43 upacara secara massal karena memang anggota desa pakraman sendiri berjumlah
sedikit. Kondisi Krama Desa Pakraman Eka Cita Penyalin sendiri terbilang cukup
dilihat dari segi sosial ekonomi, dalam artian keadaan krama dari 55 KK termasuk yang merantau ke luar telah dapat mencari sumber penghidupan yang baik
sehingga secara rata-rata ekonomi terbilang cukup. Tetapi ada juga yang belum mapan secara ekonomi dan telah masuk dalam program kesejahteraan dari desa
dinas yaitu perbekel Samsam. Bedah rumah dilakukan pada rumah Mangku Pura Dalem karena memang telah banyak yang rusak dan dimintakan bantuan program
bedah rumah dengan koordinasi desa pakraman dan dinas di tahun 2013. Rumah mangku mendapat prioritas karena memang secara fisik sudah kurang layak akibat
banyak kerusakan dan mangku telah ngayah lama sejak tahun 1998 sehingga difokuskan perhatian kesejahteraan pada pemangku disamping karena dahulunya
termasuk ikut program transmigrasi ke Lampung. Tanggapan atas Peran Desa Pakraman dalam pengentasan kemiskinan yang
berjalan selama ini di Desa Pakraman Eka Cita Penyalin yaitu dengan tetap memperhatikan arahan dari perbekel Samsam. Walaupun aspek kedinasan yang
melaksanakan program tersebut, desa pakraman sering juga diundang dalam rapat koordinasi di kantor desa yang dimaksudkan untuk bekerjasama antara dinas dan
bendesa. Selama ini hal itu telah terlaksana dengan baik.
D. Desa
Pakraman Angantelu,
Kecamatan Mangggis,
Kabupaten Karangasem
Desa Pakraman Angantelu merupakan kategori desa besar dengan luas 1333 ha yang beranggotakan 2000-an krama baik itu selaku pengarep yang
44 langsung tedun ngayahang di desa dan juga termasuk yang dirantau luar desa.
Desa ini terdiri dari 10 banjar adat yaitu : 1.
Banjar Ketug 2.
Banjar Kaler 3.
Banjar Seraya 4.
Banjar Labuan 5.
Banjar Kelod 6.
Banjar Tengading 7.
Banjar Pangi Tebel 8.
Banjar Bengkel 9.
Banjar Pangalon 10.
Banjar Yeh Malet Secara umum mata pencaharian krama setempat adalah pertanian,
pertukangan, pedagang, ada juga PNS,dan beberapa diantaranya bergerak di bidang pariwisata. Desa ini termasuk desa besar dan telah mampu menghidupkan
LPD milik desa adat sehingga sangat terasa kontribusinya bagi perekonomian desa. Pengelolaannya dilakukan dengan baik sehingga telah mampu dijadikan sandaran
bagi peningkatan kesejahteraan desa utamanya bagi desa pakraman dalam membantu kegiatan sosial ekonomi kramanya.Ini terbukti dengan mampunya LPD
memiliki dana SHU yang kemudian disimpan sebagai kas desa yang diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan adat, untuk kegiatan pembangunan fisik pura, dan
pendanaan kegiatan rutin tahunan di Purnama Kelima yaitu Usabha. Tetapi
45 kegiatan yang sepintas dinilai memakan biaya besar dan kegiatan ngayah yang
lama oleh krama tak terjadi di desa ini karena telah dibagi dan dikoordinasikan sedemikian rupa dengan 10 banjar adat pendukung Desa Pakraman Angantelu.
