Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

(1)

Lampiran 1.

KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA

PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

No. Responden :

Umur : Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan Masa Kerja : Tahun

Status Pernikahan : Menikah/Belum Menikah

II. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER II :

1. Bagian ini memuat pertanyaan/pernyataan seputar kondisi anda terkait dengan gejala stres kerja.

2. Bacalah dengan cermat pertanyaan di bawah ini

3. Beri tanda (√) pada jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan, dengan ketentuan:

• Jika anda tidak pernah merasakan berarti anda memilih TP

• Jika anda kadang-kadang atau sesekali merasakan berarti anda memilih KD • Jika anda sering (lebih dari tiga kali dalam sebulan terakhir) merasakannya

berarti anda memilih SR

• Jika anda selalu merasakannya atau hampir setiap saat berarti anda memilih SL

No. TP KD SR SL

1. Perasaan saya berdebar saat menerima atau merawat pasien kritis.


(2)

pasien di ruangan ICU

4. Ketika saya menghadapi banyak pekerjaan yang harus diselesaikan membuat saya merasa sakit kepala/pusing.

5. Tangan saya suka berkeringat pada saat/setelah merawat pasien dengan kondisi kritis.

No. TP KD SR SL

6. Saya mengalami perasaan lelah dan tak berdaya setelah menjalani tugas dengan kondisi pasien yang kritis.

7. Saya merasa kehilangan konsentrasi ketika mendengar banyak perbedaan instruksi dokter dalam melaksanakan pekerjaan. 8. Saya merasa tertekan dalam melaksanakan

pekerjaan sehari-hari.

9. Saya mudah marah atau cepat tersinggung dalam masalah pekerjaan.

10. Saya merasa tegang jika menghadapi pasien dalam kondisi kritis.

No. TP KD SR SL

11. Saya mengalami gangguan makan (bertambah porsi atau kehilangan nafsu makan) saat banyak masalah dalam pekerjaan.

12. Saya mengalami gangguan tidur.

13. Saya sering absen/tidak masuk kerja (absen karena sakit).


(3)

bekerja) ketika banyak pasien dengan kondisi sulit di ruangan.

15. Merasa kesulitan untuk memberikan ide yang inovatif dan kreatif mengenai masalah pekerjaan.

III. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER BAGIAN III:

1. Bagian ini memuat pertanyaan/pernyataan seputar kondisi anda terkait dengan pekerjaan sebagai sumber stres.

2. Bacalah dengan cermat pertanyaan di bawah ini.

3. Beri tanda (√) pada jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan.

A. BEBAN KERJA

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah pekerjaan saudara terasa terlalu banyak? 2. Apakah pada saat bekerja saudara mempunyai

waktu luang yang banyak?

3. Apakah pekerjaan saudara menyita banyak waktu luang yang saudara miliki?

4. Apakah pekerjaan saudara membuat saudara merasa mengantuk dan tidak kosentrasi?

5. Apakah pekerjaan saudara membuat saudara merasa lelah?


(4)

B. HUBUNGAN INTERPERSONAL

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah saudara berselisih paham dengan teman kerja/ atasan saudara?

2. Apakah atasan saudara kurang peduli terhadap bawahan?

3. Apakah komunikasi anda dengan teman kerja/ atasan saudara kurang lancar?

4. Apakah saudara merasa hasil kerja yang saudara lakukan kurang dihargai?

5. Apakah pergantian atasan mempengaruhi semangat kerja saudara?

6. Apakah saudara kurang mempunyai cukup waktu untuk bergaul dengan teman kerja/ atasan saudara?

C. TANGGUNG JAWAB

No PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah saudara mempunyai tanggung jawab moral yang besar terhadap pekerjaan saudara?

2. Apakah saudara harus mempertanggungjawabkan hasil kerja saudara terhadap atasan/ teman kerja?

3. Apakah saudara harus memberikan uraian/ laporan saudara kepada atasan secara rutin?

4. Apakah saudara merasa cemas atau tegang tanpa alasan yang tepat sehubungan dengan pekerjaan saudara? 5. Apakah saudara merasa terbebani dengan pekerjaan

saudara secara tidak adil? (mis: menggantikan teman yang tidak masuk kerja)

6. Apakah saudara harus menyelesaikan pekerjaan tepat waktu?


(5)

D. KEAMANAN KERJA

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah saudara merasa bahwa pekerjaan saudara mempunyai potensi kecelakaan yang tinggi?

2. Apakah saudara sering mengalami kecelakaan pada saat bekerja? (mis: tertusuk jarum, terpercik bahan berbahaya, terkena benda tajam)

3. Apakah saudara dalam melakukan pekerjaan memerlukan sikap hati-hati yang berlebihan?

4. Apakah dalam bekerja tidak disediakan APD (alat pelindung diri)?

5. Apakah saudara merasa cemas/ takut jabatan saudara diturunkan atau diberhentikan?

6. Apakah saudara mendapat jaminan pensiun kerja nantinya?


(6)

(7)

(8)

REKAPITULASI HASIL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STRES KERJA PADA PERAWAT ICU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

(RSUD) RANTAUPRAPAT TAHUN 2015 No. Responden Umur (Tahun) Jenis Kelamin Masa Kerja (Tahun) Status Pernikahan Beban Kerja Hubungan Interpersonal Tanggung Jawab Keamanan

Kerja Stres

1 31 2 10 1 1 1 2 2 1

2 30 2 6 1 2 1 2 2 1

3 30 2 7 1 1 1 2 2 1

4 37 2 16 1 1 1 3 2 2

5 31 2 7 1 1 1 2 2 1

6 32 2 7 1 1 1 3 2 2

7 37 2 13 1 1 1 3 2 2

8 40 2 17 1 2 1 3 2 2

9 32 2 6 1 1 1 2 2 1

10 33 2 11 1 2 1 2 2 1

11 29 1 6 2 2 1 2 2 1

12 32 1 7 1 2 1 3 2 1

13 36 2 13 1 2 1 3 2 2

14 38 1 16 1 2 1 3 2 2

15 35 2 12 1 2 1 2 2 1

16 31 2 8 1 2 1 2 2 1


(9)

Lampiran 5. Hasil Analisis Data Umur Perawat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 35 11 64.7 64.7 64.7

> 35 6 35.3 35.3 100.0

Total 17 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 3 17.6 17.6 17.6

Perempuan 14 82.4 82.4 100.0

Total 17 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 10 9 52.9 52.9 52.9

> 10 8 47.1 47.1 100.0

Total 17 100.0 100.0

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Menikah 16 94.1 94.1 94.1

Belum Menikah 1 5.9 5.9 100.0

Total 17 100.0 100.0

Stres kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ringan 10 58.8 58.8 58.8

Sedang 7 41.2 41.2 100.0


(10)

Beban Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ringan 8 47.1 47.1 47.1

Sedang 9 52.9 52.9 100.0

Total 17 100.0 100.0

Hubungan Interpesonal Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 17 100.0 100.0 100.0

Tanggung Jawab

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 10 58.8 58.8 58.8

Besar 7 41.2 41.2 100.0

Total 17 100.0 100.0

Keamanan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(11)

Umur Perawat * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan

Umur Perawat <= 35 Count 10 1 11

% within Umur Perawat 90.9% 9.1% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 14.3% 64.7%

% of Total 58.8% 5.9% 64.7%

> 35 Count 0 6 6

% within Umur Perawat .0% 100.0% 100.0% % within Stres kerja .0% 85.7% 35.3%

% of Total .0% 35.3% 35.3%

Total Count 10 7 17

% within Umur Perawat 58.8% 41.2% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 13.247(b) 1 .000

Continuity

Correction(a) 9.759 1 .002

Likelihood Ratio 16.333 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear

Association 12.468 1 .000

N of Valid Cases 17

a Computed only for a 2x2 table


(12)

Jenis Kelamin * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan

Jenis Kelamin Laki-Laki Count 2 1 3

% within Jenis Kelamin 66.7% 33.3% 100.0% % within Stres kerja 20.0% 14.3% 17.6%

% of Total 11.8% 5.9% 17.6%

Perempuan Count 8 6 14

% within Jenis Kelamin 57.1% 42.9% 100.0% % within Stres kerja 80.0% 85.7% 82.4%

% of Total 47.1% 35.3% 82.4%

Total Count 10 7 17

% within Jenis Kelamin 58.8% 41.2% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .093(b) 1 .761

