Model Pembelajaran Saintifik Manfaat Penelitian

33 pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran a. Mengamati b. Menanya c. Mengumpulkan informasi atau mencoba d. Menalar atau mengasosiasi e. Mengomunikasikan. Menghadirkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran diharapkan mampu membiasakan peserta didik untuk melakukan hipotesis dan mengeksperimen segala sesuatu. Namun sebagian guru masih kurang sesuai dalam melaksanakan pendekatan tersebut. Kebingungan yang dialami oleh guru tersebut tentunya berakibat pada ketidak sesuaian penerapan pembelajaran saintifik di dalam kelas. Kurnik 2008 berpendapat bahwa jika prosedur saintifik diaplikasikan dengan tepat dan benar, terhadap kesulitan dalam konten matematika dan cara berpikir matematis, akan membawa ke dalam kemampuan matematis dari setiap siswa. Sehingga diharapkan bahwa pembelajaran matematika akan berhasil. Menurut Lazim 2014, pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum 34 atau prinsip yang ditemukan. Peserta didik sangat dituntut untuk aktif selama proses pembelajaran. Guru diharapkan bertindak hanya sebagai fasilitator pembelajaran dan peran guru sangat dikurangi dalam model pembelajaran ini. “In the teaching process, a math teacher helps students to discover and learn new mathematical truth. That knowledge can be obtained in various ways and bases of all those methods are also concepts and theorems ” Kurnik, 2008 : 421. Menurut Kurnik 2008, dalam proses pembelajaran guru membantu peserta didik untuk menemukan dan belajar mengenai konsep baru matematika. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dengan menggunakan berbagai cara dan dasar dari semua metode juga konsep dan teori. Sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran saintifik ini peserta didik terdorong untuk mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberitahu. Dalam Permendikbud nomor 103 tahun 2014 juga dijelaskan bahwa pendekatan saintifik dilaksanakan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung. Hal ini berarti proses pemmbelajaran dapat dilakukan diluar kelas. Keaktifan peserta didik menjadi titik penting dalam keberhasilan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Kemampuan dan kemauan peserta didik untuk bertanya menjadi langkah awal dalam proses pembelajaran aktif. Panhuizen 2005, meneliti mengenai bagaimana pertanyaan apa dapat digunakan untuk membuat keputusan konten dalam cara ilmiah. Ketika peserta didik sudah berani bertanya maka dengan rasa ingin tahu yang mereka miliki maka mereka akan segera melakukan tindakan untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang 35 mereka buat. Tentunya sebelum melakukan kegiatan menanya, peserta didik haruslah sudah mengamati mengenai apa yang akan mereka cari jawabannya. Menurut Kazilek dan Pearson pada langkah mengamati, peserta didik dapat melihat, mendengar bahkan menyentuh objek yang digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya dalam langkah menanya, terdapat beberapa pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa dan bagaimana. Ketika memiliki pertanyaan, timbul rasa ingin tahu dari peserta didik sehingga mereka akan terpacu untuk mengumpulkan informasi dalam rangka menjawab pertanyaan yang mereka miliki. Langkah keempat yaitu menalar atau mengasosiasi dimana informasi yang didapat dicari kebenarannya dan kesesuaiannya dengan materi pembelajaran. Tahap terakhir yaitu peserta didik mengomunikasikan apa yang telah mereka dapat. Komunikasi disini dapat berupa menuliskan, mempresentasikan secara lisan di depan kelas, atau mempresentasikan dalam bentuk media. Dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dimana peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan mengikuti lima tahapan yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasi.

6. Setting Kelas Kooperatif Tipe Jigsaw

Coorperative learning Pembelajaran kooperatif dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Menurut Dymoke dan Harrison 2009, teori konstruktivis bersangkutan dengan sifat sosial dari pembelajaran, bagaimana peserta didik menciptakan konsep yang terstruktur dalam me mbuat pengetahuan menjadi 36 bermakna. Sosial konstruktivistime fokus pada proses kognitif yang terjadi pada seorang pembelajar melalui interaksi sosial seperti mendengarkan dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam Johnson, Pembelajaran kooperatif merupakan penggunaan intruksional dari kelompok –kelompok kecil yang memungkinkan peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kemampuan diri mereka sendiri dan belajar satu sama lain. Namun menurut Dell‟Olio 2007, tidak semua kelompok kecil yang ada di dalam kelas dapat dianggap sebagai pembelajaran kooperatif yang sebenarnya. Pembelajaran kooperatif adalah model yang unik diantara model –model pengajaran lainnya karena menggunakan struktur tujuan, tugas, reward yang berbeda untuk mendukung pembelajaran peserta didik Arends, 2008: 37. Westwood 2008 : 68 juga menyatakan, “working in groups not only increase students‟s active participation, it also encourage social skill development, enhances communication, and increase independence. ” yang berarti bahwa belajar dalam kelompok tidak hanya menambah partisipasi aktif peserta didik, namun juga mendorong pertumbuhan ketrampilan sosial, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan meningkatkan kebebasan peserta didik. Sedangkan dalam Kennedy 2008, pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi kelompok yang dirancang untuk meningkatkan partisipasi dengan memanfaatkan aspek – aspek sosial dari pembelajaran. Isjoni dan Ismail 2008 berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif bagaikan dua orang yang memikul balok. Balok akan dapat dipikul bersama –sama jika dan hanya jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang itu berarti kegagalan

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

1 55 230

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBASIS NHT DAN GI Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Pbl Berbasis Nht Dan Gi Ditinjau Dari Komunikasi Matematis.

0 3 12

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBASIS NHT DAN GI DITINJAU DARI Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Pbl Berbasis Nht Dan Gi Ditinjau Dari Komunikasi Matematis.

0 2 16

PENDAHULUAN Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Pbl Berbasis Nht Dan Gi Ditinjau Dari Komunikasi Matematis.

0 3 6

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Model Discovery Berbasis Mind Map dan Concept Map Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.

0 3 19

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Model Discovery Berbasis Mind Map dan Concept Map Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.

1 4 17

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII.

3 14 368

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI SISWA SMP.

0 2 113

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA N 2 YOGYAKARTA.

1 3 90

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 2 10