2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Ditjen
POM, 2000. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995.
Untuk ekstraksi Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, dan etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan
obat tradisional masih terbatas pada penggunaan penyari air, etanol, atau etanol- air Ditjen POM, 1986.
2.3 Metode-Metode Ekstraksi
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu:
a. Cara dingin
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:
• Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan.
Universitas Sumatera Utara
• Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus-menerus sampai
diperoleh ekstrak perkolat.
b. Cara panas
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari:
• Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
• Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
• Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar 40-50
o
C.
• Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-
98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit.
Universitas Sumatera Utara
• Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama 30 menit dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.4 Kanker 2.4.1 Proses kanker
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normal,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh
normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit menular Diananda, 2009.
Istilah tumor tidak sama dengan kanker. Tumor adalah istilah umum untuk setiap benjolan abnormal. Sedangkan kanker adalah tumor yang bersifat ganas.
Dengan kata lain kanker sama dengan tumor ganas Diananda, 2009. Dalam keadaan normal sel-sel tubuh makhluk hidup secara alami
melakukan pembelahan. Pembelahan ini dikendalikan oleh enzim dan hormon- hormon tubuh atas perintah otak. Dalam kondisi tertentu misalnya karena mutasi
perubahan gen, sel secara tiba-tiba bisa berubah. Perubahannya bisa membuat sel tersebut diluar kontrol pusat koordinasi dan menyebabkan terbentuknya sel
kanker Harianto, 2009. Sel-sel kanker mempunyai kemampuan membelah dengan kecepatan yang
berpuluh-puluh kali lipat dari sel normal. Sel-sel kanker juga mampu menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
Universitas Sumatera Utara
bersebelahan invasi atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh metastasis. Pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kanker bisa menyebabkan
kerusakan DNA serta mutasi lanjut di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Kemampuan mutasi inilah yang akhirnya mengakibatkan sel-sel normal menjadi
sel-sel kanker Harianto, 2009. Terjadiya mutasi biasanya disebabkan oleh adanya faktor pemicu yang disebut mutagen Sudiana, 2008.
2.4.2 Bahan-Bahan Penyebab Kanker Karsinogen
Bahan-bahan yang dapat menjadi pemicu dan penyebab terjadinya kanker adalah:
a. Karsinogen Biologis.
Karsinogen ini berasal dari makhluk hidup, biasanya berupa virus dan bakteri. Contoh spesies karsinogen biologis adalah virus papilloma Human Papilloma
Virus, Virus Sitomegalo Citomegalo Virus, Helicobacter pylori. b.
Karsinogen Kimia. Karsinogen ini berasal dari zat-zat kimia sentetis. Contoh karsinogen kimia
diantaranya adalah pestisida, agen alkilasi mustard, asam nitril, hidroksil amino NH
2
OH, aflatoksin, nitrosamin, arsenikum, asbestosis, arsen dan bahan-bahan industri pabrik.
c. Karsinogen Fisika.
Karsinogen ini biasanya berasal dari paparan sinar tertentu atau radiasi yang mengakibatkan mutasi. Contoh karsinogen fisika adalah radiasi sinar ultraviolet,
sinar-X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma Haryanto, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Tahap Terjadinya Kanker
Secara singkat, pembentukan dan pertumbuhan sel kanker dapat dijelaskan melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Fase inisiasi, yaitu ketika sel normal mulai mengalami mutasi oleh karsinogen.
b. Fase induksi, yaitu ketika sel normal yang sedang bermutasi mulai berubah
menjadi sel kanker. Fase inisiasi dan induksi tidak bisa diketahui dan sangat susah untuk dideteksi. Fase-fase ini berlangsung hingga puluhan tahun.
c. Fase in situ, yaitu ketika pertumbuhan kanker terbatas pada jaringan tempat
asalnya tumbuh. Fase ini lamanya sangat bervariasi. Mungkin saja penderita penyakit kanker berada dalam fase ini selamanya, tetapi umumnya berlangsung
sampai 5 tahun. d.
Fase invasif, yaitu sel kanker telah menembus membran basal dan masuk ke jaringan atau organ sekitar yang berdekatan. Fase ini lebih cepat dari fase lain
dan berlangsung kurang dari 5 tahun. e.
Fase metastasis, yaitu penyebaran kanker ke kelenjar getah bening atau organ lain yang letaknya jauh misal kanker usus besar menyebar ke hati. Penyebaran
ini dapat melalui aliran darah, aliran getah bening, atau langsung dari tumor Diandana, 2009; Haryanto, 2009.
