17
3 Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia Sajarkawi, 2006 : 31.
3. Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme Nasionalisme ditinjau secara epistemilogis berasal dari
bahasa Latin nation yang berarti bangsa. Pengertian bangsa adalah suatu solidaritas yang besar yang terbentuk oleh perasaan yang
timbul sebagai akibat pengorbanan-pengorbanan yang telah dibuat dan yang dalam masa depan bersedia dibuat lagi. Nasionalisme
merupakan gejala sosio-politik yang berkembang secara dialektik, berakar di masa silam serta tumbuh dan berkembang sehingga
terwujud semangat persatuan dengan dasar cita-cita hidup bersama dalam satu Negara nasional Sunarso, 2006 : 36.
Menurut Greenfeld dan Chirot Rusli Karim dalam Sunarso, 2006 : 36, nasionalisme mengacu pada seperangkat
gagasan dan sentimen yang membentuk kerangka konseptual tentang identitas nasional yang sering hadir bersama dengan
berbagai identitas lain seperti okupasi, agama, suku, bahasa, wilayah, kelas, gender, dan lain-lain. Selain itu nasionalisme juga
dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Dengan semangat
kebangsaan yang
tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa
akan dapat terhindarkan.
18
Hans Kohn 1961 : 11 mengemukakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertingi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Perasaan yang sangat mendalam terhadap suatu ikatan
yang erat dengan tumpah darahnya dengan tradisi – tradisi
setempat dan penguasa- penguasa resmi di daerahnya. Nasionalisme semakin lama akan semakin kuat peranannya dalam
membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum maupun pribadi. Nasionalisme menyatakan bahwa Negara
kebangsaan adalah suatu cita- cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bangsa adalah sumber tenaga kebudayaan
kreatif dan kesejahteraan ekonomi. Menurut Anthony D. Smith 2003 : 6 dalam abad terakhir
istilah nasionalisme digunakan dalam rentang arti yang kita gunakan sekarang. Diantara penggunaan-penggunaan itu, yang
terpenting adalah suatu proses pembentukan, atau pertumbuhan bangsa-bangsa, suatu sentiment atau kesadaran memiliki bangsa
bersangkutan, suatu bahasa dan simbolisme bangsa, suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan, dan suatu doktrin dan
atau ideologi bangsa, baik yang umum maupun khusus. Sunarso, dkk 2008 : 39 mengungkapkan bahwa nasionalisme Indonesia
disebut juga dengan nasionalisme Pancasila, yaitu paham kebangsaan yang berdasar pada nilai-nilai pancasila.
19
Winarno 2007 : 41 menjelaskan bahwa nasionalisme memunculkan semangat untuk mendirikan negara bangsa dalam
merealisasikan cita - cita yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Sedangkan Kabul Budiyono 2007: 208 berpendapat bahwa nasionalisme berasal dari kata nation
yang berarti negara atau bangsa, ditambahkan akhiran isme berarti : 1 suatu sikap ingin mendirikan Negara bagi bangsanya sesuai dengan
fahamideologinya, 2 suatu sikap ingin membela tanah airNegara dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme merupakan suatu paham yang ditandai dengan
adanya kesadaran dalam mencintai tanah airnya, membela bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman, memiliki rasa
persaudaraan antar bangsa, serta turut dalam memajukan dan mencapai cita-cita bangsa. Dalam nasionalisme terkandung sebuah
tekad untuk bersatu, menjaga, dan mempertahankan kedaulatan bangsa.
b. Unsur Nasionalisme Menurut Sartono Kartodirdjo 1992:245 mengemukakan
unsur-unsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori: 1 Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau
pengertian akan suatu situasifenomena tertentu dalam hal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial pada segala
parposinya.
20
2 Unsur orientasi nilaitujuan menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelaku-pelakunya, dalam hal ini
dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme
3 Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan
bagi pelaku-pelakunya. c. Prisip Nasionalisme