HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS IV KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS V SD

SE-GUGUS IV KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ismayani NIM 11108241101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Bung Karno)


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Kiswanto dan Ibu Sri Wahyuti) atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan yang telah diberikan.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa dan Agama.


(7)

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS V SD

SE-GUGUS IV KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

Oleh Ismayani NIM 11108241101

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 130 siswa yang diambil dari 7 sekolah dasar yang ada di gugus IV Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. Uji validitas menggunakan uji validitas isi, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach. Uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas denganrumus Kolmogorov Smirnov dan uji linieritas. Uji hipotesis menggunakan korelasi Pearson product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman dengan signifikansi 0,000 < 0,05, dan nilai r sebesar 0,497 termasuk memiliki hubungan sedang (>0,4 – 0,599). Sedangkan sumbangan efektifnya sebesar 24,7% dan sisanya sebesar 75,3% ditentukan oleh faktor lain.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman”.

Terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material, sehingga segala kesulitan dan hambatan selama penyusunan skripsi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas ijin untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sri Rochadi, M.Pd dan Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Kepala Sekolah Dasar se-gugus IV Kecamatan Mlati, Sleman yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.


(9)

6. Bapak, Ibu dan Adikku tercinta yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan doa bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Semoga semua amal dan budi baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah swt.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, 4 April 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pebatasan Masalah... 8

D.Perumusan Masalah ... 9

E.Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 11

1. Pemahaman ... 11

a. Pengertian Pemahaman ... 11

b. Kategori Pemahaman... 12

c. Ciri-ciri Pemahaman ... 13

2. Nilai ... 14


(11)

b. Fungsi Nilai ... 16

c. Jenis Nilai ... 16

3. Nasionalisme ... 17

a. Pengertian Nasionalisme ... 17

b. Unsur Nasionalisme... 19

c. Prisip Nasionalisme ... 20

d. Ciri Nasionalisme ... 21

e. Indikator Nasionalisme ... 21

4. Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 22

B.Sikap Cinta Tanah Air ... 23

1. Sikap ... 23

a. Pengertian Sikap ... 23

b. Komponen Sikap ... 25

c. Tingkatan sikap ... 27

2. Pengertian Cinta Tanah Air... 28

3. Sikap Cinta Tanah Air ... 30

C.Kajian yang Relevan... 31

D.Kerangka Berfikir ... 33

E.Hipotesis Penelitian ... 36

F. Definisi Operasional Variabel ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 41

Perencanaan dan Penyusunan Instrumen ... 42

F. Uji Prasyarat Instrumen ... 45

1. Uji Validitas Instrumen ... 45


(12)

3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Linearitas ... 51

3. Pengujian Hipotesis ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian ... 54

B. Deskripsi Data ... 54

C. Uji Prasyarat Analisis ... 62

1. Uji Normalitas ... 62

2. Uji Linearitas ... 64

D. Uji Hipotesis ... 65

E. Pembahasan ... 66

F. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Uji Coba Penelitian ... 76

Lampiran 2. Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 85

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 92

Lampiran 5. Data Skor Hasil Penelitian... 99

Lampiran 6. Analisis Deskriptif ... 109

Lampiran 7. Uji Normalitas ... 114

Lampiran 8. Uji Linearitas ... 115

Lampiran 9. Uji Hipotesis ... 116

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ... 117


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Populasi ... 38

Tabel 2. Perhitungan Rumus Slovin ... 39

Tabel 3. Daftar Jumlah Sebaran Sampel Siswa ... 40

Tabel 4. Daftar Sekolah dan Alamat Tempat Penelitian ... 41

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 42

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Sikap Cinta Tanah Air ... 43

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 47

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Cinta Tanah Air ... 48

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme .... 49

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Cinta Tanah Air ... 50

Tabel 11. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi .. 52

Tabel 12. Daftar Jumlah Sampel Berdasarkan Asal Sekolah... 54

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 55

Tabel 14. Klasifikasi Data Skor Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme ... 57

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sikap Cinta Tanah Air ... 59

Tabel 16. Klasifikasi Data Skor Sikap Cinta Tanah Air ... 61

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data ... 63

Tabel 18. Hasil Uji Linieritas Data ... 64

Tabel 19. Tabel 22. Hasil Uji Korelasi Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme dengan Sikap Cinta Tanah Air ... 65


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Hubungan Antar Variabel ... 35

Gambar 2. Diagram Histogram Skor Pemahaman Nasionalisme ... 56

Gambar 3. Diagram Histogram Klasifikasi Skor Pemahaman Nasionalisme ... 58

Gambar 4. Diagram Histogram Skor Sikap Cinta Tanah Air ... 60


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan kurangnya rasa cinta tanah air. Sebagian besar warga tak lagi mempunyai rasa bangga menjadi bangsa Indonesia. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kekecewaan publik yang diakibatkan oleh banyak faktor seperti kemiskinan, rasa tidak percaya pada pemerintah dan kebijakannya, perasaan tidak dilindungi oleh Negara, dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan semangat kebangsaan warga Indonesia semakin tak terlihat.

Rasa cinta tanah air bangsa Indonesia yang saat ini mengalami kemunduran ditandai dengan adanya persoalan yang berkaitan dengan kurangnya rasa persatuan bangsa. Hal ini dibuktikan dari banyaknya peristiwa seperti perang suku maupun konflik kelompok yang memakan banyak jiwa. Pada harian Kompas, tanggal 10 Maret 2014 yang ditulis oleh A. Mado menyatakan bahwa di Maluku telah mengalami berbagai kasus konflik antar negeri (desa), seperti antara Desa Aboru – Desa Hulaliu (7 Mei 2012; 1 tewas luka tembak), konflik Desa Sepa – Desa Hulaloy (28 Desember 2012; 11 tewas, dan belasan luka-luka), Desa Mamala – Desa Morela (25 Feb 2013; 1 tewas, 25 Juni 2013; 1 tewas, belasan luka-luka, 10 rumah terbakar, 5 Nov 2013; 1 tewas, 5 rumah terbakar, 25 Nov 2013; 1 tewas, 6 Jan 2014; ledakan bom dan tembakan,


(17)

korban nihil) (http://birokrasi.kompasiana.com). Peristiwa tersebut menunjukan bahwa kurangnya rasa persatuan bangsa karena masyarakat yang sulit menerima perbedaan dalam kehidupan dan cenderung menunjukan idealisme sebagai bangsa Indonesia belum terwujud.

Selain itu memudarnya sikap cinta tanah air bangsa Indonesia juga dapat dilihat dari kasus masyarakat Kalimantan yang berbatasan dengan negara Malaysia. Mereka kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah seperti fasilitas yang kurang memadahi dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat perbatasan lebih memilih untuk mencari lapangan pekerjaan di Negara tetangga karena disana mereka lebih mudah untuk mendapatkan fasilitas dan pekerjaan mengingat kehidupan mereka diperbatasan sangat memperihatinkan. Apabila hal tersebut dibiarkan terus terjadi akan meyebabkan nasionalisme masyarakat perbatasan menjadi hilang. Mereka juga akan merasakan lebih nyaman hidup di Negara tetangga dari pada di Indonesia. Hal terburuk yang juga dapat terjadi adalah berpindahnya kewarganegaraan menjadi kewarganegaraan Malaysia. Pada harian Tribun pada hari Kamis, 3 Juni 2010 menyatakan bahwa sejak tahun 1997 sekitar 2.000 warga Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Bengkayang yang tinggal di daerah perbatasan Kalimantan Barat-Serawak memilih berganti kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia. Ini akibat kesenjangan infrastruktur dan fasilitas

umum di perbatasan Indonesia-Malaysia tersebut


(18)

Hilangya rasa cinta tanah air yang dimiliki oleh sebagian warga negara Indonesia ini juga dapat dibuktikan dari adanya kasus WNI eksodus ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah serta pemblokiran situs-situs radikal sehingga memerlukan ketegasan kebijakan dan penegasan cara pandang. Indonesia tengah menghadapi orang-orang yang sudah hilang rasa memiliki terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka ini adalah orang-orang yang "kost" di negeri Irak. Bagi mereka, yang penting adalah "cinta agama" dan buang jauh-jauh "cinta tanah air" (http://nasional.kompas.com).

