1
BAB I PENDAHULUAN
:
1.1. Latar belakang
Kemiskinan  merupakan  satu  problema  nasional  yang  sedang  dihadapi dewasa  ini  bahkan  sejak  berpuluh  tahun  lalu,  dan  menjadi  tugas  negara  untuk
menanggulanginya. Namun tentunya persoalan ini bukanlah semata-mata menjadi tugas  negara  sebagaimana  diamanatkan  oleh  pembukaan  UUD  1945  melainkan
adalah juga menjadi bagian dari tugas kita bersama, tugas dari seluruh bangsa dan rakyat Indonesia untuk secara bersama-sama menanggulanginya.
Secara  umum,  angka  kemiskinan  Indonesia  sejak  1998 –  2011  terus
menurun.   Penurunan  tersebut  tidak  lepas  dari  upaya  keras  pemerintah  untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat.
Gambar Penurunan angka kemiskinan di Indonesia sejak 1998 – 2010.
Sumber data BPS.
Kendati  belum  bisa  dikatakan  maksimal,  akan  tetapi  tren  penurunan menunjukkan  bahwa  program-program  penanggulangan  kemiskinan  yang
2 diluncurkan  pemerintah  telah  memberikan  efek  positif  bagi  peningkatan
kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hak-hak dasar mereka. Berdasarkan  Worldfactbook,  BPS,  dan  World  Bank,  di  tingkat  dunia
penurunan  jumlah  penduduk  miskin  di  Indonesia  termasuk  yang  tercepat dibandingkan negara lainnya. Tercatat pada rentang 2005
– 2009 Indonesia mampu menurunkan  laju  rata-rata  penurunan  jumlah  penduduk  miskin  per  tahun  sebesar
0,8,  jauh  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  pencapaian  negara  lain  semisal Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya berada di kisaran 0,1 per tahun.
Bahkan India mencatat hasil minus atau terjadi penambahan penduduk miskin. Kendati  Indonesia  adalah  negara  yang  paling  berhasil  menurunkan  angka
kemiskinan, akan tetapi masih terdapat disparitas antar provinsi. Ada provinsi yang berhasil  menurunkan  prosentase  penduduk  miskinnya  dengan  cepat  dan  ada  pula
yang  lambat.  Gambar  4  berikut  menggambarkan  profil  kemiskinan  beberapa provinsi di Indonesia tahun 2011.
Profil Kemiskinan Per Provinsi Tahun 2011. Sumber data BPS.
3 Selain  itu,  sebaran  penduduk  miskin  juga  tidak  merata  di  seluruh  wilayah
kepulauan  Indonesia.  Penduduk  miskin  tersebut  tinggal  di  wilayah  perkotaan maupun  perdesaan,  dengan  prosentase  terbesar  berada  di  wilayah  perdesaan  di
Pulau Jawa, disusul Pulau Sumatera, baru kemudian pulau-pulau lain di Indonesia. Secara  rinci,  gambaran  jumlah  penduduk  miskin  di  perdesaan  dan  perkotaan
seperti tergambar berikut ini. Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan dan Perkotaan 2011 dalam ribuan.
Sumber data BPS. Sebagai  catatan,  ada  beberapa  hal  yang  patut  dijadikan  bahan  kajian.
Pertama,  tingkat  kemiskinan  masyarakat  Bali.  Dari  data  di  Badan  Pusat  Statistik BPS  Provinsi  Bali,  pada  2  Januari  2013,  jumlah  angka  kemiskinan  masyarakat
Bali hingga  September 2012 adalah 160.950 orang. Jumlah ini tentu sangat besar dibandingkan jumlah penduduk Bali secara keseluruhan yang mencapai lebih dari
3,6  juta  orang.  Itu  artinya,  pemimpin  ke  depan  mesti  mampu  terus-menerus mengentaskan  kemiskinan  masyarakat  Bali,  karena  akibat  kemiskinan  akan
4 menimbulkan  multi  efek  yang  kurang  positif  bagi  peningkatan  kesejahteraan
rakyat.  Dengan  kemiskinan,  tentu  akan  berdampak  pada  tingkat  kesehatan  yang rendah.  Jika  kesehatan  masyarakat  rendah,  maka  kesempatan  untuk  mendapatkan
pendidikan  juga  kecil.  Berarti  upaya  peningkatan  kemampuan  bersaing  dalam memperebutkan  lahan  pekerjaan  akan  berkurang  sehingga  tingkat  pengangguran
pun  naik.  Jadi  persoalan  mendasar  dari  rantai  kehidupan  ini  adalah  dengan mengentaskan kemiskinan.