Continuity

Correction(a) .000 1 1.000

Likelihood Ratio .094 1 .759

Fisher's Exact Test 1.000 .640

Linear-by-Linear

Association .087 1 .768

N of Valid Cases 17

a Computed only for a 2x2 table


(13)

Masa Kerja * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan Masa

Kerja

<= 10 Count 8 1 9

% within Masa Kerja 88.9% 11.1% 100.0% % within Stres kerja 80.0% 14.3% 52.9%

% of Total 47.1% 5.9% 52.9%

> 10 Count 2 6 8

% within Masa Kerja 25.0% 75.0% 100.0% % within Stres kerja 20.0% 85.7% 47.1%

% of Total 11.8% 35.3% 47.1%

Total Count 10 7 17

% within Masa Kerja 58.8% 41.2% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.137(b) 1 .008

Continuity

Correction(a) 4.743 1 .029

Likelihood Ratio 7.758 1 .005

Fisher's Exact Test .015 .013

Linear-by-Linear

Association 6.717 1 .010

N of Valid Cases 17

a Computed only for a 2x2 table


(14)

Status Pernikahan * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan

Status Perkawinan Menikah Count 9 7 16

% within Status

Perkawinan 56.3% 43.8% 100.0%

% within Stres kerja 90.0% 100.0% 94.1%

% of Total 52.9% 41.2% 94.1%

Belum Menikah Count 1 0 1

% within Status

Perkawinan 100.0% .0% 100.0%

% within Stres kerja 10.0% .0% 5.9%

% of Total 5.9% .0% 5.9%

Total Count 10 7 17

% within Status

Perkawinan 58.8% 41.2% 100.0%

% within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .744(b) 1 .388

Continuity

Correction(a) .000 1 1.000

Likelihood Ratio 1.105 1 .293

Fisher's Exact Test 1.000 .588

Linear-by-Linear

Association .700 1 .403

N of Valid Cases 17

a Computed only for a 2x2 table


(15)

Beban Kerja * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan Beban

Kerja

Ringan Count 4 4 8

% within Beban Kerja 50.0% 50.0% 100.0% % within Stres kerja 40.0% 57.1% 47.1%

% of Total 23.5% 23.5% 47.1%

Sedang Count 6 3 9

% within Beban Kerja 66.7% 33.3% 100.0% % within Stres kerja 60.0% 42.9% 52.9%

% of Total 35.3% 17.6% 52.9%

Total Count 10 7 17

% within Beban Kerja 58.8% 41.2% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .486(b) 1 .486

Continuity

Correction(a) .041 1 .839

Likelihood Ratio .487 1 .485

Fisher's Exact Test .637 .419

Linear-by-Linear

Association .457 1 .499

N of Valid Cases 17

a Computed only for a 2x2 table


(16)

Hubungan Interpesonal * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan

Hubungan Interpesonal Baik Count 10 7 17

% within Hubungan

Interpesonal 58.8% 41.2% 100.0%

% within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Total Count 10 7 17

% within Hubungan

Interpesonal 58.8% 41.2% 100.0%

% within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square .(a) N of Valid Cases 17


(17)

Tanggung Jawab * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan Tanggung

Jawab

Sedang Count 9 1 10

% within Tanggung

Jawab 90.0% 10.0% 100.0%

% within Stres kerja 90.0% 14.3% 58.8%

% of Total 52.9% 5.9% 58.8%

Besar Count 1 6 7

% within Tanggung

Jawab 14.3% 85.7% 100.0%

% within Stres kerja 10.0% 85.7% 41.2%

% of Total 5.9% 35.3% 41.2%

Total Count 10 7 17

% within Tanggung

Jawab 58.8% 41.2% 100.0%

% within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.746(b) 1 .002

Continuity

Correction(a) 6.870 1 .009

Likelihood Ratio 10.792 1 .001

Fisher's Exact Test .004 .004

Linear-by-Linear

Association 9.172 1 .002

N of Valid Cases 17

a Computed only for a 2x2 table


(18)

Keamanan Kerja * Stres kerja

Crosstab

Stres kerja Total Ringan Sedang Ringan

Keamanan Kerja Kurang Aman Count 10 7 17

% within Keamanan Kerja 58.8% 41.2% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Total Count 10 7 17

% within Keamanan Kerja 58.8% 41.2% 100.0% % within Stres kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 58.8% 41.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square .(a) N of Valid Cases 17


(19)

Lampiran 6. Dokumentasi


(20)

Gambar 3. Ruang perawat didalam ICU


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Anitawidanti, H., 2010. Analisis hubungan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan berdasarkan gender studi pada PT Transindo Surya Sarana Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Anies., 2005. Penyakit Akibat Kerja. PT. Elex Media Komutindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

Anoraga, P., 2001. Psikologi Kerja. Rineka Cipta. Jakarta.

Anoraga, P., dan Suyati., S., 1995. Psikologi Industri dan Sosial.Penerbit PT. Dunia Jaya. Jakarta.

Brecht, G., 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres: Seri Mengenal Diri. PT.Prenhallindo. Jakarta.

Chulay, M., & Burn, S.M., 2006. AACN Essentials Of Critical Care Nursing, International Edition. McGrawhill Company. New York.

Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. 2006. Standar pelayanan keperawatan di ICU. Depkes RI. Jakarta.

Dwijayanti, W., 2010. Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RS Krakatau Medika Tahun 2010. Skripsi FKM-UI. Depok.

Firdaus, H., 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu Tebing Tinggi. Skripsi FKM-USU. Medan.

Fraser, T.M., 1992. Stress & Kepuasan Kerja. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Hanafie, A., 2007. Peranan ruangan perawatan perawatan intensive (ICU) dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hardjana, M.A., 1994. Stres Tanpa Distres. Konisius. Yogyakarta.

Haryani, T., 2008. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi Fakultas Ilmu


(22)

Dan Rumah Sakit. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Hidayat, A.A., 1994. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Horas, 2002, Faktor-faktor yang mempengaruhi stress pada pegawai Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi FKM-USU. Medan.

Hudak, C. M., & Gallo, B. M., 2010. Keperawatan kritis: pendekatan holistic volume 1 (Ed. 6). EGC. Jakarta.

Maeler, M.L., Shelton, A., Berg, B., Rothbaum, B., Moss, M., 2007. Increased Prevalence Of Post-Traumatic Stres Disorder Symptom In Critical Care Nurse. American journal of respiratory and critical care medicine vol 175: 693-690.

Manuaba., 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Guna Wijaya. Surabaya.

Meltzer, L.S., Huckabay, L.M., 2004. Critical Care Nurses Perceptions Of Futile Care And Its Effect On Burnout. American journal of critical care 13(3) : 202-208.

Munandar, A. S., 2001. Psikologi Industri Dan Organisasi. UI Press. Jakarta. Muthmainah S, I., 2012. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja Di Ruangan ICU

Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.

Nasution, H. R., 2002. Stres Kerja dan Faktor-faktor yang Menyebabkannya. Majalah Kesehatan Masyarakat: Infokes, Vol. VI, No. 2 September, FKM USU. Medan.

NIOSH. 2008. Exposure to Stress Occupational Hazards in Hospital. NIOSH. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/Menkes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Standar Praktik Keperawatan.

Jakarta.


(23)

Prihatini, L. D., 2007. Analisis hubungan beben kerja dengan stres kerja perawat di setiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Medan.

Rifiani, N., dan Sulihandri, H., 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Dunia Cerdas. Jakarta.

Sabarguna, B. S., dan Halimun, R., 2009. Enterprise Resource Planning di Rumah Sakit. Sagung Seto. Jakarta.

Siboro, T. S., 2008. Hubungan Kondisi Kerja Dan Karakteristik Individual Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Lubuk Pakam 2008. Tesis FKM-USU. Medan.

Tarigan, L., 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Stres Kerja Perawat di Ruang Bedah RSU St. Elisabeth Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Waluyo, M., 2009. Psikologi Teknik Industri. Graha Ilmu. Jakarta.

Wijono, S., 2010. Psikologi Industri Dan Organisasi: Dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Kencana. Jakarta.


(24)

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya stres kerja pada perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat dengan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat dan waktu penelitian dilaksanakan pada November-Desember 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah semua perawat yang bekerja dibagian ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat berjumlah 17 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan metode total sampling, dimana total populasi dijadikan sampel yang berjumlah 17 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder :

1. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan membagikan kuesioner pada perawat ICU. Kuesioner untuk penilaian stres kerja merupakan modifikasi dari penelitian Muthmainah S (2012). Sedangkan kuesioner untuk penilaian lingkungan psikososial modifikasi dari penelitian Horas (2002).