Cinta tanah air perlu untuk dikembangkan dalam setiap jiwa setiap warga negara Indonesia. Individu yang memiliki rasa cinta tanah air akan berusaha untuk menjaga kedaulatan bangsa, melindungi dan menjaga kehormatan negara, serta berusaha utuk memajukan Negara dengan segala upaya yang dimilikinya. Rasa cinta tanah air dapat mendorong setiap warga Indonesia untuk membangun Negara dengan penuh dedikasi. Selain itu rasa cinta tanah air juga dapat membuat setiap warga selalu menjaga apa saja yang dimiliki oleh Negara dengan penuh tanggungjawab, termasuk keutuhan NKRI.

Pudarnya rasa cinta tanah air saat ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya bangsa indonesia yang semangat nasionalismenya tengah mengalami degradasi. Saat ini sebagian besar bangsa Indonesia kurang menyadari pentingnya memiliki jiwa nasionalisme. Hal tersebut


(19)

disebabkan oleh pengaruh dari nilai-nilai dari luar dan kurangnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi juga turut menyebabkan kurangnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme. Globalisasi membuat kehidupan saat ini seakan tanpa batas. Dampak buruk dari adanya globalisasi salah satunya menyebabkan masyarakat bersikap konsumtif dan cenderung mengikuti budaya barat. Hal tersebut berujung pada gaya hidup yang mewah dan mengikuti tren, berbeda jauh dari karakter budaya Indonesia yang lebih mengutamakan kehidupan yang sederhana dan mengedepankan gotong royong. Lebih buruknya saat ini banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih menggunakan produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri. Hal ini membuktikan bahwa kecintaan terhadap produk dalam negeri menurun. Menurunnya rasa kecintaan terhadap produk dalam negeri ini juga diakibatkan oleh kurangnya pemahaman nilai nasionalisme.

Soepriyatno (2008 : 67) mengemukakan bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari bermacam-macam suku, etnis, ras, dan agama. Oleh karena itu nasionalisme penting untuk dimiliki bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan NKRI serta keinginan yang besar untuk mendirikan sebuah Indonesia merdeka. Artinya, Indonesia yang berdaulat penuh secara politik, ekonomi, social - budaya serta pertahanan nasional dan keamanan. Nasionalisme inilah yang menjadi


(20)

dasar munculnya tekat untuk berbangsa, berbahasa, bertumpah darah satu, yakni Indonesia, sebagaimana ditegaskan dalam sumpah pemuda.

Dengan memiliki jiwa nasionalisme berarti memiliki rasa kesatuan yang tumbuh dari dalam hati berdasarkan cita-cita yang sama dalam sebuah bangsa. Persatuan bangsa dalam semangat nasionalisme merupakan cerminan dari nilai Pancasila. Persatuan Indonesia dalam Pancasila dapat diuraikan sebagai usaha kearah bersatu dalam kebulatan satu kesatuan rakyat untuk membina nasionalisme dalam Negara (Sunarso, dkk, 2006 : 41).

Nilai-nilai nasionalisme perlu ditanamkan pada anak sejak dini. Melalui pemahaman nilai-nilai nasionalisme yang baik pada anak akan menumbuhkan sikap yang baik pula. Salah satu sikap tersebut ialah cinta tanah air. Sri Nawanti (2011 : 30) menyatakan bahwa cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Dengan begitu keutuhan NKRI tetap terjaga.

Jiwa nasionalisme yang harus dimiliki generasi muda saat ini tentunya berbeda dengan nasionalisme yang dimiliki oleh pejuang terdahulu dalam melawan penjajah. Nilai-nilai yang harus dikembangkan anak sejak dini adalah sikap kemanusiaan seperti : dapat menghargai perbedaan, bersikap adil pada orang lain, dapat hidup dalam perbedaan, menghargai hak asasi manusia, peka terhadap nasib orang lain,


(21)

demokratis, dan bersedia untuk hidup rukun. Selain itu anak juga perlu dibantu untuk dapat ikut bertanggung jawab sebagai warga Negara, mengerti yang menjadi hak dan kewajibannya (Paul Suparno, 2005 : 85).

Pemahaman tentang nilai nasionalisme dan sikap cinta tanah air perlu dikembangkan melalui pendidikan terutama pada pendidikan sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang tepat untuk mengajarkan dan menanamkan berbagai nilai dan sikap yang baik salah satunya pemahaman nasionalisme dan sikap cinta tanah air. Akan tetapi banyak sekolah dasar yang belum berhasil mengembangkan nilai dan sikap tersebut. Masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang memahami tentang nilai nasionalisme dan seberapa penting memiliki sikap rasa cinta tanah air.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran di kelas V SD Negeri Sendangadi 1 pada mata pelajaran PKn dengan materi pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas V tentang materi pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tersebut masih rendah. Terlihat ketika guru sedang melakukan tanya jawab dengan siswa, sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Siswa masih kesulitan dalam mendeskripsikan NKRI, menjelaskan pentingnya keutuhan NKRI serta menyebutkan contoh perilaku dalam menjaga NKRI. Hai ini menunjukkan bahwa siswa belum paham mengenai pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan antar bangsa


(22)

serta berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia. NKRI merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari nasionalisme. Oleh karena itu pemahaman nilai-nilai nasionalisme perlu ditanamkan dengan baik pada siswa mulai dari siswa sekolah dasar.

Hasil observasi juga menunjukan bahwa sebagian siswa kurang menunjukkan sikap cinta tanah air. Terlihat banyak siswa yang kurang menjaga kebersihan, membeda-bedakan teman, saling mengejek satu sama lain, kurangnya rasa menghargai antar teman, dan juga terdapat siswa yang kurang peka terhadap teman yang sedang kesusahan. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu rendahnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme.

Penanaman pemahaman tentang nilai nasionalisme dan sikap cinta tanah air harus dilakukan secara berkesinambungan dan perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak agar melekat dengan baik pada diri siswa. Dengan begitu, dengan adanya pemahaman nilai-nilai nasionalisme yang tinggi pada siswa diharapkan siswa juga memiliki sikap cinta tanah air yang tinggi pula. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :


(23)

1. Banyaknya kasus peperangan antar suku akibat lunturnya rasa persatuan bangsa Indonesia.

2. Adanya perasaan kurang diperhatikan oleh pemerintah pada masyarakat perbatasan yang dapat mengikis rasa cinta tanah air.

3. Nasionalisme generasi muda yang tengah mengalami degradasi akibat pengaruh nilai dari luar.

4. Kurangnya kesadaran generasi muda akan pentingnya memiliki rasa nasionalisme.

5. Adanya kasus hilangnya rasa cinta tanah air akibat kurangnya memiliki pemahaman nilai – nilai nasionalisme.

6. Pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme dan sikap cinta tanah airsiswa kelas 5 SD masih rendah.

7. Kurangnya sikap yang mencerminkan cinta tanah air akibat rendahnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme.

8. Adanya hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air.

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini maka dilakukan pembatasan masalah. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.


(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan maslah, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas V Sekolah Dasar se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang pembangunan karakter cinta tanah air.

b. Sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran nilai-nilai nasionalisme sehubungan dengan pengembangan sikap cinta tanah air siswa.


(25)

b. Bagi guru

1)Sebagai bahan pertimbangan dalam mengatasi perilaku negatif siswa dalam bermasyarakat.

2)Memperkaya pembendaharaan masalah yang berkaitan dengan kurangnya pemahaman siswa mengenai nilai-nilai nasionalisme dan gagalnya pembangunan sikap cinta tanah air siswa.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme 1. Pemahaman

a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman termasuk ke dalam salah satu klasifikasi pada ranah kognitif. Menurut Purwanto (2011: 51) kemampuan pemahaman adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 118) pemahaman diartikan bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.

Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Testee tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan (Ngalim Purwanto, 2013 : 44). Pemahaman bersangkutan dengan inti dari sesuatu, ialah suatu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, tanpa harus menghubungkannya dengan bahan lain (Abdul Majid, 2015 : 34 ).


(27)

Benjamin S. Bloom (M. Chabib Toha, 1991: 28-29) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Dalam penelitian ini peneiti menyimpulkan pemahaman sebagai kondisi dimana seorang individu memahami dan menghayati sesuatu yang dapat mempengaruhi individu tersebut dalam bersikap. Pemahaman tersebut terbentuk oleh rekonstruksi pengetahuan yang mendalam pada kognitif individu sehingga individu mengolah pengetahuan tersebut dalam dirinya sebagai bentuk dari pemahamannya.

b. Kategori Pemahaman

Menurut Abdul Majid (2015 : 36) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori:

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tungal Ika, mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang


(28)

diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3) Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan eksrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

c. Ciri-ciri Pemahaman

Dunlap dan Grabinger (Ch. Ismaniati, 2009 : 18) menjelaskan bahwa pemahaman seseorang dicirikan oleh kemampuannya dalam mengartikulasikan sesuatu melalui cara-cara mengemukakan gagasannya, perspektif, solusi dan produk mereka yang siap direnungkan, ditinjau, dikritisi, dan digunakan orang lain. Sedangkan Benjamin S. Bloom mengklasifikasikan ciri-ciri pemahaman (comprehension) sebagai proses berpikir dalam ranah kognitif sebagai berikut :

1) Mampu menerjemahkan (pemahaman menerjemahkan) 2) Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal 3) Pemahaman ekstrapolasi


(29)

Dari pemaparan tentang ciri-ciri pemahaman tersebut, maka peneliti menyimpulkan karakteristik ketika seorang individu memiliki pemahaman adalah sebagai berikut :

1) Individu mampu mengemukakan gagasannya terhadap pengetahuan yang telah diperoleh

2) Individu mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh

3) Individu mampu mengambil keputusan dalam menghadapi masalah yang dilandasi oleh pemahamannnya.

2. Nilai

a. Pengertian Nilai

Nilai merupakan faktor pendorong bagi manusia yang saling berkaitan untuk bertingkah laku dan mencapai kepuasan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai dikatakan sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah atau suka terhadap suatu obyek baik material maupun non-material (Abdulsyani, 2012 : 49).

Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Sutarjo Adisusilo, 2013 : 56). Eyre dan Linda (1995) menyebutkan bahwa


(30)

nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku yang berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain (Heri Gunawan, 2012 : 31)

Menurut Clyde Kluckhohn (dalam Mohamad Mustari, 2014 : x) nilai merupakan standar yang waktunya cenderung lama yang mengatur sistem tindakan. Nilai juga merupakan keutamaan (preference) yaitu sesuatu yang disukai baik mengenai hubungan social maupun mengenai cita-cita serta usaha untuk mencapainya. Sementara itu Kirschenbaum (1995) menyatakan bahwa realisasi nilai memberikan pembekalan berbagai hal yaitu: mengenal diri sendiri (perasaan, keyakinan dan prioritas), self ssteem (menghargai diri sendiri), kemampuan menentukan tujuan, kecakapan berpikir (berpikir kritis, berpikir kreatif), kecakapan membuat keputusan, kecakapan komunikasi, kecakapan sosial dan pengetahuan tentang dunia (Rukiyati, tanpa tahun : 2).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu hal yang dianggap baik dan benar bagi sekelompok orang dan dijadikan pedoman dalam menjalani hidup. Nilai sebagai daya dorong atau prinsip dalam pedoman kehidupan memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku dalam kehidupan seseorang.


(31)

b. Fungsi Nilai

Menurut Huky (Abdulsyani, 2012 : 53–54) terdapat beberapa fungsi umum dari nilai – nilai sosial, yaitu :

1)Nilai dipakai untuk menetapkan harga sosial dari pribadi dan kelompok dengan memungkinkan sistem stratifikasi secara menyeluruh pada setiap masyarakat.

2)Nilai – nilai membentuk cara berpikir dan bertingkah laku secara ideal dalam masyarakat.

3)Nilai – nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan – peranan sosialnya.

4)Nilai berfungsi sebagai alat pengawas dengan menekan manusia untuk berbuat baik.

5)Nilai dapat berfungsi sebagai alat solodaritas di kalangan anggota masyarakat.

c. Jenis Nilai

Notonegoro mengungkapkan bahwa terdapat tiga nilai yang perlu diperhatikan serta menjadi pegangan masyarakat Indonesia, yaitu :

1)Nilai materiil adalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur kehidupan manusia.

2)Nilai vital adalah sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan atau aktifitas sehari-hari.


(32)

3)Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia (Sajarkawi, 2006 : 31).

3. Nasionalisme

a. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme ditinjau secara epistemilogis berasal dari bahasa Latin nation yang berarti bangsa. Pengertian bangsa adalah suatu solidaritas yang besar yang terbentuk oleh perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan-pengorbanan yang telah dibuat dan yang dalam masa depan bersedia dibuat lagi. Nasionalisme merupakan gejala sosio-politik yang berkembang secara dialektik, berakar di masa silam serta tumbuh dan berkembang sehingga terwujud semangat persatuan dengan dasar cita-cita hidup bersama dalam satu Negara nasional (Sunarso, 2006 : 36).

Menurut Greenfeld dan Chirot (Rusli Karim dalam Sunarso, 2006 : 36), nasionalisme mengacu pada seperangkat gagasan dan sentimen yang membentuk kerangka konseptual tentang identitas nasional yang sering hadir bersama dengan berbagai identitas lain seperti okupasi, agama, suku, bahasa, wilayah, kelas, gender, dan lain-lain. Selain itu nasionalisme juga dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa akan dapat terhindarkan.


(33)

Hans Kohn (1961 : 11) mengemukakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertingi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Perasaan yang sangat mendalam terhadap suatu ikatan yang erat dengan tumpah darahnya dengan tradisi – tradisi setempat dan penguasa- penguasa resmi di daerahnya. Nasionalisme semakin lama akan semakin kuat peranannya dalam membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum maupun pribadi. Nasionalisme menyatakan bahwa Negara kebangsaan adalah suatu cita- cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bangsa adalah sumber tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Menurut Anthony D. Smith (2003 : 6) dalam abad terakhir istilah nasionalisme digunakan dalam rentang arti yang kita gunakan sekarang. Diantara penggunaan-penggunaan itu, yang terpenting adalah suatu proses pembentukan, atau pertumbuhan bangsa-bangsa, suatu sentiment atau kesadaran memiliki bangsa bersangkutan, suatu bahasa dan simbolisme bangsa, suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan, dan suatu doktrin dan / atau ideologi bangsa, baik yang umum maupun khusus. Sunarso, dkk (2008 : 39) mengungkapkan bahwa nasionalisme Indonesia disebut juga dengan nasionalisme Pancasila, yaitu paham kebangsaan yang berdasar pada nilai-nilai pancasila.


(34)

Winarno (2007 : 41) menjelaskan bahwa nasionalisme memunculkan semangat untuk mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita - cita yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan Kabul Budiyono (2007: 208) berpendapat bahwa nasionalisme berasal dari kata nation

yang berarti negara atau bangsa, ditambahkan akhiran isme berarti : 1)

suatu sikap ingin mendirikan Negara bagi bangsanya sesuai dengan

faham/ideologinya, 2) suatu sikap ingin membela tanah air/Negara dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme merupakan suatu paham yang ditandai dengan adanya kesadaran dalam mencintai tanah airnya, membela bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman, memiliki rasa persaudaraan antar bangsa, serta turut dalam memajukan dan mencapai cita-cita bangsa. Dalam nasionalisme terkandung sebuah tekad untuk bersatu, menjaga, dan mempertahankan kedaulatan bangsa.

b. Unsur Nasionalisme

Menurut Sartono Kartodirdjo (1992:245) mengemukakan unsur-unsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori: 1) Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau

pengertian akan suatu situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial pada segala


(35)

2) Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelaku-pelakunya, dalam hal ini dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme

3) Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya.

c. Prisip Nasionalisme

Menurut Sartono Kartodirdjo (1994 : 48) terdapat prinsip nasionalisme sebagai asas tujuan pendidikan nasional, antara lain : 1) Unity ( kesatuan – persatuan )

Pembentukan kesatuan dan persatuan lewat proses integrasi dalam sejarah berdasarkan solidaritas nasional yang melampaui solidaritas.