Secara  garis  besar,  penurunan  angka  kemiskinan  dari  tahun  ke  tahun  juga terus  mengalami  penurunan.  Pada  tahun  2008,  penduduk  miskin  di  Bali  tercatat
sebanyak 6,17 persen. Selanjutnya pada tahun 2009 menurun menjadi 5,13 persen, tahun 2010 tercatat sebanyak 4,88 persen. Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012
terus  bergerak  turun  menjadi  4,20  persen  dan  terakhir  3,95  persen.  Angka kemiskinan  dari  6,17  tahun  2008,  sudah  mampu  ditekan  menjadi  3,95  pada
tahun 2012  terbaik kedua nasional, setelah Provinsi DKI Jakarta. Penurunan  angka  kemiskinan  itu  menjadi  sebuah  bukti  keberhasilan
berbagai  program  Bali  Mandara  yang  pelaksanaannya  telah  memasuki  tahun kelima.  Sejumlah  program  yang  manfaatnya  bisa  dinikmati  langsung  oleh
masyarakat antara lain Jaminan Kesehatan Bali Mandara JKBM, Bedah Rumah, Sistem  Pertanian  Terintegrasi  Simantri,  Beasiswa  bagi  siswa  dan  mahasiswa
kurang  mampu,  bantuan  desa  pakraman  dan  subak  serta  Gerakan  Pembangunan Desa  Terpadu  Gerbangsadu.  Semuanya  merupakan  program  yang  langsung
menyentuh  kepentingan  masyarakat  luas  dan  terkait  dengan  upaya  pengentasan kemiskinan
5 Penjabaran  rencana  aksi  yang  dilakukan  Pemprov  Bali  dalam
mengentaskan  kemiskinan  menunjukkan  keberhasilan.  Laporan  resmi  dari  Badan Pusat Statistik No. 4507th.XIII tertanggal 1 Juli 2010 tentang Profil Kemiskinan
Indonesia,  menunjukkan  keberhasilan  Bali  dalam  pengentasan  angka  penduduk miskin. Berdasarkan data yang dirujuk pada Maret 2010 dengan pendataan konsep
garis kemiskinan, tercatat 174.930 jiwa 4,88 masuk kategori miskin. Angka ini jauh menurun dibandingkan angka penduduk miskin pada bulan yang sama tahun
2009.  Saat  itu  angka  penduduk  miskin  di  Bali  mencapai  181.720  jiwa  5,13. Berdasarkan  perbandingan  angka  ini,  Bali  mampu  mengentaskan  penduduk
miskin  mencapai  6.790  jiwa.  Angka  ini  melampaui  target  nasional  yang dibebankan pemerintah pusat 6.360 jiwa.
Angka  kemiskinan  di  Bali  per  Maret  2008  tercatat  mengalami  penurunan 13.400  orang.  Pada  bulan  Maret  2007  tercatat  ada  229.100  orang  di  Bali  yang
berada  di  bawah  kemiskinan  atau  mencapai  6,63  persen  dari  jumlah  keseluruhan penduduk Bali. Jumlah itu menurun menjadi 215.700 orang pada bulan Maret 2008
atau sekitar 6,17 persen dari total penduduk Bali. Data Badan Pusat Statistik BPS 2006  tentang  angka  kemiskinan  di  Bali  menunjukkan  masih  cukup  tinggi  jumlah
keluarga  miskin  di  Bali  yaitu  147.044  kepala  keluarga  KK.  Jumlah  terbesar berada  di  Buleleng,  yaitu  47.908  KK.  Berikutnya  di  Karangasem  41.826  KK,
Bangli  13.191  KK,  Tabanan  11.672  KK,  Klungkung  8.460  KK,  Gianyar 7.629  KK,  Jembrana  6.998  KK,  Badung  5.201  KK,  dan  Denpasar  sebanyak