(25)

26

2. Data sekunder yang diperoleh dari bagian personalia Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat.

3.5 Definisi Operasional

1. Perawat yaitu paramedis yang bekerja di ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat.

2. Umur yaitu ulang tahun yang terakhir dari perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sampai saat penelitian ini dihitung dalam tahun.

3. Jenis kelamin adalah perbedaan organ biologis perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

4. Masa kerja yaitu lamanya perawat menjalankan pekerjaannya sebagai perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat.

5. Status pernikahan yaitu keterangan perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat dalam keluarga apakah sudah menikah atau belum. 6. Beban kerja yaitu beban yang dirasakan perawat ICU Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) dalam menyelesaikan pekerjaannya.

7. Hubungan Interpersonal yaitu interaksi dan komunikasi perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan rekan kerja, atasan, bawahan dan sebaliknya.

8. Tanggung jawab kerja yaitu semua pekerjaan yang harus diselesaikan/ dipenuhi perawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sesuai dengan tugasnya.


(26)

9. Keamanan kerja yaitu suasana nyaman, tenang dan tentram yang dirasakan oleh perawat selama bekerja di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

10. Stres kerja yaitu tanggapan yang menyeluruh dari seorang perawat terhadap setiap tuntutan yang berasal dari pekerjaan dan lingkungan kerjanya.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Penentuan tingkat stres kerja

Penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan gejala- gejala yang timbul akibat stres. Untuk mengetahui tingkat stres kerja maka diukur dengan kuisioner yang berisi 15 pernyataan menggunakan skala likert dengan skor untuk pernyataan:

1 = Tidak pernah (Tidak pernah merasakannya) 2 = Kadang (Jika sesekali merasakan)

3 = Sering (Lebih dari tiga kali dalam sebulan terakhir merasakannya) 4 = Selalu (Selalu atau hampir setiap saat merasakannya)

Maka skor antara 15-60 dinyatakan dalam klasifikasi : a. Ringan, jika total skor 15-30

b. Sedang, jika total skor 31-45 c. Berat, jika total skor 46-60

3.6.2 Penentuan beban kerja

Untuk pengukuran beban, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja diukur berdasarkan jawaban responden dalam bentuk jawaban “Ya” dan “Tidak” dari semua pertanyaan yang diajukan melalui kuisioner.


(27)

28

Penilaian untuk beban kerja diajukan masing- masing 6 pertanyaan. Untuk kriteria penilaian beban kerja :

0 = Tidak 1 = Ya

Nilai untuk beban kerja adalah : a. Ringan, jika total skor < 3 b. Sedang, jika total skor 3 - 4 c. Berat, jika total skor > 4

3.6.3 Penentuan hubungan interpersonal

Penilaian untuk hubungan interpersonal diajukan masing- masing 6 pertanyaan.

Untuk kriteria penilaian hubungan interpersonal adalah : 0 = Tidak

1 = Ya

Nilai untuk hubungan interpersonal adalah : a. Baik, jika total skor < 3

b. Sedang, jika total skor 3 - 4 c. Kurang, jika total skor > 4

3.6.4 Penentuan tanggung jawab

Penilaian untuk tanggung jawab diajukan masing- masing 6 pertanyaan. Untuk kriteria penilaian tanggung jawab adalah :


(28)

Nilai untuk tanggung jawab adalah : a. Kecil, jika total skor < 3

b. Sedang, jika total skor 3 – 4 c. Besar, jika total skor > 4

3.6.5 Penentuan keamanan kerja

Penilaian untuk keamanan kerja di ruang Inap diajukan masing- masing 6 pertanyaan.

Untuk kriteria penilaian keamanan kerja adalah : 0 = Tidak

1 = Ya

Nilai untuk keamanan kerja adalah : a. Aman, jika total skor < 3

b. Kurang aman, jika total skor 3 – 4 c. Tidak aman, jika total skor > 4

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengeditan (Editing)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.


(29)

30

Proses coding yaitu dengan membuat kode dalam rangka mempermudah perhitungan.

3. Pemasukan Data (Entering)

Entering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan kedalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memindahkan data kedalam komputer. Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.

5. Pentabulasian (Tabulating)

Penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan untuk dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisa data

1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang dilakukan terhadap 17 responden. Data univariat ini terdiri atas variabel independen meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan,


(30)

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu umur, jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan, beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja dengan variabel dependen yaitu stres kerja.

Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika p-value lebih kecil dari α (ρ<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti. Bila ρ-value lebih besar dari α (ρ>0,05), artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Apabila pada tabel output hasil uji statistic terdapat lebih dari 0 cells maka ρ-value yang digunakan dalam tabel


(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran RSUD Rantauprapat

4.1.1 Sejarah perkembangan RSUD Rantauprapat

RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu didirikan tahun 1957 dan merupakan satu-satunya rumah sakit Pemda Tk. II Labuhanbatu yang terletak di kota Rantauprapat. Awalnya rumah sakit ini terletak di jalan Cut Nyak Dien kecematan Bilah Hulu. Pada tahun 1964 rumah sakit pindah lokasi ke jalan K.H. Dewantara No. 129 kecamatan Bilah Hulu (sekarang Kecamatan Rantau Selatan) hingga saat ini.

Bangunan RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu berdiri diatas area seluas ± 2,3 Ha. Dengan luas bangunan rumah sakit ± 5.532 m2 dan jumlah tempat tidur 216 buah RSUD Rantauprapat terus berupaya meingkatkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sejak Tahun 1980 sampai dengan 1987 secara bertahap ditempatkan 4 Tenaga Dokter Spesialis Dasar (Penyakit Dalam, Obgyn Bedah dan Anak). Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan seperti pengadaan peralatan medis dan non medis serta sarana fisik lainnya.

Berbagai hal di atas merupakan upaya pihak RSUD Rantauprapat untuk memperoleh Rumah Sakit Kelas C. Pada tahun 1987 berdasarkan Surat Keputuasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


(32)

Nomor 373/Menkes/SK/V/2009 tanggal 13 Mei 2009 RSUD Rantauprapat memperoleh peningkatan dari kelas C menjadi B Non Pendidikan.

Dari segi standar pelayanan, sejak tahun 2004 RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu telah memperoleh 5 akreditasi pelayanan. Empat tahun kemudian di tahun 2008 memperoleh akreditasi 12 pelayanan dari Departemen Kesehatan RI melalui Tim Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Kegiatan akreditasi terus direncanakan dan diprogramkan, sehingga diakhir tahun 2011 RSUD Rantauprapat meraih akreditasi pelayanan.

4.1.2 Motto, Visi dan Misi RSUD Rantauprapat

1. Motto

Dengan Motto “Forward To Serving Better” yang berarti menuju pelayanan yang lebih baik diharapkan akan terbentuk etos kerja dikalangan penyelenggara pelayanan pada RSUD Rantauprapat. Motto ini bersifat dinamis dan relevan terhadap perubhan dan perkembangan yang harus dilakukan oleh RSUD Rantauprapat dalam memberikan pelayanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan.

2. Visi

Sebagai salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, maka RSUD Rantauprapat terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan. Untuk mewujudkan upaya tersebut maka ditetapkan visi yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pelayanan tersebut yaitu “Menjadi Rumah Sakit Layanan Umum Yang Profesional di Sumatera Utara Menuju Labuhanbatu Sehat 2020”.


(33)

34

3. Misi

Upaya untuk mewujudkan visi adalah meyusun beberapa misi yang sifatnya lebih operasional dan spesifik sehingga dapat direalisasikan. Misi juga akan memfokuskan organisasi kepada hal-hal yang menjadi prioritas. Misi RSUD Rantauprapat adalah:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi (cepat, tepat, ramah dan akuntabel)

2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan yang manusiawi dan terjangkau masyarakat.