2.4.4 Pencegahan Kanker
a. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker dengan
menghilangkan atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan factor- faktor yang dapat menimbulkan kanker. Pengaturan pola makanan sehari-hari juga
diperlukan agar tubuh mempunyai cadangan antioksidan yang cukup sebagai penangkal radikal bebas yang merusak tubuh Dalimartha, 2004
Universitas Sumatera Utara
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berupa usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat kanker dengan mendeteksi dini kanker pada individu yang
tanpa gejala. Bila ditemukan kecurigaan pada deteksi dini, segera dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk penentuan diagnosis kanker dan pengobatan segera.
Pada stadium dini, kerusakan yang timbul akibat kanker masih kecil sehingga dengan pengobatan segera akan membebaskan penderita dari kanker dan dapat
hidup normal Dalimartha, 2004.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat kanker dan pengobatannya Dalimartha, 2004.
2.4.5 Pengobatan Kanker
Jenis pengobatan kanker dapat dipilih tergantung dari jenis, lokasi dan stadium kanker, kondisi fisik pasien, pilihan pasien dan ketersediaan sarana. Berikut
adalah berbagai pilihan pengobatan untuk kanker:
a. Operasi atau Pembedahan
Pembedahan merupakan prosedur pengobatan kanker paling tua, dan paling besar kemungkinannya untuk sembuh, khususnya untuk jenis kanker tertentu
yang belum menyebar ke jaringan lain. b.
Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950- an. Diberika sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan
dioperasi, atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker. Biasanya diberikan dalam tablet atau pil, suntikan atau infus. Jadwal
Universitas Sumatera Utara
pemberiannya ada yang setiap hari, seminggu sekali, atau bahkan sebulan sekali.
c. Radiasi
Terapi yang efeknya bersifat lokal ini diberikan secara eksternal atau secara internal. Secara eksternal menggunakan alat tertentu untuk menembakkan ,
sedang internal dalam bentuk implantradioaktif yang disisipkan di area kanker, atau berupa obat telan atau suntik.
d. Immunoterapi
Immunoterapi disebut juga terapi biologis merupakan jenis pengobatan kanker yang relative baru. Ada tiga macam immunoterapi,yaitu aktif vaksin kanker,
pasif danm terapi adjuvant. e.
Terapi gen Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara: 1 mengganti gen yang rusak atau
hilang, 2 menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan sel kanker, 3 menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih
mudah dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun radioterapi, dan 4 menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan
pembuluh darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya mati. Pada saat ini terapi gen belum digunakan secara umum Diandana, 2009.
2.5 Siklofosfamid 2.5.1 Mekanisme Kerja
Siklofosfamid sebagai agen alkilasi bekerja lewat timbulnya efek sititoksik melalui pemindahan gugusan alkilnya ke berbagai unsur sel. Alkilasi DNA
Universitas Sumatera Utara
didalam nukleus merupakan interaksi utama yang menyebabkan kematian sel. Siklofosfamid juga bereaksi secara kimia dengan gugusan sulfahidril, amino,
hidroksil, karboksil dan fosfat dari semua nukleofil sel. Tempat alkilasi utama di dalam DNA adalah posisi N7 guanin. Siklofosfamid tidak secara langsung
memberi efek vesicant dan harus diaktifkan menjadi bentuk sitotoksik oleh enzim mikrosomal.
Sistem sitokrom P450 mixed function oxidase mikrosoma hati mengubah siklofosfamid menjadi 4-hidroksisiklofosfamid yang seimbang dengan
aldofosfamid. Metabolit-metabolit aktif ini dibawa aliran darah ke jaringan tumor dan jaringan sehat, dimana pemecahan nonenzimatik dari aldofosfamid menjadi
bentuk sitotoksik fosforamid mustar dan akrolein. Hati terlindung oleh adanya pembentukan 4-ketosiklofosfamid dan karboksifosfamid, metabolit inaktif yang
dibentuk secara enzimatik. Peracunan utama dari alkilator ini adalah pada sumsum tulang dan supresi miolopoisis yang bergantung pada dosis. Dalam kemoterapi
siklofosfamid digunakan sebanyak 3,5-5 mgkghari peroral selama 10 hari Salmon dan Sartorelli, 1998.
2.6 Metode Uji Pendahuluan Antikanker 2.6.1 Metode Ames