2) Liberty (kebebasan)

Setiap individu dilindungi hak-hak asasinya serta memiliki kebebasan berpendapat dan berkelompok.

3) Equality (persamaan)

Setiap individu memiliki persamaan hak dan kewajiban dan persamaan kesempatan.

4) Individuality (kepribadian)

Pribadi perorangan dilindungi hukum seperti hak milik, kontrak, pembebasan dari ikatan komunal dan primordial.


(36)

5) Performance (hasil kerja)

Baik secara individu maupun kelompok membutuhkan motivasi dan inspirasi untuk memacu prestasi yang dapat dibanggakan.

d. Ciri Nasionalisme

Ada beberapa ciri khas nasionalisme Indonesia menurut Ali Maskur Musa (2011 : 21) yaitu:

1) Bhineka Tunggal Ika, tidak uniform, monolit dan totaliter, mengakui keragaman.

2) Etis dalam memahami etika pancasila.

3) Universalistik dalam arti pengakuannya terhadap harkat martabat manusia yang universal dan mendunia.

4) Terbuka dalam arti secara cultural dan religious Indonesia terbentuk dari pertemuan dari bermacam budaya dan agama. 5) Percaya diri dalam arti menjalin komunikasi dengan tetangga

dan warga masyarakat dunia. e. Indikator Nasionalisme

Menurut Mohamad Mustari (2014 : 160 - 161) apa yang menjadi indikasi bahwa kita menjadi nasionalis diantaranya : 1) Menghargai jasa para tokoh / pahlawan nasional

2) Bersedia menggunakan produk dalam negeri 3) Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia 4) Hapal lagu-lagu kebangsaan


(37)

5) Memilih berwisata dalam negeri, dan lain-lain.

Cholisin (2011 : 12) mengemukakan beberapa indikator nasionalisme, meliputi :

1) Berbahasa Indonesia secara baik dan dan benar

2) Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan, melakukan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasional, menyanyikan lagu –lagu kebangsaan, melakukan kegiatan pelestarian lingkungan)

3) Setia kawan terhadap sesama anak bangsa 4) Menggunakan produksi dalam negeri

5) Mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan bangsa dan negara

6) Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan budaya daerah maupun nasional (misalnya, memakai pakaian adat tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah, dsb)

7) Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kenegaraan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika

4. Pemahaman Nilai Nasionalisme

Pemahaman nilai-nilai nasionalisme dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memahami berbagai nilai tentang kesetiaan terhadap bangsa dan negaranya. Pemahaman tersebut terbentuk dari adanya pengetahuan yang mendalam sehingga


(38)

menghayati berbagai nilai yang terkandung dalam nasionalisme. Pemahaman nilai nasionalisme yang telah dimiliki dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani hidup berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan teori, prinsip, ciri, serta indikator nasionalisme yang telah dipaparkan diatas, peneliti mengambil beberapa hal yang akan dijadikan sebagai indikator dalam membuat instrumen tes pemahaman nilai-nilai Nasionalisme. Indikator tersebut antara lain :

1)Pemahaman tentang keragaman bangsa dan budaya Indonesia. 2)Pemahaman tentang pentingnya rasa persatuan dan kesatuan antar

bangsa.

3)Pemahaman tentang persamaan hak dan kewajiban antar bangsa. 4)Pemahaman tentang Pancasila sebagai pedoman hidup.

B. Tinjauan Sikap Cinta Tanah Air 1. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Sikap merupakan perbuatan atau tingkah laku sebagai reaksi atau respon terhadap suatu rangsangan atau stimulus yang disertai dengan pendirian atau perasaan orang itu. Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda beda terhadap suatu perangsang. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan,


(39)

intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan (Ngalim Purwanto, 1993:140-141).

LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar (Saifuddin Azwar, 2005 : 5)

Maio dan Haddock (2009) mendefinisikan sikap sebagai “evaluasi menyeluruh terhadap suatu objek berdasarkan informasi kognitif, afektif, dan behavioral”. Definisi tersebut didasarkan pada consensus di kalangan para peneliti sikap bahwa sikap merupakan penilaian evaluativ multikomponen terhadap suatu objek (Eagly dan Chaiken, 1993, dalam Jenny Mercer dan Debbie Clayton, 2012).

Menurut Fatchul Mu’in (2011 : 167 – 180) terdapat beberapa unsur – unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis dalam terbentuknya karakter pada manusia, salah satunya adalah sikap. Sikap seseorang dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut, sikap merupakan predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga


(40)

sikap bukan hanya gambaran kondisi internal psikologis yang murni dari individu, melainkan sikap yang lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.

Saifuddin Azwar (2005 : 15) menyimpulkan bahwa sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluative. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang member kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif – negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan individu untuk bertindak terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh suatu stimulus. Dalam sikap menyangkut beberapa komponen yang berkaitan dengan kepercayaan, emosional, dan kecenderungan seseorang dalam berperilaku.

b. Komponen Sikap

Menurut Saifuddin Azwar (2005 : 23 – 26) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu :


(41)

1)Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, terkadang kepercayaan tersebut terbentuk karena kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

2)Komponen Afektif

Komponen akfektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi sering kali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud.

3)Komponen Konatif

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam stuktur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Bagaimana orang berperilaku


(42)

dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

c. Tingkatan Sikap

Menurut Sunaryo (2004:200) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.


(43)

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

2. Pengertian Cinta Tanah Air

Cinta tanah air sangat perlu dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Sikap cinta tanah air sebaiknya ditanamkan oleh anak sejak dini. Oleh sebab itu cinta tanah air diajarkan melalui pembelajaran terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sesuai yang tertera pada pasal 37 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengemukakan bahwa tujuan Pkn yaitu membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Kabul Budiyono (2007 : 86 – 87) menyatakan bahwa cinta selalu dipenuhi dengan keindahan. Jika tanah air dicintai maka tanah air itu adalah keindahan. Semakin ingin memperindah dan memperkaya mosaik tanah air, semakin dibutuhkan pula karya unggul dan cemerlang dari setiap warga Negara yang dapat dihasilkan dengan suatu kekuatan kemampuan. Oleh sebab itu kekuatan kecintaan kepada tanah air sangat diharapkan dimiliki oleh setiap warga Negara yang ingin disebut sebagai patriot.

Cinta tanah air juga termasuk ke dalam upaya bela Negara dalam sasaran pendidikan pendahuluan bela Negara pada gerakan


(44)

Pramuka : Sasaran Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam Gerakan Pramuka adalah terwujudnya warga Negara yang mengerti, menghayati dan yakin untuk menunaikan kewajibannya dalam upaya bela Negara dengan ciri-ciri cinta tanah air, yaitu mengenal dan mencintai wilayah nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara oleh siapapun dan dari manapun dengan menanamkan dan menumbuhkan kecintaan kepada tanah air sehingga diharapkan setiap warga pramuka akan mengenal dan memahami : 1)wilayah nusantara dengan baik, 2)memelihara, melestarikan, dan mencintai lingkungannya, 3) senantiasa menjaga nama baik dan mengharumkan Negara Indonesia di mata dunia (Hamid Darmadi, 2012 : 68).

Sunarso (2008 : 43) menjelaskan kecintaan terhadap tanah air Indonesia mengandung butir-butir, antara lain :

1)sadar berbangsa dan bernegera Indonesia 2)kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara

3)memahami akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang hidup dalam kebhinekaan yang berkesatuan.