3. Mengembangkan pelayanan unggulan spesialis dibidang:

a. Haemodialysa lanjutan b. Fetoimaternal lanjutan c. Trauma Center lanjutan 4.1.3 Sumber daya manusia

Data yang diperoleh dari Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian menunjukan bahwa jumlah SDM pada RSUD Rantauprapat sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karyawan RSUD Rantauprapat Tahun 2014

No. Jenis Karyawan Jumlah (Orang) Peresentase (%)

1. Tenaga Medis 49 12,69

2. Tenaga Perawat dan Bidan 316 81,87


(34)

4.1.4 Fasilitas pelayanan di RSUD Rantauprapat

1. Rawat Jalan 2. Rawat Inap 3. IGD 4. ICU 5. Spesialis

6. Kebidanan dan Penyakit Kandungan 7. IDT

8. Rekam Medis 9. Klinik VCT/CST 10. Laboratorium 11. Radiologi 12. Farmasi 13. Gizi 14. Bedah 15. Sanitasi 16. CSSD 17. Haemodialisa

18. Pemulasaran Jenazah 19. Ambulans


(35)

36

4.1.5 Struktur organisasi ruang ICU RSUD Rantauprapat

4.2 Hasil Penelitian

Data umum responden yang terdiri dari gambaran stres, karakteristik individu dan faktor lingkungan psikososial kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Stres di Tempat Kerja

Tabel 4.2 Distribusi Perawat Berdasarkan Stres di Tempat Kerja di Ruang ICU RSUD Rantauprapat Tahun 2015

No. Kejadian Stres

Frekuensi (Orang)

Presentase (%)

1. Stres Ringan 10 58.8

2. Stres Sedang 7 41.2

Ka. Instalasi Pelayanan Intensif

Perawat Ka. Ruangan ICU

PJ Inventaris PJ ASKEP


(36)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami stres ringan di tempat kerja yaitu sebanyak 10 orang ( 58,8 % ).

4.2.2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik individu dan faktor lingkungan psikososial

Tabel 4.3 Distribusi Perawat Berdasarkan Karakteristik Individu dan Faktor Lingkungan Psikososial di ICU RSUD Rantauprapat Tahun 2015

Variabel Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Umur ≤ 35 11 64,7

> 35 6 35,3

Total 17 100

Jenis Kelamin Laki-Laki 3 17,6

Perempuan 14 82,4

Total 17 100

Masa Kerja ≤ 10 9 52,9

> 10 8 47,1

Total 17 100

Status Pernikahan

Menikah 16 94,1

Belum Menikah 1 5,9

Total 17 100

Beban Kerja Ringan 8 47,1

Sedang 9 52,9

Total 17 100

Hubungan

Interpersonal Baik 17 100

Total 17 100

Tanggung Jawab Sedang 10 58,8

Besar 7 41,2

Total 17 100

Keamanan Kerja Kurang Aman 17 100


(37)

38

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur ≤ 35 tahun yaitu sebanyak 11 orang ( 64,7 %) dan sebanyak 6 orang (35,3%) berada pada kelompok umur > 35 tahun.

Pada variabel jenis kelamin berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar reponden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 Orang (82,4%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (17,6%). Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 17 responden sebagian besar responden mempunyai masa kerja ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 9 orang (52,9%) dan 8 orang (47,1%) mempunyai masa kerja > 10 tahun.

Tabel di atas menunjukan bahwa untuk variabel status pernikahan sebagian besar reponden sudah menikah yaitu sebanyak 16 Orang (94,1%) dan 1 orang (5,9%) belum menikah.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan beban kerja yang sedang yaitu sebanyak 9 orang (52.9 %) dan 8 orang (47,1%) menyatakan beban kerjanya ringan.

Pada variabel hubungan interpersonal dari 17 responden diketahui bahwa semua reponden menyatakan hubungan interpersonal yang baik yaitu sebanyak 17 Orang (100%).

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan tanggung jawab kerjanya sedang yaitu sebanyak 10 orang (58,8%) dan 7 orang ( 41,2%) menyatakan tanggung jawab kerjanya besar.


(38)

4.3 Hasil Analisis Uji Statistik

Tabel 4.4 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Status Pernikahan, Beban Kerja, Hubungan Interpersonal, Tanggung Jawab, dan Keamanan Kerja dengan Stres Kerja

Variabel

Kejadian Stres

Total Persentase (%)

Sig. (ρ)

Ringan Sedang N % n %

Umur ≤ 35 10 58,8 1 5,9 11 64,7

0,001

> 35 0 0 6 35,3 6 35,3

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Jenis Kelamin

Laki-laki 2 11,8 1 5,9 3 17,6

1 Perempuan 8 47,1 6 35,3 14 82,4

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Masa Kerja ≤ 10 8 47,1 1 5,9 9 52,9

0,015

> 10 2 11,8 6 35,3 8 47,1

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Status Pernikahan

Menikah 9 52,9 7 41,2 16 94,1

1 Belum

Menikah 1 5.9 0 0 1 5,9

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Beban Kerja Ringan 4 23,5 4 23,5 8 47,1

0,637

Sedang 6 35,3 3 17,6 9 52,9

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Hubungan Interpersonal

Baik

10 58,8 7 41,2 17 100 -

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Tanggung Jawab

Sedang 9 52,9 1 5,9 10 58,8

0,004

Besar 1 5,9 6 35,3 7 41,2

Total 10 58,8 7 41,2 17 100

Keamanan Kerja

Kurang

Aman 10 58,8 7 41,2 17 100 -


(39)

40

4.3.1 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Status Pernikahan, Beban Kerja, Hubungan Interpersonal, Tanggung Jawab, dan Keamanan Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang mengalami stres sedang sebagian besar berada pada kelompok umur > 35tahun yaitu sebanyak 6 orang (35,3%) dan responden yang mengalami stres ringan sebagian besar berada

pada kelompok umur ≤ 35tahun yaitu sebanyak 10 orang (58,8%). Hasil uji exact fisher antara usia dengan stres kerja menunjukan nilai ρ = 0,001 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur responden dengan stres kerja.

Tabel 4.4 menunjukan bahwa reponden yang mengalami stres sedang sebagian besar yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 6 Orang (35,3%) dan reponden yang mengalami stres ringan sebagian besar yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 Orang (47,1%). Hasil uji exact fisher antara usia dengan stres kerja menunjukan nilai ρ = 1 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden dengan stres kerja.

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang mengalami stres sedang sebagian besar terdapat pada perawat yang memiliki masa kerja > 10 tahun yaitu sebanyak 6 orang (35,3%) dan responden yang mengalami stres ringan sebagian besar terdapat pada perawat yang memiliki masa kerja ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 8 orang (47,1%). Hasil uji exact fisher antara usia dengan stres kerja menunjukan nilai ρ = 0,015 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara masa


(40)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang mengalami stres sedang sebagian besar terdapat pada perawat yang sudah menikah yaitu sebanyak 7 orang (41,2%) dan responden yang mengalami stres ringan sebagian besar terdapat pada perawat yang sudah menikah yaitu sebanyak 9 orang (52,9%). Hasil uji exact fisher antara usia dengan stres kerja menunjukan nilai ρ = 1 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan responden dengan stres kerja.

Tabel di 4.4 menunjukan bahwa responden yang mengalami stres sedang sebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan beban kerjanya sedang yaitu sebanyak 4 orang (23,5%) dan responden yang mengalami stres ringan terdapat pada perawat yang merasakan beban kerjanya ringan yaitu 6 orang (35,3%). Hasil uji exact fisher antara usia dengan stres kerja menunjukan nilai ρ = 0,637 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan responden dengan stres kerja.

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa reponden yang mengalami stres sedang terdapat pada perawat yang merasakan hubungan interpersonal baik yaitu sebanyak 7 Orang (41,2 %) dan reponden yang mengalami stres ringan terdapat pada perawat yang merasakan hubungan interpersonal baik yaitu sebanyak 10 Orang (58,8%). Pengujian statistik antara hubungan interpersonal dengan stres kerja tidak dapat dilakukan dikarenakan variabel hubungan interpersonal hanya mempunyai satu kategori.

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang mengalami stres sedang sebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan merasakan


(41)

42

tanggung jawab kerja yang besar yaitu sebanyak 6 orang (35,3%) dan responden yang mengalami stres ringan sebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan merasakan tanggung jawab kerja yang ringan yaitu sebanyak 9 orang (52,9%). Hasil uji exact fisher antara usia dengan stres kerja menunjukan nilai ρ = 0,004 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan responden dengan stres kerja.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa reponden yang mengalami stres sedang terdapat pada perawat yang merasakan tempat kerjanya kurang aman yaitu sebanyak 7 orang (41,2%) dan reponden yang mengalami stres ringan terdapat pada perawat yang merasakan tempat kerjanya kurang aman yaitu sebanyak 10 orang (58,8%). Pengujian statistik antara keamanan kerja dengan stres kerja tidak dapat dilakukan dikarenakan variabel hubungan interpersonal hanya mempunyai satu kategori.