Mekanisme kegiatan adat yang dilakukan di Purnama Kelima itu yaitu dilaksanakan bergilir oleh 10 banjar adat sehingga 1 banjar adat yang secara pokok
mendapat giliran ngayah utama sebagai pelaksana karya adat usabha tersebut hanya akan mendapat gilirannya 10 tahun sekali. Dananya pun diambil dari kas
desa yang banyak dihasilkan dari SHU LPD dan dana pembinaan desa pakraman. Krama hanya dibebankan papeson banten yang dibagi secara merata sesuai jenis
upakaranya. Papeson banten itu pun dibawa di acara ngayah yang tak lagi menyita waktu lama karena berlangsung singkat cukup setengah hari karena tinggal nyoroh
bantennya saja. Ini diupayakan guna memberi kesempatan juga bagi krama yang bekerjanya di sektor nonformal seperti pertukangan, pertanian untuk tidak banyak
waktunya tersita sehingga bisa juga tetap mencari nafkah. Demikian juga untuk yang bekerja di sektor pariwisata, PNS. Artinya mereka tetap dapat melaksanakan
rutinitasnya dalam mencari nafkah, sehingga kemiskinan kultural dapat dicegah dengan pelaksanaan kegiatan adat yang teroganisir lebih baik. Aturan ini telah
menjadi kesepakatan krama melalui paruman dan telah menjadi perarem desa. Bahkan selama kurang lebih 13 tahun sudah sejak menjadi bendesa beban papeson
pada krama total jika dihitung nominalnya hanya mencapai 400 ribu rupiah saja. Pengorganisasian lain terkait krama yang berada di rantau, sekali saja
dibebani 1 satu karung beras saja, yang dapat diuangkan, selanjutnya tidak lagi ada kewajiban apapun, dan bila ada yang meninggal krama rantau itupun tetap
46 dapat kulkul banjar, tedun ngarap karya dan fasilitas setra tetap dapat. Sementara
untuk ngaben selama ini berjalan namun tidak terlaksana dan dikoordinir desa melalui ngaben massal. Desa pakraman tetap diminta tedun dalam suka-duka
tersebut tetapi sebagai pendukung. Sebagai pengarep kerja pesuka dukan biasanya dilaksanakan oleh soroh kelarga besar kekerabatan genealogisnya. Tetapi
prinsip ngayah, metulung itu tetap dilaksanakan oleh krama. Dalam hubungannya dengan pengentasan kemiskinan dapat dilihat bahwa
anggaran kesejahteraan di desa pakraman tentunya tidak dialokasikan sebagaimana dinas yang dialokasikan oleh Pemprov dan Pemda. Tetapi perhatian
dalam turut menciptakan dan mendorong kehidupan yang lebih baik bagi krama diupayakan bersama. Selaku bendesa adat, koordinasi dengan dinas terus
dilakukan dan terhadap krama yang dialokasikan dana pengentasan kemiskinan misalnya bedah rumah telah ada dalam 5 tahun ini di wilayah kedinasan Antiga
dilakukan 4 kali dengan sasaran rumah lebih layak huni. Krama yang disasar bedah rumah ini dibantu gotong royong juga oleh krama di banjar tempat krama yang
mendapat bantuan berada. Selama ini untuk untuk pengentasan kemiskinan dari desa dinas dilakukan
melalui koordinasi dengan Pemprov dan Pemkab Karangasem untuk di wilayah kedinasan Antiga yang selama ini dialokasikan dana bedah rumah dalam 5 tahun
terakhir terealisasi melalui distribusi beras miskin ke 308 KK disamping itu telah terelisasi program bedah rumah bagi 4 KK dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Jika melihat ke peran desa pakraman, selaku krama di Banjar Kaja Desa Pakraman Angantelu sejauh ini manajemen pengelolaan desa pakraman berjalan baik yang
47 memberikan kesempatan lebih luas bagi krama untuk tetap melaksanakan rutinitas
kehidupannya secara berimbang dengan kegiatan ngayah pesuka- dukan di desa. Yang juga mulai terasa perkembangannya dan dirasa berperan juga dalam
pembiayaan kegiatan desa adat adalah LPD yang mulai berkembang dengan baik.
E. Desa Pakraman Padangtegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.