4.159 KK.
6 Dari  hasil  survei  yang  dilakukan,  dapat  diketahui  bahwa  dari  413  responden
yang  meliputi  67  desakampung  di  seluruh  Bali,  diketahui  bahwa  sebagian  besar bermatapencaharian sebagai buruhtukang 29,5, pedagang 21,1, dan petani
16,5  dengan  penghasilan  rata-rata  kurang  dari  200  ribubulan  52,5  dan sebagian  besar  memiliki  hutang  77,5.  Dilihat  dari  latar  belakang  pendidikan,
sebagian besar responden telah tamat SD 33,7 dan tidak tamat SD 27. Dalam  aktualisasi,  berbagai  dampak  nyata  program  Bali  Mandara  sangat
dirasakan oleh masyarakat. Desa Pengotan, Bangli merupakan salah satu desa yang merasakan  dampak  positif  berbagai  program  Bali  Mandara.  Bahkan,  secara  nyata
angka kemiskinan di desa ini berhasil dikurangi hingga lebih dari 50 persen dalam kurun  waktu  empat  tahun.  Hal  tersebut  disampaikan  Perbekel  Desa  Pengotan
Wayan Arsana dalam penyerahan Program Gerbangsadu oleh Gubernur Bali Made Mangku  Pastika  kepada  kelompok  ekonomi  produktif  di  Pasar  Desa  Pengotan
baru-baru  ini.  Lebih  jauh  Arsana  mengurai,  Desa  Pengotan  yang  berpenduduk 1315 KK atau 3617 jiwa. Pada catatan tahun 2008, desa ini mengantongi 517 KK
miskin.  Pada  tahun  2012,  tambah  Arsana,  penduduk  miskin  di  wilayahnya  bisa dikurangi  hingga  hanya  tersisa  sebanyak  295  KK.  Berkurangnya  penduduk
merupakan  dampak  positif  dari  pelaksanaan  berbagai  program  Bali  Mandara seperti JKBM, bedah rumah, simantri dan program  Gerbangsadu, urainya.  Lebih
jauh Arsana mengurai, banyak masyarakatnya  yang telah memanfaatkan Program JKBM.  “Dengan  program  JKBM,  masyarakat  kami  tidak  perlu  lagi  memikirkan
biaya  ketika  harus  berobat  saat  sakit,”  ujarnya.  Karena  itu  Arsana  berharap  agar program Bali Mandara bisa dilanjutkan.
7 Hal  senada  juga  diungkapkan  Kepala  Dusun  Bayad,  Tegallalang,  Gianyar  I
Ketut  Sunarta.  Ditemui  di  sela-sela  kegiatan  Sosialisasi  Program  Bali  Mandara Melalui Pentas Seni Tradisional, Sunarta mengatakan kalau Program Bali Mandara
merupakan  terobosan  yang  luar  biasa.  Berbagai  program  Bali  Mandara  seperti JKBM  sangat  dirasakan  manfaatnya  oleh  masyarakat  khususnya  golongan
menengah  ke  bawah.  Selain  JKBM,  program  bedah  rumah  dan  Simantri  juga mendapat  apresiasi  masyarakat  Dusun  Bayad.  Pernyataan  tersebut  diperkuat  oleh
Bendesa  Pakraman  Bayad  I  Made  Latra.  “Banyak  warga  yang  terselamatkan karena program JKBM. Bahkan ada warga kami yang memanfaatkan layanan cuci
darah  dua  kali  seminggu,  bayangkan  saja  kalau  tidak  ada  program  JKBM,” imbuhnya.  AA.Nyoman  Wijana,  Ketua  Kelompok  Simantri  027  Desa  Kelating
Tabanan  khusus  mengapresiasi  program  Simantri.  Program  Simantri,  tambah Wijana,  secara  perlahan  mampu  mewujudkan  harapan  para  petani  untuk
meningkatkan  kesejahteraannya.  “Ini  merupakan  program  luar  biasa  di  bidang pertanian,”  imbuhnya.  Hanya  saja,  kata  Wijana,  para  petani memang  perlu  lebih
kreatif  dan  bekerja  keras  agar  hasilnya  lebih  maksimal.  Dia  berharap,  berbagai program  Bali  Mandara  yang  manfaatnya  benar-benar  telah  dirasakan  oleh
masyarakat dilanjutkan. Gubernur  Bali  Made  Mangku  Pastika  mengapresiasi  pelaksanaan  berbagai