(42)

PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Stres Pada Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 17 orang perawat yang bekerja di ICU RSUD Rantauprapat diperoleh hasil 10 orang (58,8 % ) yang mengalami stres ringan dan 7 orang ( 41,2 % ) mengalami stres sedang.

Menjalankan profesi perawat merupakan profesi yang rawan terhadap terjadinya stres kerja. Hal tersebut telah lama diketahui bahwa petugas kesehatan memiliki tekanan psikologi yang tinggi dibandingkan dengan profesi lainnya. Para pekerja kesehatan terpapar oleh beberapa penyebab stres mulai dari beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu pengerjaan tugas, tidak adanya kejelasan aturan berhubungan dengan kontak petugas kesehatan dengan penyakit infeksi, pasien dengan kondisi sakit yang sulit/kritis dan kondisi pasien yang tidak berdaya (NIOSH, 2008).

Perawat di ruangan ICU harus mampu memberikan pelayanan dengan kompetensi khusus/lanjut bagi setiap pasien yang sedang dalam keadaan kritis. Pelayanan tersebut membutuhkan kedisiplinan, ketelitian pengawasan yang maksimal dan perawatan khusus karena jiwa pasien dalam kondisi kritis/terminal yang mendekati kematian.

Bila dilihat dari peran dan fungsi perawat ICU yang terlibat langsung dalam penanganan pasien dalam keadaan kritis, stres akan menimbulkan efek yang tidak baik terhadap keberhasilan penanganan pasien. Dengan kata lain stres


(43)

44

kerja yang dialami perawat dapat menjadi penghalang dalam mencapai efesiensi kerja seperti yang diharapkan.

Untuk mencapai efesiensi kerja seperti yang diharapkan, maka tenaga kerja dalam bekerja harus berada dalam lingkungan yang sehat dan lingkungan yang sehat ini perlu penyerasian antara tenaga manusia, mesin/peralatan, serta lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikososial.

5.2 Hubungan antara Umur dengan Stres kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data responden pada kelompok umur > 35 tahun sebanyak 6 orang (35,3%) merupakan responden yang mengalami stres sedang yaitu sebanyak 6 orang (29,4%), sedangkan pada kelompok umur ≤ 35 tahun sebanyak 11 orang (64,7%) merupakan responden yang sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 9 orang (52,9%) dan responden yang mengalami stres sedang sebanyak 2 orang (11,8%).

Hasil uji exact fisher antara umur dengan stres kerja diperoleh, umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja karena nilai ρ = 0,001 (ρ<0,05) sehingga H0 di terima.

Hal ini sesuai dengan penelitian Tarigan (2004) yang melakukan penelitian terhadap 20 orang perawat di ruang bedah RSU Santa Elisabeth Medan yang menyatakan umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya stres kerja.


(44)

tekanan dan beban yang diterimanya seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh. Kedua, pertambahan umur akan memunculkan pertambahan tanggung jawab dan harapan-harapan, serta tuntutan yang muncul dari orang-orang disekitar akan melakukan perubahan dalam kehidupan.

5.3 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Stres Kerja

Hasil penelitian menunjukan bahwa reponden mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 orang (82,4%) dan 6 orang (35,3%) dari responden perempuan mengalami stres sedang dan 8 orang (47,1%) mengalami stres ringan, sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (17,6%) dan 1 orang (5,9%) mengalami stres sedang dan 2 orang (11,8%) mengalami stres ringan.

Hasil uji exact fisher antara jenis kelamin dengan stres kerja diperoleh, jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja karena nilai ρ = 1 (ρ>0,05) sehingga H0 di tolak.

Stres kerja yang dialami oleh perawat laki-laki dan wanita bisa saja berbeda hal tersebut dikarenakan secara fisik dan mental berbeda, serta respon terhadap stresor yang berbeda pula. Sesuai dengan pendapat Munandar (2001), stres ditentukan oleh individunya sendiri. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis dan atau dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil interaksi situasi dengan individunya.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Anitawidanti (2010), tuntutan peran ganda umumnya dialami perempuan yang melibatkan diri dalam lingkungan organisasi, yaitu sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga sehingga lebih rentan


(45)

46

mengalami stres. Tuntutan pekerjaan, rumah tangga dan ekonomi berpotensi wanita karir rentan mengalami stres.

Pada ruang ICU RSUD Rantauprapat tidak membedakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan antara laki-laki dan perempuan sehingga kesempatan terkena stres kerja antara laki-laki dan perempuan adalah sama.

5.4 Hubungan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang mengalami stres sedang sebagian besar adalah responden dengan lama kerja > 10 tahun yaitu sebanyak 6 orang (35,3%) dan sebanyak 2 orang (11,8%) mengalami stres ringan, sedangkan pada responden dengan lama kerja ≤ 10 tahun sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 8 orang (47,1%) dan yang mengalami stres sedang sebanyak 1 orang (5,9%).

Hasil uji exact fisher antara masa kerja dengan stres kerja diperoleh, masa kerja mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja karena nilai ρ = 0,015 (ρ<0,05) sehingga H0 di terima.

Hal ini sesuai dengan penelitian Tarigan (2004) yang melakukan penelitian terhadap 20 orang perawat di ruang bedah RSU Santa Elisabeth Medan yang menyatakan masa kerja mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya stres kerja.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang semakin besar peluang orang tersebut untuk mengalami stres. Hal ini


(46)

dapat terjadi karena pegawai yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat menimbulkan kebosanan dalam bekerja atau merasakan kerja yang monoton dalam waktu yang lama.

5.5 Hubungan antara Status Pernikahan dengan Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa sebagian besar responden berstatus menikah yaitu sebanyak 16 orang (94,1%) dan terdapat sebanyak 9 orang (52,9%) mengalami stres ringan dan 7 orang (41,2%) mengalami stres sedang. Sedangkan 1 orang (5,9%) responden yang belum menikah mengalami stres ringan.

Hasil uji exact fisher antara status pernikahan dengan stres kerja diperoleh, status pernikahan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja karena nilai ρ = 1 (ρ>0,05) sehingga H0 di tolak.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Tarigan (2004), keluarga dapat menjadi sumber stres karena peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan para anggota keluarga. Bertambahnya anggota keluarga dengan kelahiran anak dapat menimbulkan stres bagi ibu pada waktu kehamilan, kelahiran dan pengasuhannya; bagi bapak keluarga karena harus memikirkan tambahan penghasilan. Pertentangan keluarga - pekerjaan terjadi ketika tenaga kerja menghadapi pertentangan antara peran mereka di tempat kerja dan peran mereka dalam kehidupan sehari - hari. Bahkan wanita yang bekerja juga memiliki peran ganda dalam keluarga, hal ini merupakan sumber stres kerja dikarenakan peranan wanita lebih banyak daripada pria dikarenakan mereka juga harus mengerjakan tanggung jawab mereka dalam rumah tangga terus menerus.


(47)

48

Menurut Muthmainah S (2012), kondisi menikah dapat berpengaruh pada emosi seseorang, dimana terjadi perubahan hubungan yang bergeser ke arah kematangan hubungan yang memberikan kenyamanan dan saling ketergantungan. Sehingga individu yang sudah menikah memiliki teman untuk berbagi dalam menyelesaikan suatu masalah.

5.6 Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data dari 10 orang (58,8%) yang mengalami stres ringan terdapat 4 orang (23,5%) yang merasakan beban kerjanya ringan dan 6 orang (35,3%) yang merasakan beban kerjanya sedang, sedangkan dari 7 orang (41,2%) yang mengalami stres sedang sebagian besar responden merasakan beban kerjanya ringan yaitu sebanyak 4 orang (23,5%) dan sebanyak 3 orang (17,6%) yang merasakan beban kerjanya sedang. Beban kerja yang sedang ini bersumber dari, sifat pekerjaan yang terasa terlalu banyak, pekerjaan yang membuat mereka merasa lelah dan menyita banyak waktu serta pekerjaan yang bersifat rutin.

