdasarkan nilai signifikansi, p0,05 dianggap signifikan. Data
ditampilkan dalam rerata ± SEM dan dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 58.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Simplisia dan Ekstrak Tumbuhan yang digunakan telah diidentifikasi di Herbarium Medanense
MEDA, Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada lampiran 1.
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia Lampiran 2, halaman 42 daun ceremai menunjukkan daun berwarna hijau muda, berbentuk bulat telur sampai
jorong, tepi daun rata, ukuran ±4×8 cm, dengan tekstur permukaan daun licin dan berkerut-kerut, berbau khas dan tidak berasa. Hasil pemeriksaan mikroskopik
serbuk simplisia daun ceremai Lampiran 2, halaman 42 terlihat fragmen berupa epidermis, stomata tipe anisositik, tulang daun, pembuluh kayu, hablur kalsium
oksalat, serabut. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun ceremai diperoleh kadar
air 5,99 yang telah memenuhi persyaratan secara umum 10, kadar abu total 5,19, kadar abu tidak larut dalam asam 0,56, kadar sari larut dalam air 22,20
dan kadar sari larut dalam etanol 22,21. Hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak
larut asam memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia MMI. Standarisasi simplisia diperlukan karena kandungan bahan aktif yang terkandung
dalam jenis tanaman yang sama dapat bervariasi, dengan standarisasi diharapkan bahan aktif yang terkandung di dalam bahan baku tersebut cukup konsisten,
sehingga takaran yang digunakan untuk pengujian memiliki kandungan aktif yang setara.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeriksaan skrining fitokimia baik terhadap simplisia maupun ekstrak menunjukkan bahwa keduanya mengandung senyawa kimia golongan
flavonoid, tannin, saponin dan glikosida. Adanya senyawa flavonoida dan senyawa-senyawa polifenol yang terkandung dalam daun ceremai menunjukkan
bahwa daun ceremai memiliki aktivitas antioksidan yang dapat digunakan sebagai antikanker.
4.2 Pengujian Efek Antikanker