Ismail Arianto (1996 : 12-13) memaparkan bahwa cinta tanah air berarti cinta pada negeri tempat kita memperoleh penghidupan semenjak lahir sampai akhir hayat. Seseorang yang cinta tanah air


(45)

senantiasa berusaha agar negerinya tetap aman, sentosa dan sejahtera. Cinta tanah air dan bangsa adalah suatu sikap yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air dan kebhagiaan bangsanya. Sebagai warga Negara indonesia kita wajib mempunyai rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa yaitu :

1)Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air indonesia. 2)Tidak akan melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikan

bangsa dan negaranya

3)Setia dan taat terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

4)Berjiwa dan berpribadian Indonesia

3. Sikap Cinta Tanah Air

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta tanah air merupakan perasaan yang timbul dari dalam diri seseorang sebagai warga negara untuk membela, mengabdi, dan melindungi tanah airnya dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang datang dari dalam maupun luar negeri. Cinta tanah air diikuti dengan sikap seseorang yang mencerminkan rasa bangga, rasa memiliki dan menjaga tanah airnya, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Sikap tersebut terbentuk dari pengetahuan yang mendalam mengenai bangsa dan negaranya sehingga akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan oleh ahli di atas, peneliti mengambil beberapa unsur yang akan dijadikan sebagai


(46)

indikator dalam membuat angket tentang sikap cinta tanah air. Indikator tersebut antara lain :

1. Kognitif

a. Mengenal dan memahami wilayah nusantara b. Sadar berbangsa dan bernegara

c. Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara 2. Afektif

a. Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara b. Menjaga dan mengharumkan nama baik negara c. Bangga sebagai bangsa dan bertanah air Indonesia

C. Kajian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosita, Muhammad Japar dan Dwi Afrimetty Timoera dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Pemahaman Bela Negara dengan Nasionalisme Siswa di SMP Negeri 03 Tambun

Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pemahaman bela negara dan nasionalisme di SMP Negeri 3 Tambun Selatan sebesar 50.06%.

Penelitian lain yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Cinta Tanah Air pada Siswa melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di

SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013” yang dilakukan oleh Nur Hamidah Suci Utami. Hasil penelitian ini menunjukkan strategi penanaman nilai –nilai cinta tanah air telah di


(47)

lakukan dengan baik oleh guru PKn dengan cara penyusunan perencanaan pembelajaran yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mencerminkan cinta tanah air pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran telah melakukan penanaman nilai-nilai cinta tanah air dengan cara presentasi di awal pembelajaran, menyanyikan lagu nasional, menjaga kebersihan dan ketertiban kelas untuk menjadikan suasana belajar yang tenang dan nyaman, studi ke hutan yang ada untuk belajar dan memahami cinta tanah air dalam bentuk peduli terhadap rusaknya lingkungan atau hutan, menjaga kerahasiaan soal-soal ujian. Kendala penanaman nilai melalui pembelajaran PKn baik berasal dari diri Guru, Kepala sekolah maupun siswa. Kendala yang ada yang lebih sering dihadapiadalah kesulitan Guru dan tidak sadarnya siswa akan pentingnya cinta tanah air.

Penelitian yang selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Zulfawati Nune yang berjudul “Peran Guru dalam Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air di TK Helim Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo”. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran guru di TK Helim adalah membiasakan anak untuk mengikuti acara kenegaraan, dan tiap perkembangan anak dinilai, selain itu guru di TK Helim menanamkan nilai karakter bangsa seperti, membiasakan anak untuk disiplin, menghormati, cinta dan kasih sayang, menanamkan nilai kejujuran, dan tanggungjawab,

mengenalkan pada anak tentang tanah air, termasuk wilayah, budaya dan kekayaan alam. Memberi contoh pada anak tentang pengorbanan pejuang dalam mengusir penjajah. Memberi contoh pada anak tentang wujud dari


(48)

cinta tanah air, seperti memakai produk dalam negeri, belajar dengan baik, dan memberikan pesan yang menarik pada anak tentang bangga terhadap tanah air. Hal ini dinilai oleh guru sebagai bagian dari karakter bangsa, sehingganya untuk penilaian dalam menghayati perjuangan para tokoh dilakukan, terutama dalam penaikan bendera pada upacara hari senin, anak dibiasakan untuk menghormati jasa pahlawan, dengan mengikuti upacara sebaikbaiknya, penilaiannya adalah penilaian perilaku dalam bentuk narasi.

Demikian penelitian yang relevan tersebut menjadi referensi bagi peneliti untuk lebih memahami tentang nasionalisme dan cinta tanah air. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini termasuk ke dalam penelitian yang baru karena sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian dengan judul yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan.

D. Kerangka Pikir

Pemahaman tentang nilai – nilai nasionalisme perlu dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia sebagai upaya agar masyarakat Indonesia memiliki integritas dan identitas bangsa demi kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan untuk mencapai tujuan nasional. Dalam nasionalisme termuat banyak nilai perjuangan, pengorbanan, dan persatuan para pahlawan terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia dan demi terjaganya keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu pemahaman tentang nilai – nilai nasionalisme perlu dikembangkan sejak dini terutama pada siswa Sekolah Dasar.


(49)

Pemahaman nilai – nilai nasionalisme tersebut dapat dikembangkan pada siswa melalui pembelajaran di sekolah dan pembiasaan sikap positif pada lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Rukiyati (2008: 69) menyatakan bahwa nasionalisme adalah perasaan sebagai suati bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu rasa satu yang demikian kuatnya maka akan timbul rasa cinta bangsa dan tanah air. Akan tetapi rasa cinta bangsa dan tanah air yang dimiliki Indonesia bukan yang menjurus kepada chauvinisme, yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri, dan merendahkan bangsa lain.

Saphiro (2001 : 12) mengemukakan bahwa para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berpikir yaitu korteks (neokorteks) sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbic. Hubungan antar kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosional seseorang. Korteks adalah bagian berpikir otak, dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. System limbic merupakan bagian emosional otak yang meliputi tumulus, yang mnegirimkan pesan-pesan ke korteks, hippocampus yang berperan dalam ingatan dan penafsiran presepsi, dan amogdala pusat pengendalian emosi. Dengan demikian pemahaman kognitif pada bagian korteks mempengaruhi afeksi (emosional) individu.


(50)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan dengan adanya pemahaman nilai – nilai nasionalisme yang tinggi pada siswa sekolah dasar maka sikap cinta tanah air dapat tumbuh dalam jiwa siswa sehingga sikap tersebut tercermin pada perbuatan siswa sehari- hari. Sikap cinta tanah air yang melekat pada diri siswa akan membuat siswa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia, senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, memajukan dan mewujudkan cita-cita bangsa, serta membela tanah air Indonesia dari segala bentuk ancaman.

Apabila digambarkan dalam bentuk skematis, maka kedua variabel dalam penelitian ini akan membentuk skema hubungan antar variabel. Hubungan ini hanya memuat dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan terikat. Jika digambarkan dalam bentuk skema akan membentuk gambar seperti di bawah ini.

Gambar. 1 Hubungan antar variabel Keterangan:

X = Pemahaman nilai-nilai nasionalisme (variabel bebas) Y = Sikap cinta tanah air (variabel terikat)

Sehingga jika pemahaman nilai-nilai nasionalisme baik, maka sikap cinta tanah air siswa juga akan baik.


(51)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah “Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa kelas lima SD se-Gugus IV di Kecamatan Mlati, Sleman”. Sehingga semakin baik pemahaman nilai-nilai nasionalisme siswa, maka akan semakin baik pula sikap cinta tanah airnya.

F. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdiri atas dua variabel yaitu:

1. Pemahaman Nilai Nasionalisme

Pemahaman nilai nasionalisme adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang berbagai nilai yang terkandung dalam perjuangan mempertahankan dan mengembangkan bangsa dan negaranya.