Hasil uji exact fisher antara beban kerja dengan stres kerja diperoleh, beban kerja tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja karena nilai ρ = 0,637 (ρ>0,05) sehingga H0 di tolak.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Munandar (2010), sumber intrinsik pada pekerjaan meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Beban kerja merupakan salah satu tuntutan tugas yang yang menjadi stresor dalam pekerjaan. Munandar


(48)

Pelayanan intensif di ruangan ICU memerlukan kompetensi khusus bagi perawat untuk melakukan teknik perawatan pasien dengan mutu yang baik, dimana kompetensi perawat terdiri dari kompetensi dasar minimal dengan tambahan kompetensi khusus. Menurut Manuaba (2000), beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja yang di terima setiap perawat ICU RSUD Rantauprapat sudah disesuaikan dengan kemampuan fisik maupun psikologi masing-masing sehingga tidak menimbulkan stres kerja karena ketidakseimbangan antara persepsi mengenai tututan yang dihadapinya dan persepsinya mengenai kemampuannya menanggulangi tuntutan tersebut.

5.7 Hubungan antara Hubungan Interpersonal dengan Stres Kerja

Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh reponden yaitu 17 orang (100%) merasakan hubungan interpersonal yang baik sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 10 orang (58,8%) sedangkan yang mengalami stres sedang sebanyak 7 orang (41,2%).

Penyebab stres di tempat kerja yaitu hubungan dalam organisasi. Stres ini muncul jika seseorang pekerja memiliki hubungan yang tidak baik, apakah itu dengan pimpinannya, teman sejawatnya ataupun para bawahannya. Hal ini juga berkaitan dengan kesulitan di dalam mendelegasian tanggung jawabnya kepada para bawahannya. Selain itu juga yang menjadi penyebab stres lainnya adalah konflik dalam peranan, perkembangan karir dalam organisasi, keadaan pekerja dalam organisasi, perubahan yang sering dalam organisasi, suasana di tempat


(49)

50

kerja, kesetiaan yang terbagi antara kehendak organisasi dan kehendak sendiri (Anoraga dan Suyati, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa seluruh responden memliki hubungan yang baik bagi sesama teman kerja maupun atasan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan mereka yang tidak berselisih paham baik antara sesama teman kerja maupun atasan karena mereka selalu mampu menyelesaikan konflik dengan orang - orang sekitarnya. Saling peduli, menjalin komunikasi yang baik, saling menghargai hasil pekerjaan teman kerja serta meluangkan waktu untuk bergaul dengan teman kerja dan atasan dilakukan sehingga terciptalah hubungan interpersonal yang baik.

5.8 Hubungan antara Tanggung Jawab Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa dari 10 orang yang mengalami stres ringan sebanyak 9 orang (52,9%) memiliki tanggung jawab sedang, 1 orang (5,9%) memiliki tanggung jawab berat, sedangkan dari 7 orang yang mengalami stres sedang sebanyak 6 orang (235,3%) memiliki tanggung jawab besar dan 1 orang (5,9%) memiliki tanggung jawab sedang.

Hasil uji exact fisher antara tanggung jawab kerja dengan stres kerja diperoleh, tanggung jawab mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja karena nilai ρ = 0,004 (ρ<0,05) sehingga H0 di terima.

Responden menyatakan tanggung jawab yang besar bersumber dari mereka yang mempunyai tanggung jawab moral yang besar terhadap pekerjaan,


(50)

memberikan laporan rutin, merasa cemas dengan hal yang berhubungan dengan pekerjaannya dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Kerja yang penuh dengan tanggung jawab atas keselamatan orang sangat cenderung mengakibatkan stres. Hal ini dialami oleh para petugas medis, paramedis, dokter dan perawat, dinas kebakaran serta polisi (Hardjana, 1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Anies (2005), stres dapat timbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya.

5.9 Hubungan antara Keamanan Kerja dan Stres Kerja

Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh reponden yaitu sebanyak 17 orang (100%) merasakan lingkungan kerjanya kurang aman sebanyak 10 orang (58,8%) mengalami stres ringan dan sebanyak 7 orang (41,2%) menglami stres sedang. Lingkungan kerja yang kurang aman bersumber dari pekerjaan yang mempunyai potensi kecelakaan yang tinggi, pekerjaan yang memerlukan sikap hati-hati yang berlebihan, tidak disediakannya APD. Lingkungan kerja yang tidak aman juga dirasakan perawat karena ruang perawat yang bergabung dengan ruang pasien sehingga menimbulkan rasa takut tertular penyakit, serta kurangnya kesadaran perawat untuk menggunakan APD.

Hardjana (1994) mengatakan bahwa orang akan mengalami stres jika dalam kerja itu dia dapat di pecat setiap saat, terutama bila mencari pengganti kerja sangatlah sulit. Rasa aman juga berhubungan dengan keamanan fisik, misalnya bila dalam bekerja atau oleh pekerjaan yang ditanganinya, mudah terkena celaka dan keselamatannya terus menerus dipertaruhkan. Salah satu keamanan kerja adalah jaminan pensiun sesudah selepas kerja. Namun dengan


(51)

52

tersedia uang pensiun pun tidak sedikit orang yang mengalami stres. Kemungkinan terkena stres itu semakin tinggi bila selepas kerja tidak tersedia jaminan pensiun.


(52)

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perawat ICU RSUD Rantauprapat yang mengalami stres ringan yaitu sebanyak 10 orang (58.8%) dan yang mengalami stres sedang sebanyak 7 orang (41,2%).

2. Faktor karakteristik individu yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya stres kerja adalah umur dan masa kerja.

3. Faktor lingkungan psikososial yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya stres kerja adalah tanggung jawab.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pihak rumah sakit memberikan penyuluhan mengenai stres dan penanggulangannya kepada perawat.

2. Setiap perawat sebaiknya melakukan pekerjaan sesuai dengan job description

sehingga beban kerja sesuai dengan kemampuan masing-masing perawat. 3. Melakukan aktivitas untuk mengurangi stres melalui olah raga.

4. Teknik relaksasi atau refreshing pribadi untuk mengurangi stres sesuai dengan kondisi individu.

5. Meningkatkan kesabaran dalam melaksanakan pekerjaan, baik pada saat menerima dan merawat pasien.


(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Rumah Sakit

Di Indonesia rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, rehabilitasi medis dan pelayanan perawatan (Herlambang dan Murwani, 2012).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.1.1 Klasifikasi rumah sakit

Klasifikasi rumah sakit umum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit:

1. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan


(54)

3. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar. 2.1.2 Karakteristik pelayanan rumah sakit

Diantara sekian banyak pelayanan rumah sakit, berikut 8 pelayanan yang akan banyak menggunakan sumber daya yang kompleks, diantaranya (Sabarguna dan Halimun, 2009):

1. Rawat jalan

2. Gawat darurat

3. Rawat inap

4. Intensif

5. Operasi

6. Radiologi

7. Laboratorium

8. Pelayanan Gizi

2.2Pengertian Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi (Hidayat, 1994)


(55)

8

Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi perawat semakin meluas. Kini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional. Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan , tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan dan/atau memberikan perawatan kepada pasien yang mengalami masalah kesehatan (Rifiani dan Sulihandri, 2013).

2.2.1 Peranan perawat

Peran pokok perawat antara lain sebagai berikut (Rifiani dan Sulihandri, 2013):

1. Sebagai caregiver (pengasuh), dilakukan dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan dilakukan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Sebagai clientadvocate (advokat klien), berorientasi membantu/melayani

klien dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

3. Sebagai counselor (konselor), yaitu pada saat klien menjelaskan perasaannya

dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaanya.


(56)

diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

5. Sebagai coordinator (coordinator), yaitu mengarahkan, merencanakan, dan

mengoordinasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat mengerti dan melakukan praktik sesuai dengan kebutuhan klien.

6. Sebagai collaborator (kolaborator), bekerja sama dan/atau melalui tim

kesehatan yang terdiri dari tenaga kesehatan seperti, dokter, perawat, dan lain sebagainya. Bersama-sama mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.

7. Sebagai consultan (konsultan), yaitu sebagai tempat bertanya dan

berkonsultasi. Dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.2.2 Fungsi perawat

Fungsi utama perawat adalah membantu pasien/klien baik dalam kondisi sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui layanan keperawatan. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi yaitu, fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen (Rifiani dan Sulihandri, 2013).

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan


(57)

10

sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.

3. Funsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya.

2.2.3 Standar praktik keperawatan

Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) pada tahun 2000 yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan yang bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.

2. Diagnosis Keperawatan


(58)

intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien.

3. Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatn untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.

4. Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partispasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

2.2.4 Pelayanan keperawatan intensif

Pelayanan keperawatan intensif berbeda dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat di ruang intensif sangat tinggi. Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari

rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta


(59)

12

kemampuan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Beberapa komponen ICU yang spesifik yaitu (1) pasien dirawat dalam keadaan kritis, (2) desain ruangan dan sarana yang khusus, (3) peralatan berteknologi tinggi dan mahal, (4) pelayanan dilakukan oleh staf yang profesional dan berpengalaman dan mampu mempergunakan peralatan yang canggih dan mahal (Hanafie, 2007).

Perawat intensif adalah seorang perawat profesional berlisensi yang bertanggung jawab terhadap pasien kritis dan keluarganya untuk memperoleh perawatan yang optimal (Chulay dan Burn, 2006). Perawat intensif dalam memberikan pelayanannya mengacu pada standar keperawatan kritikal, komitmen pada kode etik keperawatan dapat berfungsi sebagai perwakilan pasien secara tepat serta menunjukkan akuntabilitas terhadap tindakannya. Perawat kritikal menggunakan intervensi independen, dependen dan interdependent dalam mengelola pasien. Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitisas pasien di ICU maka dibutuhkan perawat yang memiliki kompetensi minimal/dasar dan khusu/lanjut (Depkes RI, 2006).

Kompetensi dasar minimal meliputi:

1. Memahami konsep keperawatan intensif.

2. Memahami issue etik dan hukum pada perawatan intensif.


(60)

4. Melakukan pengkajian dan analisa data yang didapat khususnya mengenai: henti napas dan jantung, status pernafasan, gangguan irama jantung, status hemodinamik pasien dan status kesadaran pasien.

5. Mempertahankan kebersihan jalan napas pada pasien yang terpasang

Endotracheal tube (ETT).

6. Mempertahankan patensi jaan napas dengan menggunakan ETT.

7. Melakukan fisioterapi dada.

8. Memberikan terapi inhalasi.

9. Mengukur saturasi dengan menggunakan pulse oksimetri.

10. Memberikan terapi oksigen dengan berbagai metode.

11. Melakukan monitoring hemodinamik non invasive.

12. Memberikan Basic life support (BLS) dan Advanced live support (ALS).

13. Melakukan perekaman EKG (elektrokaediogram).

14. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKG meliputi gangguan sistim

konduksi, gangguan irama, dan pasien dengan gangguan myocardium (iskemik, injuri dan infark).

15. Melakukan pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan analisa gas darah

(AGD) dan elektrolit serta melakukan interpretasi hasil pemeriksaan AGD dan elektrolit.

16. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah dan elektrolit yang tidak

normal.

17. Melakukan interpretasi hasil photo thorax.


(61)

14

19. Mempersiapkan pemberian terapi melalui syringepump dan infus pump.

20. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi parenteral.

21. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi cairan intavena.

22. Melakuka pengelolaan pasien dengan sindrom koroner akut.

23. Melakukan penanggulangan infeksi nosokomial di ICU.

2.2.5 Tugas perawat ICU

Tugas perawat ICU berdasarkan Depkes RI (2006), yaitu :

1. Identifikasi masalah.

2. Observasi 24 jam

1) Kardio vaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP.

2) Respirasi: menghitung pernafasan , setting ventilator, menginterprestasikan

hasil BGA, keluhan dan pemeriksaan fisik dan foto thorax.

3) Ginjal: jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam.

4) Pencernaan: pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare.

5) Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi), pemeriksaan

kultuur, berapa lama antibiotic diberikan.

6) Nutrisi klien: enteral, parenteral.

7) Mencatat hasil lab yang abnormal.

8) Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh

proses perawatan.


(62)

2.3Pengertian Stres

Stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan dilingkungannya yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2001).

Stres adalah suatu respon adaptif, melalui karakteristik individu dan atau proses psikologis secara langsung terhadap tindakan, situasi, dan kejadian eksternal yang menimbulkan tuntutan khusus baik fisik maupun psikologis yang bersangkutan (Nasution, 2002).

Stres menunjuk pada keadaan internal individu yang menghadapi ancaman terhadap kesejahteraan fisik maupun psikisnya. Penekanannya adalah pada persepsi dan evaluasi individu terhadap stimulus yang memiliki potensi membahayakan bagi dirinya. Sehingga ada perbandingan antara tuntutan yang menekan individu dan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut. Keadaan yang tidak seimbang dalam mekanisme ini akan meningkatkan respon stres, bagi fisiologi maupun perilakunya (Nasution, 2002).

2.3.1 Stres kerja

Stres kerja adalah suatu kondisi dari hasil penghayatan subjektif individu yang dapat berupa interaksi antar individu dan lingkungan kerja yang dapat mengancam dan memberi tekanan secara psikologis, fisiologis dan sikap individu (Wijono, 2010).

Stres kerja (Selye, dalam Beehr et al., 1992, dalam Waluyo, 2009) dapat diartikan sebagai sumber atau stresor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku. Stres di tempat kerja dapat


(63)

16

diekspresikan sebagai: sikap pesimis, tidak puas, produktivitas rendah, dan sering absen.

Stres timbul setiap kali karena adanya perubahan dalam keseimbangan sebuah kompleksitas antara manusia-mesin dan lingkungan. Karena komplesitas itu merupakan suatu sistem interaktif, maka stres yang dihasilkan tersebut ada di antara beberapa komponen sistem. Manusia merupakan komponen terlemah, maka sebagian atau seluruh ketegangan yang diakibatkannya terwujud dalam tangan manusia. (Fraser, 1992).

Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulan stres kerja. Bila ia sanggup mengatasi stresor kerja tersebut artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih fungsi organ tubuh mengakibatkan seseorang tidak lagi dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka ia disebut distres (Waluyo, 2009).

2.3.2 Faktor-faktor penyebab stres kerja

Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. . Tenaga Kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi merupakan situasi stres atau tidak. Interaksinya dalam pekerjaan dipengaruhi pula oleh hasil interaksinya di tempat lain, di rumah, dalam lingkungan kelompok dan sebagainya (Munandar,


(64)

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit stres saja tetapi dari beberapa pembangkit stres. Karena sebagian besar waktu manusia bekerja, maka lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar sebagai sumber stres bagi para pekerja (Munandar, 2001).

Penyebab stres yang sering terjadi pada petugas kesehatan meliputi kerja shift, jam kerja yang panjang, peran yang ambigu dan konlik peran, dan terpaparnya petugas kesehatan terhadap infeksi dan substansi bahaya lainnya yang ada dirumah sakit. Beberapa penelitian tentang stres kerja terhadap perawat juga telah dilakukan berhubungan dengan beban kerja berlebih (work overload), tuntutan waktu pengerjaan tugas yang cepat, tidak adanya dukungan sosial dalam bekerja (khususnya dari supervisor, kepala perawat dan managerial keperawatan yang lebih tinggi), terpapar penyakit infeksi, tertusuk jarum, dan berhubungan dengan pasien sulit atau kondisi sulit pasien yang serius (NIOSH, 2008).

Setiap individu dapat terkena stres. Lama, keseringan serta intensitas stres seseorang individu berbeda dengan individu lainnya. Stres ini menyangkut individu yang terkena, sumber stres dan transaksi antara keduanya. Oleh karena itu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stres kerja (sumber stres) secara umum, digolongkan menjadi (Nasution, 2002):

1. Dalam diri individu (internal source)

Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah sebagai


(65)

18

permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres, (Hidayat, 2004).

Konflik sebagai suatu hal yang nyata dalam kehidupan seseorang merupakan proses sosial orang-orang yang berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan. Sikap membiarkan suatu keadaan tertentu dalam bidang kerja, tidak dapat dihindari sebagai akibat adanya konflik. Kehidupan kerja seperti ini menunjukan perasaan tidak ikut memiliki bersama (sense of belonging) bidang kerja. Satu dengan yang lainya berusaha menjatuhkan lawannya walau dalam kondisi yang abstrak (Anoraga, 2001).

Salah satu faktor stres kerja yang bersumber pada karakteristik individu meliputi kepribadian type A. Pola tingkah laku type A digambarkan sebagai orang yang memiliki derajat dan intensitas yang tinggi untuk ambisi, dorongan untuk

pencapaian (achievement) dan pengakuan (recognition), kebersaingan

(competitiveness) dan keaagresifan. Orang tipe A memiliki paksaan untuk bekerja berlebih, selalu bergelut dengan batas waktu, dan sering menelantarkan aspek-aspek lain dari kehidupan seperti keluarga, kegiatan-kegiatan waktu luang dan rekreasi. Sebaliknya pola perilaku tipe B digambarkan sebagai tipe easy-going dan santai. Secara relatif bebas dari rasa mendesak, mereka tidak selalu harus berkejar dengan waktu (Munandar, 2008).

