Analisa Keputusan Analisa Kelayakan Finansial

d. Bawang putih Bawang putih merupakan bumbu yang mempunyai manfaat sebagai penambah cita rasa, pengawet dan sebagai stamina orang lesu Winarno, 1993. e. Daun salam Daun salam merupakan bumbu yang berupa daun yang mempunyai aroma khas dan mepunyai manfaat sebagai panambah cita rasa Anonim, 2002. f. Pekak Pekak merupakan hasil rempah-rempah yang dimanfaatkan sebagai pewarna dalam pembuatan kecap. Pekak mempunyai aroma yang khas, warna pekak coklat seperti kayu manis dan bentuk seperti bintang pada ujung ruas terdapat biji berbentuk pipih. Pekak dimanfaatkan dalam pembuatan kecap agar kecap mempunyai aroma khas Maradjo. M, 1987.

G. Analisa Keputusan

Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatife yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses yang mencakup semua pemikiran dan kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan pilihan terbaik tersebut Siagian, 1987. Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis dan kuantitatif yang tidak hanya menjelaskan mengenai proses pengambilan keputusan tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan Admosudirjo, 1987. Pada penelitian ini, pemilihan perlakuan terbaik di dasarkan pada hasil kecap keong sawah yang mempunyai mutu terbaik dari segi fisik, kimia dan organoleptik.

H. Analisa Kelayakan Finansial

Analisa kelayakan finansial dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan yang direncanakan layak untuk didirikan atau tidak, bertujuan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh dari perusahaan yang didirikan itu Admosudirjo, 1987. Pada penelitian ini, beberapa parameter yang digunakan dalam analisa finansial antara lain : Break Even Point BEP, Payback Period PP, Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR dan Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Ratio.

1. Break Even Point BEP Tri Susanto dan Budi Suneto, 1994

Break Even Point atau titik impas adalah salah satu keadaan tingkat produksi tertentu yang dapat menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai hasil penjualan atau laba. Jadi pada keadaan tersebut perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian . S Vc Fc Vc S Fc BEP 1     cos 1 S penerimaan rencana Total Vc t bel TotalVaria KMP   Dimana KMP = Kontribusi marginal

2. Payback Period PP Admosudirjo, 1987

Payback Period merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun waktu dan payback period tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek . Ab PP 1  Keterangan : 1 = Jumlah modal Ab = Penerimaan bersih pertahun

3. Net Persent Value NPV Admosudirjo, 1987

Net Persent Value merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih yang akan datang. Menurut Admosudirjo 1987, bila dalam analisa diperoleh NPV 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya bila NPV 0 berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan.        1 1 t t i t nBt NPV Keterangan : Bt = Penerimaan pada tahun ke t Ct = Biaya pada tahun ke t t = 1,2,3 ........, n 1 = Tingkat suku bunga

4. Internal Rate of Return IRR Admosudirjo, 1987

Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa datang. IRR digunakan untuk menggambarkan kelayakan suatu pabrik untuk dijalankan atau tidak, terutama didasarkan atas tingkat investasinya dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku. Apabila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku, maka investasi dikatakan menguntungkan . Cara pemecahan IRR adalah dengan metode “ trial and error “, dengan menggunakan rumus : NPV IRR = i + i’ – i NPV – NPV’ Keterangan : NPV = NPV positif hasil percobaan nilai i NPV’ = NPV negatif hasil percobaan nilai i

5. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Ratio Admosudirjo, 1987

Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah dirupiahkan sekarang atau dipersent valuekan Admosudirjo, 1987. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa peroyek akan dipilih apabila Gross BC 1, sebaiknya bila proyek mempunyai Gross BC 1 tidak akan dipilih. Bt 1 + i t Gross BC = Ct 1 + i t Keterangan : Bt = Keuntungan kotor pada tahun ke t Ct = Biaya kotor pada tahun ke t

I. Landasan Teori

Kecap adalah suatu produk fermentasi berbentuk cairan berwarna coklat tua, rasanya relatif asin atau manis dan berbau sedap. Kecap ikan adalah kecap yang dibuat dari sari ikan. Kecap ikan dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara pembuatan kecap ikan tradisional dan pembuatan kecap ikan dengan penambahan enzim. Dalam pembuatan kecap ikan tidak memerlukan jenis ikan tertentu, ikan yang bernilai ekonomis pun dapat digunakan. Kecap ikan mempunyai rasa yang berbeda dibandingkan dengan kecap kedelai, yakni agak asin, berwarna kekuning-kuningan sampai coklat mudah dan banyak mengandung senyawa Nitrogen. Kualitas kecap sangat ditentukan oleh jumlah penggunaan garam dan lamanya proses fermentasi. Penambahan garam berfungsi untuk menarik senyawa-senyawa niterogen terlarut yang ada dalam bahan kedalam larutan garam supaya kecap dihasilkan enak dan mempunyai aroma yang khas Afrianto dan Liviawati, 1989. Penggunaan enzim untuk fermentasi protein akan menghasilkan kecap yang mempunyai komposisi lebih lengkap dibandingkan hasil fermentasi secara kimia Martasasmita, 1987. Asam-asam amino yang dihasilkan komponen pembentuk cita rasa dan aroma seperti alkohol, eter, asam-asam organik serta pepetida-peptida tertentu. Pembuatan kecap, protein yang tidak larut diubah menjadi nitrogen terlarut, yaitu berupa peptide, asam amino, amino dan senyawa pembentuk cita rasa Beddowe, 1989. Tahap pemecahan protein oleh kegiatan enzim proteolitik menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana adalah sebagai berikut : Protein berat molekul 10.000 → proteosa berat molekul 5.000 → peptone berat molekul 2.000 → peptide peptide berat molekul 1.000 sampai 500 → dipeptida berat molekul 200 → asam-asam amino berat molekul 100, Beddowe, 1989. Aktifitas reaksi enzimatik akan sangat dipengaruhi suhu, pH, kosentrasi enzim dan kosentrasi substrat maupun tingkat kerusakan enzim Winarno, 1995. Aktivitas enzim akibat perubahan pH lingkungan yang disebabkan terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau komplek enzim substrat, enzim menunjukkan maksimum pada kisaran pH optimal yang umumnya antara 4,5 sampai 6. Winarno, 1993. Reed 1986, menyatakan bahwa makin tinggi kosentrasi enzim yang ditambahkan makin besar pula kecepatan reaksinya, tetapi batas-batas tertentu hasil hidrolisat yang diperoleh akan konstan dengan meningkatnya kosentrasi enzim. Hal ini disebabkan penambahan enzim sudah tidak efektif lagi. Bromelin akan menghidrolisa protein secara sempurna menjadi asam amino bebas, terutama pada serabut otot, yang mana enzim tersebut akan merusak ikatan-ikatan kimiawi pada daging menjadi lebih empuk Arief, 1985. Garam merupakan komponen dalam pembuatan kecap baik secara fermentasi maupun secara enzimatik. Menurut Astawan, 1989 pembuatan kecap ikan secara enzimatik sebelumnya digunakan konsentrasi garam 20.

J. Hipotesa