C. Pembahasan
1. Uji Secara Parsial
a. Pengaruh ROA terhadap Struktur Modal DER
Hasil analisis statistik variabel profitabilitas diperoleh t hitung bernilai -4,163 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal DER, sehingga hipotesis pertama diterima.
Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total asset maupun
modal sendiri.
Perusahaan yang
memiliki tingkat
pengembalian yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat profitabilitas yang tinggi
menyediakan sejumlah dana internal yang relatif besar yang
diakumulasikan sebagai laba yang ditahan.
Sebaliknya jika laba yang dihasilkan perusahaan rendah, maka perusahaan cenderung menggunakan hutang yang lebih
besar karena dana internal yang dimiliki tidak cukup untuk mendanai kegiatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori
struktur modal yaitu pecking order theory yang menyatakan perusahaan dengan tingkat profit tinggi lebih cenderung
menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu yaitu
laba yang ditahan untuk membiayai kegiatan investasi dan pembelanjaan perusahaannya.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kartika 2009 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh
terhadap struktur
modal. Dalam
penelitiannya pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI dengan periode penelitian 2004-2006 dan jumlah sampel
sebanyak 71 perusahaan dan Kesuma 2009, hasil penelitiannya menunjukkan profitabilitas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal.
b. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
DER
Hasil analisis statistik variabel struktur aktiva diperoleh t hitung bernilai positif sebesar 0,742 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,461. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktir modal DER, sehingga hipotesis kedua ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, hasil yang tidak signifikan ini dapat dijelaskan melalui data
penggunaan hutang perusahaan. Dalam data penggunaan hutang, perusahaan lebih memilih menggunakan hutang jangka
pendek untuk membiayai perusahaannya.
Ini terjadi karena perputaran persediaan bahan baku dalam perusahaan manufaktur
terjadi dalam jangka waktu yang pendek.
Sebagai contohnya bisa dilihat di perusahaan PT Pyridam Farma Tbk, dengan nilai
pinjaman bank jangka pendek pada tahun 2012 sebesar Rp 28.419.830.374 dan hutang jangka panjangnya sebesar
19.724.206.809, pada tahun 2013 mengalami kenaikan pinjaman hutang jangka pendek maupun hutang jangka
panjang sebesar 48.785.877.103 dan hutang jangka panjangnya sebesar Rp 32.431.771.087, sedangkan pada tahun 2014
hutang jangka pendek mengalami penurunan pinjaman hutang sebesar Rp 47.994.726.116 dan hutang jangka panjang sebesar
Rp 28.182.959.952. Dari data di atas dapat dilihat perusahaan tidak
menggunakan utang jangka panjang secara optimal sebagai keputusan pendanaan pemenuhan kebutuhan perusahaan.
Penggunaan utang jangka panjang yang kecil dibandingkan dengan penggunaan utang jangka pendek inilah menurut
peneliti yang membuat struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal. Penelitian ini tidak sesuai dan tidak
mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika 2009 dan Setiadi 2011. Dimana kedua peneliti manyatakan
bahwa Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal.
c. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Growth terhadap