35 Di tahun 2013 Program ini merealisasikan dana bantuan di Desa Mangguh
Kecamatan Kintamani, sedangkan di Desa Manikliyu karena ditahun yang sama telah 2 KK nya disasar bedah rumah program Bali Mandara, maka Gerbangdesigot
saat itu dilakukan dalam bentuk pemantauan dan pembinaan kehidupan petani jeruk agar menghasilkan secara maksimal. Hingga Juli 2015 ini program Pemkab
Bangli ini telah menyasar beberapa wilayah desa- desa yang memerlukan pembinaan dan bantuan.
B. Desa Pakraman Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Pulau Bali yang luasnya 5.808,8 Km2 dibelah oleh pegunungan yang membujur dari barat ke timur, sehingga membentuk dataran yang agak sempit di
sebelah utara, dan daratan yang lebih besar di sebelah selatan. Pegunungan tersebut sebagian besar masih tertutup oleh hutan rimba lebat. Desa Pancasari, Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000- 1.100 meter dari permukaan laut. Dilihat dari lingkungan wilayahnya Desa
Pancasari berbatasan dengan :
- Sebelah Utara
: Desa Wanagiri; -
Sebelah Selatan : Desa Candikuning, Kec. Baturiti, Kab.Tabanan; -
Sebelah Barat : Hutan Negara;
- Sebelah Timur
: Hutan Negara. Luas wilayah Desa Pancasari sekitar 12,80 hektar, sebagian besar
merupakan daerah pertanian dan sedikit daerah tegalan. Suhu rata-rata 23 - 25 derajat celcius dengan curah hujan rata-rata setiap tahunnya berkisar antara 17,59
meter kubiktahun. Desa Pancasari terdiri dari 5 lima Banjar Dinas yaitu :
36 1 Banjar Dinas Buyan, 2 Banjar Dinas Peken, 3 Banjar Dinas Dasong, 4 Banjar
Dinas Karma, 5 Banjar Dinas Lalanglinggah. Jarak dari Ibukota Dati I sekitar 54Km, dengan waktu tempuh + 2 jam perjalanan ke tempat lokasi.
Menurut Bendesa Desa Pakraman Pancasari wawancara dengan I Gusti Ngurah Agung Dharma Wirata, umur 55 tahun yang dikatagorikan penduduk
miskin antara lain : lantai tempat tinggal dari tanah, dinding tempat tinggal dari kayu atau papan berkualitas rendah. Pengentasan kemiskinan terkait dengan
pengalokasian dana dari pemerintah untuk masyarakat yang kurang mampu dengan istilah di desa dinas dengan nama kelompok tani, kelompok nelayan dan lain
sebagainya yang tujuannya untuk membuka lahan pekerjaan bagi masyarakat kurang mampu. Pengentasan kemiskinan dapat diartikan sebagai upaya
memberikan peluang untuk memperbaiki hidup untuk peningkatan kesejahteraan dengan mengajak semua komponen masyarakat untuk membantu orang-orang
yang kurang beruntung. Usaha dalam pengentasan kemiskinan di Desa Pancasari antara lain : mayarakat yang mempunyai tanah pertanian tetapi tidak bisa digarap
sendiri oleh pemiliknya, maka pemilik tanah tersebut memberikan lahan garapannya kepada masyarakat yang kurang mampu dengan memberikan hak
menggarap sebidang tanah istilah Bali nyakap untuk ditanami sayur-sayuran dan palawija sehingga mereka mendapatkan mata pencaharian tetap, ini merupakan
suatu bentuk tindakan individu. Sedangkan sebelum Program Bali Mandara yang dirancang oleh
pemerintah Provinsi Bali salah satunya melalui Simantri, sebenarnya sebagian besar pendapatan masyarakat selain menggarap tanah, sumber penghidupan
37 keluarga miskin di Desa Pancasari dengan memelihara ternaksapi milik orang lain.
Adapun faktor pendorong untuk melakukan hal tersebut karena adanya perasaan keterpanggilan untuk membantu, sehingga dengan memberikan tanah garapan dan
memelihara ternaksapi dengan sistem bagi hasil merupakan suatu bentuk keperdulian kepada masyarakat yang kurang mampu.
Sepengetahuan Bendesa Desa Pakraman Pancasari, desa adat belum pernah dilibatkan secara langsung dalam program-program pengentasan kemiskinan oleh
desa dinas, sehingga Desa Pakraman tidak mengetahui data penduduk miskin di desa pakraman tersebut.
Dari Situs Resmi Pemkab Buleleng dapat diketahui beberapa hal berkenaan dengan pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Buleleng diantaranya
bahwa: 1.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1 rendahnya taraf pendidikan yang mengakibatkan terbatasnya kemampuan diri, khususnya
dalam mengakses lapangan kerja dan lapangan usaha; 2 rendahnya taraf kesehatan, menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa;
3 terbatasnya lapangan kerja; dan 4 kondisi terisolasi, sehingga sulit terjangkau untuk pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih,
dan sebagainya. 2.