2. Sikap Cinta Tanah Air

Sikap cinta tanah air merupakan suatu perilaku yang ditunjukan oleh seseorang dalam mencintai bengsa dan negara dimana ia dilahirkan.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, situasi atau variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi (Burhan Bungin, 2005 : 44). Dengan penelitian ini penulis ingin memaparkan data-data dan menganalisis data secara objektif serta menggambarkan hubungan variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan variabel sikap cinta tanah air. Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan dideskripsikan dalam bentuk angka. Selain itu dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2007 : 7).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 239) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan apabila ada, seberapa eratkah hubungan tersebut serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Burhan Bungin (2011 : 109) populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat


(53)

berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-objek tersebut dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar tahun ajaran 2015/2016 gugus IV di kecamatan Mlati yang seluruhnya berjumlah 193 siswa, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1. jumlah siswa kelas V pada setiap sekolah

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SD Negeri Sendangadi 1 58

2. SD Negeri Sendangadi 2 17

3. SD Negeri Mlati 1 34

4. SD Negeri Mlati 2 28

5. SD Negeri Jatisari 13

6. SD Negeri Ngemplak Nganti 15

7. SD Kanisius Duwet 28

Total 193

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi. Pengambilan anggota sampel menggunakan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2008 : 82).

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan rumus Slovin dengan

persen kelonggaran ketidaktelitian yaitu 5%, karena mengingat semakin kecil


(54)

Tabel 2. Perhitungan Sampel Rumus Slovin

keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditoleransi atau signifikan 5 % ( Sugiyono, 2001: 63)

Perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin :

n =

+ , 2

n

=

+ ,

n

=

+ , n

=

,

n = 130,185 (dibulatkan menjadi 130)

Dari jumlah populasi sebanyak 193 siswa diperoleh jumlah sampel

sebesar 130 siswa. Sebaran sampel pada setiap sekolah disajikan dalam tablel berikut.

n =

� +��2


(55)

Tabel 3. Jumlah Sebaran Sampel Siswa Kelas V SD se-Gugus IV

No. Nama Sekolah Perhitungan Jumlah

Siswa

1. SD Negeri Sendangadi 1

� 39

2. SD Negeri Sendangadi 2

� 11

3. SD Negeri Mlati 1

� 23

4. SD Negeri Mlati 2

� 19

5. SD Negeri Jatisari

� 9

6. SD Negeri Ngemplak Nganti

� 10

7. SD Kanisius Duwet

� 19

Total 130

C. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes dalam bentuk soal dan menggunakan angket untuk mengumpulkan data. Tes dalam bentuk soal pilihan digunakan untuk memperoleh data dalam mengukur variabel pemahaman nilai-niali nasionalisme, sedangkan angket digunakan untuk memperoleh data dalam mengukur variable sikap cinta tanah air.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tujuh SD dalam satu gugus yang akan dijadikan tempat untuk mengambil data. Tujuh SD tersebut adalah


(56)

Tabel 4. Daftar Sekolah Dasar dan Alamat Tempat Pengambilan Data

No. Nama Sekolah Alamat

1. SD Negeri Mlati 1 Mlati Glondong, Sendangadi 2. SD Negeri Mlati 2 Gondangan, Sendangadi

3. SD Negeri Sendangadi 1 JLN. Magelang KM 7,5 Mlati, Beningan, Sendangadi

4. SD Negeri Sendangadi 2 Tegalturi, Sendangadi 5. SD Negeri Ngemplak

Nganti

Ngemplak, Sendangadi

6. SD Negeri Jatisari Jaten, Sendangadi

7. SD Kanisius 2 Duwet, Sendangadi

2. Waktu penilitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2016. Penelitian yang dilakukan adalah membagikan instrument soal dan angket kepada siswa kelas 5 SD se-gugus IV di Kecamatan Mlati, Sleman.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti (Sugiyono, 2008 : 92). Penelitian ini menyelidiki tentang “Hubungan Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme dengan Sikap Cinta Tanah Air Siswa Kelas V di SD se-Gugus pada Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta”.

Berkaitan dengan judul yang diambil oleh peneliti, instrumen yang dibuat ada 2, yaitu:


(57)

2. instrumen untuk mengukur sikap cinta tanah air.

Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen untuk mengukur kedua variabel dalam penelitian ini. Prosedur yang dilakukan dalam pembuatan instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

Perencanaan dan Penyusunan Instrumen

Langkah pertama yang dilakukan dalam menyusun instrument yaitu membuat kisi-kisinya terlebih dahulu berdasarkan teori-teori yang telah dikaji pada bab II. Kemudian dari kisi-kisi tersebut dikembangkan menjadi indikator. Setelah itu indikator dijabarkan ke dalam beberapa item soal. Instrumen yang dikembangkan untuk mengukur variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme adalah dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 item soal dan untuk megukur variabel sikap cinta tanah air menggunakan instrumen angket yang terdiri dari 30 item. Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan aturan Skala Likert. Kisi-kisi instrumen untuk dua variabel tersebut disajikan dalam dua tabel berikut ini.

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme”

No. Variabel Indikator No. Item

Instrumen Jum. Item 1. Pe m ah aman Nil ai -n il ai Nasion ali sme

Pemahaman tentang keragaman

bangsa dan budaya Indonesia 7

a. Menjelaskan keragaman bangsa

dan budaya di Indonesia 2, 16, 20, 19 b. Memberi contoh sikap

menghargai keragaman bangsa


(58)

2.

Pemahaman tentang pentingnya rasa

persatuan dan kesatuan antar warga 9

a. Menjelaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan

antar warga 4, 7, 15, 27

b. Menyebutkan ciri atau sikap menjaga persatuan dan kesatuan

antar warga 5, 13,

c. Memperkirakan hal-hal yang dapat merusak persatuan dan

kesatuan antar warga 12, 26, 30

3.

Pemahaman tentang persamaan hak

dan kewajiban antar warga 7

a. Menerangkan persamaan hak dan kewajiban sebagai warga

negara 9, 14, 17

b. Menyebutkan hak dan kewajiban

sebagai warga negara 10, 21, 22, 25

4. Pemahaman tentang Pancasila

sebagai pedoman hidup bangsa 7

a. Menjelaskan nilai-nilai yang

terdapat dalam Pancasila 1, 8, 24, 28 b. Menyebutkan sikap yang sesuai

dengan Pancasila 18, 23, 29

Jumlah Item Instrumen 30

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Sikap Cinta Tanah Air” N

o. Variabel Indikator

No. Item

Instrumen Jum.

Item Positif Negatif

1. S ik ap Ci n ta Tan ah Air K ogn it if

Mengenal dan memahami

wilayah nusantara 4

a. Mengenal wilayah nusantara 9 16

b. Mengenal keragaman budaya

di nusantara 10 12

2.

Sadar berbangsa dan


(59)

a. Menaati peraturan yang ada

6 28

b. Ikut serta dakam usaha

keamanan 19 8

3.

Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara

a. Memahami hak dan

kewajiban dalam masyarakat 1, 3 24, 25 6

b. Melaksanakan hak dan

kewajiban dengan seimbang 4 20

4.

A

fekt

if

Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara

a. Mau berkorban demi bangsa

dan negara 14 13 6

b. Peka terhadap sesama warga Indonesia yang mengalami kesulitan

2, 18 17, 26

5.

Menjaga dan mengharumkan nama baik negara

a. Menjaga nama baik negara

Indonesia 27 21 4

b. Mengharumkan nama negara

Indonesia 11 29

6.

