sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan,
akan semakin
tinggi juga
kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM
mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak- banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
2.2 The Trade Off Model
Trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang.
Menurut Brigham dan Houston 2001 kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat
pengembalian. Teori trade-off, menyatakan bahwa manajer keuangan seharusnya meningkatkan utang sampai pada titik optimal, dimana nilai
perlindungan pajak dan bunga tambahan hanya terimbangi oleh tambahan biaya masalah keuangan yang mungkin timbul Brealey dkk, 2008.
2.3 Pecking Order Theory
Menurut Myers 1984, pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat
hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah”. Dalam pecking order
theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi hierarki dalam
penggunaan dana. Menurut Hanafi 2004 dalam skenario urutan dalam pecking order theory yaitu:
a. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba keuntungan yang di hasilkan dari kegiatan perusahaan.
b. Perusahaan akan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang
ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis. Karena kebijakan dividen yang konstan dengan
fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak dapat bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan
akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi. c.
Apabila pendanaan dari luar external financing di perlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu
yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas.
2.4 Agency Theory
Masalah agensi cenderung terjadi dalam organisasi bisnis karena kontrol kepemilikan dan manajemen kerap terpisah. Manajemen struktur
modal juga meningkatkan biaya agensi. Masalah agensi berasal dari konflik kepentingan, dan manajemen struktur modal menyangkut konflik
antara pemegang saham dan obligasi Keown, 2010. Lukas 2008 menjelaskan bahwa biaya agensi adalah biaya yang timbul karena
perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan pemegang saham dan kreditur. Jika perusahaan
menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan pemegang saham dan kreditur. Jika perusahaan
menggunakan hutang sehingga ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditur. Misalnya perusahaan
melakukan investasi pada proyek-proyek berisiko tinggi, ini jelas merugikan kreditur.
2.5
Signaling Theory
Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur
modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti
mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat signal bahwa
manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari
biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan
saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah Brigham dan
Houston, 2001.
2.6
Asymetric Information Theory
Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham dan Houston 2001 adalah situasi dimana manajer memiliki
informasi yang berbeda yang lebih baik mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Ketidaksamaan informasi ini terjadi
karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada para pemodal Husnan, 2000. Dengan demikian, pihak manajemen
mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue terlalu mahal. Kalau hal ini yang diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu
akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya. Tetapi
pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinanya adalah harga saham saat ini sedang terlalu
mahal sesuai dengan persepsi pihak manajemen. Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga
yang lebih rendah. Oleh karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham Saidi, 2004.
3. Profitabilitas