Jumlah rumah tangga miskin RTM di Kabupaten Buleleng cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai program penanggulangan
kemiskinan dilaksanakan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan tersebut. Pada tahun 2005, RTM di Kabupaten Buleleng berjumlah 47.908
38 rumah tangga. Jumlah RTM tahun 2010 berkurang menjadi 45.187 rumah
tangga Tabel SE-1; tereduksi sekitar 2.721 rumah tangga atau 5,68 BPMPD Kab. Buleleng, 2010.
3. Pemerintah Kabupaten Buleleng mengupayakan penurunan RTM rumah
tangga sasaranRTS sekitar 6 setiap tahunnya. Pada tingkat kecamatan, jumlah RTM berkisar 3.115
– 7.419 rumah tangga. Jumlah terbanyak terdapat di Kecamatan Gerokgak, 7.419 rumah tangga 16,42 dari total RTM
Kabupaten Buleleng atau 32,82 dari jumlah rumah tangga di Kecamatan Gerokgak. Jumlah RTM terkecil ada di Kecamatan Sawan, yaitu 3.115 rumah
tangga, sekitar 16,72 dari jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Sawan.
Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Buleleng
2
No Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Rumah Tangga Miskin
1 2
3 4
1 Gerokgak
22.608 7.419
2 Seririt
21.569 7.198
3 Busungbiu
11.426 3.418
4 Banjar
20.470 5.631
5 Sukasada
16.233 3.492
6 Buleleng
32.198 5.462
2
http:datin.menlh.go.idassetsberkasSLHD_2010Buleleng-buku-SLHD- laporan.pdf, diakses hari jumat, tanggal 03 juli 2015, hal.II-11
39 7
Sawan 18.629
3.115 8
Kubutambahan 13.350
5.108 9
Tejakula 16.474
4.344
Jumlah 172.957
45.187
Keterangan : - Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Buleleng 2010
Kabupaten Buleleng saat ini memiliki 45.187 Rumah Tangga Miskin RTM; 26,25 dari jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Buleleng.
Banyaknya RTM menjadikan masalah kemiskinan sebagai isu penting yang terus direspons oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dan stakeholders lainnya.
Penanganan kemiskinan merupakan salah satu isu penting yang telah menjadi salah satu dasar penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA Kabupaten Buleleng.
Respons yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk mengatasi kemiskinan selain melaksanakan program tanggap darurat juga melalui
pemberdayaan masyarakat, pembangunan dan perbaikan infrastruktur, kemudahan memperoleh akses pendidikan dan kesehatan, dan lain sebagainya. Melalui
Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM 2007-2012, Pemerintah Kabupaten Buleleng memproyeksikan penurunan kemiskinan sebesar 6,47 pada
tahun 2012. Untuk mencapai proyeksi itu, Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang ada membuat Rencana Strategis Renstra dan Rencana Kerja Renja yang
diarahkan dan memberi kontribusi kepada penurunan kemiskinan. Sebagaimana diketahui, masalah kemiskinan merupakan masalah yang
kompleks, penyebabnya multi faktor. Pertama, dapat berupa faktor alamiah yang
40 berkaitan dengan sumber daya alam yang tidak mendukung sehingga masyarakat
menjadi miskin. Kedua, faktor kultural yaitu sistem nilai yang dianut, sikap mental, kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung sehingga masyarakat menjadi
miskin. Ketiga, dapat juga karena faktor kebijakan pemerintah yang kurang tepat sehingga ada lapisan masyarakat yang tidak mampu mengakses berbagai
kebijakan, yang akhirnya menjadikan mereka miskin. Respons dalam upaya penanggulangan kemiskinan selain melalui program
tanggap darurat, juga diarahkan kepada upaya mengatasi penyebabnya. Upaya dilakukan melalui perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pemerintah yang
kurang tepat. Ini penting karena penyebab kemiskinan yang lain seperti faktor alam dan kultural dapat juga diatasi melalui perbaikan kebijakan pemerintah yang
diarahkan untuk mengubah faktor alam dan faktor kultural yang kurang mendukung.
Secara singkat respons yang diupayakan dilakukan sebagai agenda untuk penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan berupa program pengadaan teknologi yang memungkinkan
mengatasi keterbatasan sumber daya alam yang semula kurang mendukung menjadi sumber daya alam yang mampu mendukung kehidupan. Seperti
pengadaan teknologi yang memungkinkan mengubah lahan kering menjadi lahan yang lebih produktif, teknologi produksi pertanian yang lebih hemat
input luar termasuk air, teknologi pemulihan lahan kritis, dan sebagainya. 2.
Kebijakan berupa pendidikan formal maupun non formal untuk semua lapisan masyarakat yang mampu mengubah sistem nilai, sikap mental, kebiasaan
41 kurang mendukung menjadi sistem nilai, sikap mental, dan kebiasaan yang
responsif terhadap perubahan lingkungan. 3.
Kebijakan berupa program yang memberi akses yang sama kepada semua lapisan masyarakat untuk mengakses faktor-faktor produksi seperti modal,
informasi dan pasar.
3
C. Desa Pakraman Eka Cita Penyalin, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan