Latar Belakang Kesimpulan dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, zat pewarna dari sumber alami telah digunakan untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetika. Tetapi zat pewarna alami kini telah digantikan dengan pewarna buatan yang memberikan lebih banyak kisaran warna yang telah dibakukan www. Departemen Kesehatan RI. Co. id , 2006. Zat pewarna dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu zat pewarna alami, zat pewarna identik alami, dan zat pewarna sintetis. Yang masing –masing zat warna ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pewarna alami dapat kita jumpai pada tumbuhan, hewan atau sumber-sumber mineral dan sudah dianggap sebagai pewarna yang aman, hanya saja pewarna alami ini stabilitas pigmen rendah, keseragaman warnanya kurang baik dan strukturnya kurang luas. Pewarna identik alami dibuat secara sintetis yang struktur kimianya identik dengan pewarna alami. Pada pewarna ini memiliki batas-batas maksimum penggunaan, kecuali beta karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas. Pewarna sintetis memiliki keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Namun penggunaannya masih pada batas-batas maksimum penggunaan. Universitas Sumatera Utara Sekarang ini, pewarna sintetis banyak sekali digunakan pada makanan dan minuman, misalnya pada sirup, saus, minuman ringan, pudding, keripik, sereal, kue, sup, es krim, permen, selai, jeli, yogurt, mie, mustart, acar dan jus. Saus merupakan zat makanan tambahan atau untuk penyedap rasa yang biasanya ditambahkan pada saat makan bakso, mie, sop dan lain-lain. Saus ini biasanya terbuat dari bahan tomat tetapi kadang dibuat dari bahan lain misalnya pepaya, ketela lalu diberi zat pewarna, dari hal tersebut apakah pewarna yang ada pada saus tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak, bila zat pewarna tersebut berasal dari pewarna alami atau pewarna dari bahan baku untuk membuat saus maka pewarna tersebut adalah aman untuk dikonsumsi, tetapi bila pewarna tersebut berasal dari pewarna sintetis terlebih bila pewarna sintetis tersebut bukan pewarna makanan minuman maka pewarna ini akan berbahaya bagi konsumen Supriyadi, 2006. Hingga saat ini aturan penggunaan zat pewarna di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 722 MENKESPERIX88 yang menyebutkan bahwa makanan yang menggunakan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan mempunyai pengaruh langsung terhadap derajat kesehatan masyarakat; bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Dan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 239 MENKES PER V 85 yang menyebutkan bahwa zat warna tertentu yang digunakan untuk memberi dan atau memperbaiki warna bahan atau barang banyak beredar dalam masyarakat yang apabila digunakan pada obat, makanan, dan kosmetika dapat membahayakan masyarakat; bahwa untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan oleh zat warna tertentu seperti ditetapkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Universitas Sumatera Utara zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya Permenkes RI, 1988 1985. Namun di Indonesia, banyak masyarakat yang kurang pengetahuannya terhadap undang-undang di atas, sehingga masih terdapat kecendrungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna sintetis untuk sembarang bahan pangan misalnya zat pewarna tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut .Timbulnya penyalahgunaan zat pawarna tersebut disebabkan oleh ketidak tahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan, atau karena tidak adanya penjelasan tentang larangan penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan. Disamping itu, harga zat pewarna industri relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk makanan Winarno, F.G, 1997. Dalam minuman, makanan atau saus dalam hal ini saus cabe, sebelum disalurkan kepada konsumen harus dianalisa terlebih dahulu, apakah zat pewarna yang digunakan sudah sesuai dengan zat pewarna bagi makanan dan minuman yang diizinkan di Indonesia. Dalam penulisan karya ilmiah ini adalah identifikasi zat pewarna sintetis pada saus cabe tersebut yang dilakukan dengan metode kromatografi kertas.

1.2 Permasalahan