Bangga sebagai bangsa dan bertanah air Indonesia

a. Bangga tinggal di negara

Indonesia 7, 30 23, 22 6

b. Bangga terhadap produk

Indonesia 15 5

Jumlah Item

Instrumen 15 15 30

Untuk mengukur variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme, soal pilihan ganda terdiri dari empat buah pilihan jawaban, dan sampel diminta untuk memilih satu pilihan jawaban yang paling tepat. Jawaban yang benar pada soal pilihan ganda akan diberi nilai 1, dan soal yang dijawab salah akan diberi nilai 0. Sedangkan untuk mengukur variabel sikap cinta tanah air,


(60)

empat alternatif jawaban yaitu: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju. Masing-masing pernyataan positif dan negatif berjumlah 15 item. Pada pernyataan positif berturut-turut diberi skor 4,3,2,1. Sedangkan pada pernyataan negatif berturut-turut diberi skor 1,2,3,4.

F. Uji Prasyarat Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Anne Anastasia dan Susana Urbina (2007 : 125) mengemukakan bahwa validitas tes menyangkut apa yang diukur dalam tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Sedangkan Sugiyono (2008: 121) mengemukakan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Penelitian ini menggunakan uji validitas isi atau content validity yaitu instrument yang berbentuk tes yang digunakan untuk mengukur variabel pemahaman nasionalisme disusun berdasarkan materi pelajaran yang ada di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Kewarganegaraan dan mata pelajaran lain yang memuat kedua variabel tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan uji validitas konstruksi atau construct validity. Untuk menguji validitas konstruksi, peneliti melakukan bimbingan instrument dengan dosen expert. Kemudian juga dilakukan uji validitas instrumen secara empirik dihitung dengan menggunakan rumus


(61)

corrected item-total correlation dan dihitung dengan bantuan program aplikasi Microsoft excel.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Thorndike dan Hagen (1997), reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrument dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur, dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang (Purwanto, 2007 :161). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasil tesnya dapat menunjukkan nilai konsistensi atau dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data dengan baik. Reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus alpha dan diproses langsung dengan menggunakan program aplikasi SPSS 17.

3. Hasil Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Instrumen

Pelaksanaan uji coba instrumen secara empirik dalam penilitian ini dilakukan di SD Negeri Sinduadi 1 pada hari Selasa, 15 Desember 2015 dengan jumlah siswa kelas 5 sebanyak 30 siswa. Suatu butir soal dikatakan valid jika perhitungannya menunjukkan hasil (r empiric) lebih besar atau sama dengan 0,3 (r tabel taraf kesalahan 5% dengan N 53). Setelah dilakukan uji validitas instrumen, maka diperoleh data untuk instrumen variabel 1 dan variabel 2 sebagai berikut.


(62)

1)Instrumen Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme

Tabel 7. validitas instrument pemahaman nilai-nilai nasionalisme

No. item

Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

1 0.077997261 TIDAK VALID

2 0.337367364 VALID

3 0 TIDAK VALID

4 0.127782747 TIDAK VALID

5 0.372481075 VALID

6 0 TIDAK VALID

7 0.482467256 VALID

8 0.430863919 VALID

9 0.367303922 VALID

10 0.606500599 VALID

11 0.478117097 VALID

12 0.352979448 VALID

13 0.450487583 VALID

14 0.486582202 VALID

15 0.391982702 VALID

16 0.396196722 VALID

17 0.140009368 TIDAK VALID

18 0.581370943 VALID

19 0.069511743 TIDAK VALID

20 0.520682484 VALID

21 0.127782747 TIDAK VALID

22 0 TIDAK VALID

23 0.606500599 VALID

24 0.413611428 VALID

25 0 TIDAK VALID

26 0.336044014 VALID

27 0.149585234 TIDAK VALID

28 -0.1274812 TIDAK VALID

29 0.378323186 VALID

30 -0.03104987 TIDAK VALID

Dari 30 butir item pertanyaan yang diujicobakan, diperoleh sejumlah 18 butir item yang valid. Sedangkan untuk item yang gugur


(63)

pada variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme adalah nomor 1,3, 4, 6, 17, 19, 21, 22, 25, 27, 28, dan 30. Oleh karena seluruh item yang valid sudah memenuhi keterwakilan setiap indikator instrumen maka item yang tidak valid tidak digunakan.

2)Instrumen variabel sikap cinta tanah air

Tabel 8. validitas instrument sikap cinta tanah air

No. item

Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

1 -0.098681086 TIDAK VALID

2 0.38617766 VALID

3 0.303197649 VALID

4 0.336966254 VALID

5 0.362151011 VALID

6 0.358936912 VALID

7 0.33025008 VALID

8 -0.00467175 TIDAK VALID

9 0.47761791 VALID

10 0.35762477 VALID

11 0.170451654 TIDAK VALID

12 0.399397607 VALID

13 0.395066482 VALID

14 0.482321475 VALID

15 0.362209766 VALID

16 0.312916759 VALID

17 0.532767967 VALID

18 0.524454625 VALID

19 0.446267544 VALID

20 0.537971082 VALID

21 0.469242951 VALID

22 0.302558816 VALID

23 0.53020618 VALID

24 0.181075506 TIDAK VALID

25 0.382070874 VALID

26 0.209873665 TIDAK VALID


(64)

Dari 30 butir item pernyataaan pada intstrumen angket sikap cinta tanah air yang diujicobakan, diperoleh sejumlah 24 butir item yang valid. Sedangkan item yang gugur adalah nomor 1, 8, 11, 24, 26, dan 30. Oleh karena seluruh item yang valid sudah memenuhi keterwakilan setiap indikator instrument, maka item yang tidak valid tidak digunakan. b. Uji Reliabilitas Instrumen

1) Hasil uji reliabilitas instrumen pemahaman nilai nasionalisme Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme

Dari hasil pengolahan data tersebut, kemudian peneliti mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas menurut Guilford dalam Suherman (2003:139) sebagai berikut:

29 0.363228539 VALID

30 0.211686846 TIDAK VALID

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 96.8 Excludeda 1 3.2 Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(65)

0,00 – 0,20 = reliabilitas kecil 0,20 – 0,40 = reliabilitas rendah 0,40 – 0,70 = reliabilitas sedang 0,70 – 0,90 = reliabilitas tinggi 0,90 – 1,00 = reliabilitas sangat

Hasil uji coba ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0,713. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen untuk variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme yang telah diujicobakan ini memiliki reliabilitas tinggi karena 0,713 ≥ 0,7

2) Hasil uji reliabilitas instrument sikap cinta tanah air Tabel 10. Uji Reliabilitas Sikap Cinta Tanah Air

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0 Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .776 24

Hasil uji coba ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0,776. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen untuk


(66)

variabel sikap cinta tanah air yang telah diujicobakan ini memiliki reliabilitas tinggi, karena 0,776 ≥ 0,7.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Penggunaan rumus-rumus dalam perhitungannya adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Pada perhitungan statistik parametris, data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis harus membentuk distribusi normal (normalitas). Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila jumlah data di atas mean sama dengan jumlah data di bawah mean, demikian juga simpangan bakunya. Pada penelitian ini pengujian normalitas data yang dilakukan adalah menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. Apabila harga Asym. Sig (2-tailed) ≥ 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Selain itu, perhitungan uji normalitas ini juga dilakukan dengan bantuan program aplikasi SPSS 17.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubugan variabel bebas yang dijadikan predictor mempunyai hubungan linear atau tidak terhadap variabel terikat. Dalam menguji lineritas hubungan digunakan teknik uji – F. Harga Fhitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikan 5 % . Hubungan dapat dikatakan linear apabila diperoleh


(67)

Fhitung> Ftabel. Atau hubungan dikatakan linier jika harga “p beda” sama atau lebih besar dari 0,05.

3. Pengujian Hipotesis

Setelah memenuhi uji normalitas dan uji linearitas, kemudian data telah dianalisis, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson karena data dalam penelitian ini merupakan data numeric. Selain itu korelasi product moment digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dengan sikap cinta tanah air siswa. Hipotesis diterima apabila rxyhitung lebih besar atau sama dengan

rxytable pada taraf signifikansi 5% dan hipotesis ditolak jika koefisien

korelasi rxyhitung lebih kecil dari rxytable (Suharsimi Arikunto, 2002 : 146).

Sugiono (2014: 231) menjelaskan bahwa untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel sebagai berikut.

Tabel 11. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(68)

Kemudian untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap perubahan pada variabel dependen, maka perlu mencari koefisien determinasi. Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrad dari koefisien korelasi (r2).


(69)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sampel. Sampel penelitian sebanyak 130 siswa kelas V yang tersebar di tujuh Sekolah Dasar segugus IV di Kecamatan Mlati. Jumlah sampel yang diambil terdiri dari 68 siswa laki laki dan 62 siswa perempuan. Daftar jumlah sebaran sampel tersebut berdasarkan asal sekolah sebagai berikut.

Tabel 12. Daftar Jumlah Sampel Berdasarkan Asal Sekolah

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SD Negeri Sendangadi 1 39

2. SD Negeri Sendangadi 2 11

3. SD Negeri Mlati 1 23

4. SD Negeri Mlati 2 19

5. SD Negeri Jatisari 9

6. SD Negeri Ngemplak Nganti 10

7. SD Kanisius Duwet 19

Total 130

B.Deskripsi Data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu, pemahaman nilai-nilai nasionalisme, sedangkan untuk variabel terikat yaitu sikap cinta tanah air. Berikut ini merupakan deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian.


(70)

1. Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme

Data dari variabel pemahama nilai-nilai nasionalisme diperoleh melalui instrumen tes dalam bentuk soal pilihan ganda. Skor yang digunakan dalam instrumen ini yaitu 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Sehingga kemungkinan skor tertinggi yang dapat dicapai adalah 18 dan skor terendah adalah 0.

Dari hasil analisis data skor pemahaman nilai-nilai nasionalisme diperoleh data sebagai berikut.

a. Jumlah data = 130 b. Skor tertinggi = 15 c. Skor terendah = 4 d. Skor rata-rata = 9.48 e. Median = 10

f. Modus = 10

g. Standar deviasi = 2.27

Hasil penyekoran yang diperoleh pada tes pemahaman nilai-nilai nasional tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme

No. Score Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

1 4 1 0.8 0.8 0.8

2 5 4 3.1 3.1 3.8

3 6 8 6.2 6.2 10.0

4 7 15 11.5 11.5 21.5

5 8 14 10.8 10.8 32.3


(71)

7 10 28 21.5 21.5 69.2

8 11 14 10.8 10.8 80.0

9 12 15 11.5 11.5 91.5

10 13 5 3.8 3.8 95.4

11 14 5 3.8 3.8 99.2

12 15 1 0.8 0.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Berdasarkan tabel di atas, maka skor pemahaman nilai-nilai nasionalisme dapat disajikan dalam diagram histogram sebagai berikut.

Gambar 2 . Diagram Histogram Skor pemahaman nilai-nilai nasionalisme Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar adalah pada skor 10 dengan frekuensi 28 siswa sebesar 21,5%. Sedangkan untuk frekuensi skor terendah yaitu skor 4 dan 15 dengan frekuensi masing-masing 1 siswa sebesar 0,8%.

0 5 10 15 20 25 30

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Pemahaman Nilai Nasionalisme

Frek

u

en

si


(72)

Selanjutnya, data diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam pengklasifikasian ini digunakan mean dan standar deviasi (SD) dengan rumus sebagai berikut.

a. Tinggi = Mean + 1 SD ke atas

b. Sedang = (Mean – 1 SD) sampai (Mean + 1 SD) c. Rendah = Mean – 1 SD ke bawah

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi, maka klasifikasi penggolongan data variabel pemahaman nilai nasionalisme dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14. Klasifikasi Data Skor Pemahaman Nilai-nilai Nasionalisme

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa data variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme sebanyak 13 siswa dengan persentase 10% berada pada kategori rendah, 106 siswa dengan persentase 81,5% berada pada kategori sedang dan 11 siswa dengan persentase 8,5% pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman nilai-nilai nasionalisme siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Sleman berada pada kategori sedang.

No.

Kelas Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. < 7 13 10 Rendah

2. 7-12 106 81,5 Sedang

3. > 12 11 8,5 Tinggi


(73)

Penyajian klasifikasi data variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme dalam diagram histogram adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Diagram histogram klasifikasi skor pemahaman nilai-nilai nasionalisme

2. Sikap Cinta Tanah Air

Untuk mengungkap data sikap cinta tanah air siswa kela V SD se-gugus IV di Kecamatan Mlati, digunakan instrumen berupa skala yang terdiri dari 24 item soal. Penyekoran dilakukan dengan rentang 1 sampai 4. Sehingga kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh adalah 96 dan skor terendah adalah 24. Dari hasil analisis data skor sikap cinta tanah air siswa diperoleh data sebagai berikut.

a. Jumlah data = 130 b. Skor tertinggi = 96 c. Skor terendah = 66 d. Skor rata-rata = 82,33

0 20 40 60 80 100 120

Rendah Sedang Tinggi


(74)

e. Median = 83 f. Modus = 83

g. Standar deviasi = 5,907

Hasil penyekoran data penelitian variabel sikap cinta tanah air siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Data Variabel Sikap Cinta Tnah Air

No.

Skor

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1 66 1 .8 .8 .8

2 67 1 .8 .8 1.5

3 68 2 1.5 1.5 3.1

4 69 1 .8 .8 3.8

5 71 1 .8 .8 4.6

6 72 1 .8 .8 5.4

7 73 1 .8 .8 6.2

8 74 3 2.3 2.3 8.5

9 75 4 3.1 3.1 11.5

10 76 5 3.8 3.8 15.4

11 78 12 9.2 9.2 24.6

12 79 4 3.1 3.1 27.7

13 80 9 6.9 6.9 34.6

14 81 11 8.5 8.5 43.1

15 82 8 6.2 6.2 49.2

16 83 15 11.5 11.5 60.8

17 84 7 5.4 5.4 66.2

18 85 10 7.7 7.7 73.8

19 86 3 2.3 2.3 76.2

20 87 7 5.4 5.4 81.5

21 88 3 2.3 2.3 83.8

22 89 6 4.6 4.6 88.5

23 90 5 3.8 3.8 92.3

24 91 4 3.1 3.1 95.4

25 92 1 .8 .8 96.2

26 93 1 .8 .8 96.9

27 94 1 .8 .8 97.7


(75)

29 96 2 1.5 1.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Berdasarkan tabel di atas, maka skor sikap cinta tanah air dapat disajikan dalam diagram histogram sebagai berikut.

Gambar 4. Diagram Histogram Skor Sikap Cinta Tanah Air

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar adalah pada skor 83 dengan frekuensi 15 siswa sebesar 11,5%. Sedangkan untuk frekuensi skor terendah yaitu skor 66, 67, 69, 71, 72, 73, 92, 93,94, dan 95 dengan frekuensi masing-masing 1 siswa sebesar 0,8%.

Selanjutnya, data diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam pengklasifikasian ini digunakan mean dan standar deviasi (SD) dengan rumus sebagai berikut.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

66 68 71 73 75 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96

Frequency

Sikap Cinta Tanah Air


(76)

a. Tinggi = Mean + 1 SD ke atas

b. Sedang = (Mean – 1 SD) sampai (Mean + 1 SD) c. Rendah = Mean – 1 SD ke bawah

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi, maka klasifikasi penggolongan data variabel pemahaman nilai nasionalisme dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 16. Klasifikasi Data Skor Sikap Cinta Tanah Air

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa data variabel sikap cinta tanah air sebanyak 15 siswa dengan persentase 11,5% berada pada kategori rendah, 94 siswa dengan persentase 72,3% berada pada kategori sedang dan 21 siswa dengan persentase 16,2% pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa sikap cinta tanah air siswa kelas V SD se-gugus IV Kecamatan Mlati, Sleman berada pada kategori sedang.

Penyajian klasifikasi data variabel pemahaman nilai-nilai nasionalisme dalam diagram histogram adalah sebagai berikut.

No.

Kelas Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. < 76 15 11,5 Rendah

2. 76-88 94 72,3 Sedang

3. > 88 21 16,2 Tinggi


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)