Program  Bali  Mandara  yang  mendapat  sambutan  positif  dari  masyarakat.  Pun demikian,  Mangku  Pastika  tak  lantas  berpuas  diri  dengan  pencapaian  berbagai
program  ini.  “Kita  memang  sudah  berupaya  maksimal  melaksanakan  berbagai program  yang  bertujuan
untuk  meningkatkan  kesejahteraan masyarakat,”  ujarnya
8 dalam kesempatan menginap di bedah rumah seorang warga di Banjar Palaktihing,
Desa  Landih,  Kabupaten  Bangli.  Namun  demikian,  berbagai  program  itu  masih memerlukan  penyempurnaan.  Terlebih  lagi  program  Gerbangsadu  yang  memang
baru  dilaksanakan  sejak  tahun  2012.  Gubernur  pun  bertekad  mempercepat penuntasan  pengentasan  kemiskinan  di  Pulau  Dewata.  Bagi  seorang  Mangku
Pastika, keberadaan masyarakat miskin selalu menjadi beban pikirannya. “Karena saya pernah hidup serba kekurangan di masa kecil, makanya saya bisa merasakan
susahnya jadi orang miskin,” imbuhnya. Sejalan dengan tekadnya itu, mulai tahun 2013  ini,  Gubernur  Mangku  Pastika  melaksanakan  kegiatan  menginap  di  rumah
warga penerima program bedah rumah. Selama bulan Januari 2013, tercatat sudah dua  kali  Gubernur  yang  didampingi  Ny.Ayu  Pastika  menginap  di  bedah  rumah
yaitu  di  Banjar  Putung,  Desa  Duda  Timur  Karangasem  dan  Banjar  Palaktihing, Desa  Landih,  Kabupaten  Bangli.  Gubernur  Mangku  Pastika  menilai  kegiatan
nginep  di  rumah  penduduk  penerima  bantuan  bedah  rumah  banyak  memberi inspirasi  guna  mempercepat  penuntasan  masalah  kemiskinan.  Selama  ini,  kata
Mangku  Pastika,  pemerintah  telah  memberikan  bantuan  berupa  bedah  rumah, kesehatan  dan  pendidikan  bagi  mereka.  Tapi  ternyata  itu  belum  cukup membuat
mereka  benar-benar  keluar  dari  kemiskinan,  imbuhnya.  Kata  Mangku  Pastika, masyarakat kurang mampu masih membutuhkan mata pencaharian yang lebih baik.
Salah  satunya  melalui  program  untuk  menggerakkan  ekonomi  produktif  di pedesaan.  Mereka  perlu  ketrampilan  untuk  menghasilkan  produk-produk  yang
bernilai  ekonomis.  Selain  itu  kita  juga  harus  memikirkan  bagaimana pemasarannya,  tandasnya.  Untuk  itu,  Pemprov  Bali  akan  lebih  memantapkan
9 program  Gerbangsadu  agar  dana  yang  disalurkan  dapat  bergulir.  Ke  depannya,
Gubernur  berharap  akan  lebih  banyak  lagi  desa  yang  memperoleh  program  ini. Website Resmi Pemerintah Prov. Bali, Januari 2013
Dalam  memimpin  Bali  lima  tahun  ke  depan  visi  yang  diusung  oleh Gubernur Mangku Pastika adalah:
Terwujudnya Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera Bali Mandara “Mandara”,  berasal  dari  Bahasa  Sanskerta,  yang  berarti:besar,  agung,  suci,  dan
great. Bali Mandara adalah Bali yang besar, Bali yang agung, Bali yang suci, The great Bali.  Mandara adalah juga akronim dari Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera
Visi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam tiga Misi yaitu: Pertama;  Mewujudkan  Bali  yang  Berbudaya,  Metaksu,  Dinamis,  Maju,  dan
Modern. Kedua;  Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, Tertib, Harmonis, serta Bebas dari
berbagai Ancaman, dan Ketiga;  Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir Bathin.
Dari  visi  dan  misi  ini  terlihat  arah  kepada  upaya  untuk  mewujudkan  masyarakat Bali yang sejahtera lahir batin bebas dari kemiskinan.