2. Luar diri individu (external source); (lingkungan kerja dan lingkungan


(66)

lingkungan fisik kerja, hubungan antar manusia yang buruk, kurang pengakuan dan peningkatan jenjang karir, rasa kurang aman dalam bekerja dan sebagainya (Nasution, 2002).

a. Beban Kerja

Terlalu banyak pekerjaan/ terlalu sedikit pekerjaan juga terkadang dapat menyebabkan stres pada seorang individu. Terlalu banyak pekerjaan berkaitan dengan kemampuan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tersebut dengan hasil yang sebaik-baiknya. Sedangkan terlalu sedikit berkaitan dengan tidak adanya pekerjaan yang dapat dikerjakan. Sejauhmana hal ini dapat menyebabkan seorang individu menjadi stres, tergantung bagaimana dia dapat mengatasi keadaan tersebut (Nasution, 2002).

Beban kerja berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga (Hidayat, 1994).

Tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak dan harapan perusahaan yang berlebih terhadap pekerja dapat mempengaruhi imunitas tubuh dan kesehatan pekerja tersebut secara langsung. Tuntutan tersebut diantaranya:

1. Beban kerja yang berat

2. Waktu istirahat yang jarang

3. Jam kerja yang panjang

4. Pergantian jam kerja (shift) yang kurang tepat jadwalnya (jarak antara shift


(67)

20

5. Beban kerja yang padat dan rutin namun sedikit memberi nilai dan arti

bagi kehidupan.

6. Beban kerja yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan

pekerjaan dan keluarga atau salah penempatan (Hidayat, 1994).

b. Tanggung Jawab

Kerja Bila seseorang harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, perubahan dalam hidup menyebabkan ia tidak mempunyai kontrol. Misalnya, teman kerja tidak masuk, ia harus menggantikan tugasnya. Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya (Prawono, 2004)

Kerja yang penuh tanggung jawab atas keselamatan orang sangat cendrung mengakibatkan stres. Kerja sama ini dialami para petugas medis, paramedis, dokter dan perawat, dinas kebakaran dan polisi. (Hardjana, 1994).

Tarigan. L (2004) yang melakukan penelitian terhadap 20 orang perawat di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan menyatakan bahwa tanggung jawab kerja menunjukkan hasil yang tidak bermakna terhadap terjadinya stres kerja. Ia juga menyatakan sehubungan dengan rasa tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan disiplin kerja. Dalam hal ini tenaga kerja akan termotivasi dalam melakukan tugasnya yang memberikan dampak positif bagi tenaga kerja dalam hal penyelesaian tugas yang tepat waktu dan ketelitian dalam melakukan pekerjaan.


(68)

c. Hubungan Antar Manusia (Interpersonal)

Hubungan antar manusia ditempat kerja dapat sebagai sumber stres karena hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan tidak selalu baik dan serasi. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak mengahargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf (Tarigan, 2004)

d. Keamanan Kerja

Keamanan kerja berarti berkenaan dengaan tempat kerja yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerjanya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan (stres) kerja yang terus menerus pada tenaga kerja tersebut. Stres yang terjadi dapat disebabkan karena individual conflict (takut),

maupun organizational conflict (kurangnya alat proteksi di industri tersebut).

Selain itu yang dimaksud keamanan kerja disini adalah kepastian untuk tidak dipecat (PHK) yang dapat terjadi setiap saat dan sebagainya (Nasution, 2002) 2.3.3 Gejala-gejala stres kerja

Beberapa gejala stres dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan baik secara fisiologis, psikologis dan sikap. (Wijono, 2010). Tanda-tanda dan gejala-gejala stres berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang lainnya. Namun beberapa gejala bersifat umum, seperti mudah marah atau suka murung. Pola respon yang umum biasanya tergantung kepada masing-masing orang (Brecht, 2000). Respon tertentu dapat mengindikasikan adanya stres kerja pada seseorang atau kelompok. Hal tersebut dapat berupa keluhan sakit


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Rumah Sakit ... 6

2.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit ... 6

2.1.2 Karakteristik Pelayanan Rumah Sakit ... 7

2.2 Pengertian Perawat ... 7

2.2.1 Peranan Perawat ... 8

2.2.2 Fungsi Perawat ... 9

2.2.3 Standar Praktik Keperawatan ... 10

2.2.4 Pelayanan Keperawatan Intensif ... 11

2.2.5 Tugas Perawat ICU ... 14

2.3 Pengertian Stres ... 15

2.3.1 Stres Kerja ... 15

2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja ... 16

2.3.3 Gejala-Gejala Stres Kerja ... 21

2.3.4 Dampak Stres Kerja ... 23

2.4 Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 25


(2)

ix

3.3.2 Sampel ... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.5 Defenisi Oprasional ... 26

3.6 Metode Pengukuran ... 27

3.6.1 Penentuan Tingkat Stres ... 27

3.6.2 Penetuan Beban Kerja ... 27

3.6.3 Penentuan Hubungan Interpersonal ... 28

3.6.4 Penentuan Tanggung Jawab ... 28

3.6.5 Penentuan Keamanan Kerja ... 29

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 29

3.7.1 Pengolahan Data ... 29

3.7.2 Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

4.1 Gambaran RSUD Rantauprapat ... 32

4.1.1 Sejarah Perkembangan RSUD Rantauprapat ... 32

4.1.2 Motto, Visi dan Misi RSUD Rantauprapat ... 33

4.1.3 Sumber Daya Manusia ... 34

4.1.4 Fasilitas Pelayanan Di RSUD Rantauprapat ... 35

4.1.5 Struktur Organisasi Ruang ICU RSUD Rantauprapat ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 36

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Stres di Tempat Kerja ... 36

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu dan Faktor Lingkungan Psikososial ... 37

4.3 Hasil Analisis Uji Statistik ... 39

4.3.1 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Status Pernikahan, Beban Kerja, Hubungan Interpersonal, Tanggung Jawab, dan Keamanan Kerja dengan Stres Kerja ... 40

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1 Keadaan Stres Pada Perawat ... 43

5.2 Hubungan Antara Umur Dengan Stres Kerja ... 44

5.3 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Stres Kerja ... 45

5.4 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Stres Kerja ... 46

5.5 Hubungan Antara Status Pernikahan Dengan Stres Kerja ... 47

5.6 Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja ... 48

5.7 Hubungan Antara Hubungan Interpersonal Dengan Stres Kerja ... 49

5.8 Hubungan Antara Tanggung Jawab Dengan Stres Kerja ... 50

5.9 Hubungan Antara Keamanan Kerja dengan Stres Kerja ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karyawan RSUD Rantauprapat Tahun 2014... 34

Tabel 4.2 Distribusi Perawat Berdasarkan Stres di Tempat Kerja di Ruang ICU RSUD Rantauprapat Tahun 2015 ... 36

Tabel 4.3 Distribusi Perawat Berdasarkan Karakteristik Individu dan Faktor Lingkungan Psikososial di ICU RSUD Rantauprapat Tahun 2015 ... 37

Tabel 4.4 Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Status Pernikahan, Beban Kerja, Hubungan Interpersonal, Tanggung Jawab, dan Keamanan Kerja dengan Stres Kerja ... 39


(4)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 24


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 54

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 59

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 60

Lampiran 4. Hasil Rekapitulasi Data ... 61

Lampiran 5. Hasil Analisis Data ... 62


(6)

xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dara Asdalola Harahap

Tempat Lahir : Rantauprapat

Tanggal Lahir : 02 September 1994

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Daulat Harahap

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Asnida Saragih

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Panglima Polem Rantauprapat/2000-2006

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Rantau Selatan/2006-2009 3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 2 Rantau Utara/ 2009-2012 4. Lama studi di FKM USU : 2012-2016


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT DI RSUD.DR. MOEWARDI SURAKARTA.

0 3 16

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

1 5 15

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

0 0 5

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

0 0 19

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

0 2 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stres Kerja Pada Perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat Tahun 2015

0 0 20

Faktor–Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Luka Tusuk Jarum Suntik atau Benda Tajam Lainnya Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pringadi Kota Medan Tahun 2017

2 10 21

Faktor–Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Luka Tusuk Jarum Suntik atau Benda Tajam Lainnya Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pringadi Kota Medan Tahun 2017

0 1 2

Faktor–Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Luka Tusuk Jarum Suntik atau Benda Tajam Lainnya Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pringadi Kota Medan Tahun 2017

0 4 7