Apa  yang  dikemukakan  di  atas  menunjukkan  upaya  yang  dilakukan  oleh pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali dengan landasan visi dan
misinya  yang  mengarah  kepada  upaya  pengentasan  kemiskinan,  namun  dalam program  dan  kegiatan  riil  yang  dilaksanakan  sama  sekali  tidak  terlihat  mengenai
peran  atau  kontribusi  dari  desa  pakraman  dalam  upaya  pengentasan  kemiskinan tersebut.  Hal  ini  tampaknya  menjadi  penting  untuk  diperhatikan  mengingat  desa
pakraman  merupakan  satu    kesatuan  masyarakat  hukum  adat  yang  tumbuh  dan
10 berkembang  sejalan  dengan  perkembangan  jaman  namun  tidak  melupakan  asal-
usul dan tradisinya. Kehadiran  desa  pakraman  dalam  kerangka  upaya  pengentasan  kemiskinan
oleh  pemerintah  tentunya  akan  sangat  membantu  karena  desa  pakraman bersentuhan  langsung  dengan  kehidupan  masyarakat  dalam  kesehariannya,
sehingga upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan tersebut menjadi lebih efektif dan lebih cepat dapat diwujudkan. Terlebih-lebih lagi
bila  dikaitkan  dengan  landasan  filosofis  yang  melandasi  kehidupan  masyarakat adat  di  Bali  dalam  wadah  desa  pakraman  yang  dikenal  dengan  Tri  Hita  Karana
yakni tiga unsur dalam mewujudkan kesejahteraan yang selalu ditempatkan dalam hubungan  yang  harmonis,  yaitu  unsur:  Brahman  Tuhan  Yang  Maha  Esa,
Bhuwana  alam  semestalingkungan  hidup,  dan  Manusa  manusia  yang  berada dalam  kelompok  masyarakat  adat  yang  dikenal  dengan  krama  desa.  Manifestasi
dari  ketiga  unsur  tersebut  dalam  kehidupan  desa  pakraman  di  Bali  adalah  : Parahyangan  Desa  sebagai  tempat  memuja  Ida  Sang  Hyang  Widhi  WasaTuhan
Yang  Maha  Esa,  Palemahan  Desa  wilayah  teritorial  desa  dan  Krama  Desa kelompok orang yang terorganisasikan dalam satu kesatuan.
Dengan landasan filosofis seperti ini maka adalah menjadi tugas dari desa pakraman  untuk  menjaga  keharmonisan  dari  warganya  dengan  berbagai  unsur
lainnya  yaitu  dengan  Tuhan  sebagai  pencipta,  dengan  lingkungan  alam  sebagai sumber  kehidupannya.  Namun  disadari  bahwa  keharmonisan  itu  akan  dapat
terganggu  apabila  kesejahteraan  mereka  tidak  memadai.  Dengan  kata  lain  bahwa
11 kemiskinan dapat berakibat negatif terhadap terjalinnya hubungan harmonis antara
ketiga unsur tersebut.
1.2.Rumusan masalah
Sehubungan  dengan  apa  yang  dikemukakan  di  atas  maka  dapat dipertanyakan  mengenai  sejauh  mana  peran  atau  kontribusi  yang  telah  diberikan
oleh desa pakraman dalam rangka mengupayakan kesejahteraan warganya dengan mengentaskan  kemiskinan  warga  yang  menjadi  kerama  desa.  Dengan  kata  lain
masalah yang muncul dan yang dirasa penting untuk diteliti adalah : 1.
Apakah  desa  pakraman  di  Bali  telah  memiliki  program  atau perencanaan  berkenaan  dengan  upaya  pengentasan  kemiskinan  dari
warganya? 2.
Upaya-upaya  apa  yang  telah  dilakukannya  untuk  mengentaskan kemiskinan tersebut?
3. Bagaimana  tingkat  keberhasilan  dari  upaya  yang  telah  dilakukan  oleh
desa pakraman dalam mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Dengan  meneliti  permasalahan  di  atas  akan  dapat  diketahui  sejauh  mana
kontribusi  yang  telah  diberikan  oleh  desa  pakraman  dalam  upaya  mengentaskan kemiskinan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah.
1.3.Tjuan dan manfaat penelitian
Dari  penelitian  ini  diharapkan  tercapainya  satu  tujuan  untuk  mengetahui bagaimana kontribusi yang telah diberikan oleh desa pakraman dalam upaya untuk
mengentaskan  kemiskinan  di  wilayahnya  masing-masing  yang  tentunya  akan sangat  mendukung  program  pengentasan  kemiskinan  yang  telah  dilakukan  oleh
12 pemerintah.  Selain  itu  dari  penelitian  ini  akan  dapat  diketahui  bahwa  desa
pakraman  bukan  hanya  sekedar  kelompok  masyarakat  adat  yang  berfungsi  untuk menyelenggarakan  aktivitas  adat  dan  budaya  serta  keagamaan  namun  juga
memperhatikan  kesejahteraan  dari  warganya,  sehingga  desa  pakraman  tersebut dapat menjadi lebih kuat dan mantap menjaga eksistensinya.
Dari  hasil  penelitian  ini  diharapkan  pula  ada  satu  manfaat  yang  dapat disumbangkan  setidak-tidaknya  untuk  pemerintah  daerah  dalam  rangka  program
pengentasan  kemiskinan  bahwa  pihak  pemerintah  daerah  setidak-tidaknya melibatkan desa pakraman dalam program pengentasan kemiskinan tersebut.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Desa  Pakraman Sebagai Masyarakat Hukum Adat