Latar Belakang Sosial Ekonomi Masyarakat Karo

22 buah dan sayur. Di Daerah ini bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sinabung dan Sibayak dalam keadaan aktif. Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah Hulu Sungai. Wilayah Kabupaten Karo secara geografis terletak di antara 2 derajat 50 menit Lintang Utara sampai 3 derajat 19 menit Lintang Utara dan 97 derajat 55 menit Bujur Timur sampai dengan 98 derajat 38 menit Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo setelah tahun 1948. o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Daerah Istimewa Aceh

2.2 Latar Belakang Sosial Ekonomi Masyarakat Karo

Sebelum pemerintah Kolonial Belanda tiba di dataran tinggi Karo, situasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sifatnya sangat tertutup. Walaupun demikian bukan berarti tertutup seluruhnya, karena ada hubungan perdagangan dengan dunia luar walaupun terbatas. Sejumlah orang Karo pergi merantau ke daerah lain untuk mencari pekerjaan, terutama dataran rendah Deli dan Langkat untuk menanam lada. Ekonomi Karo ketika ini banyak mengalami persamaan dengan etnis tetangganya seperti Simalungun, Toba, Pakpak dan Alas. Sikap mereka terhadap aktivitas ekonomi statis dan kaku dan seolah-olah tidak memiliki suatu harapan ekonomi akan mengalami perubahan dan perkembangan. Tanah yang dipergunakan masyarakat Karo untuk bertani, memelihara ternak dan berburu tidak seluruhnya subur dan kondisinya berbukit-bukit. Produksi padi ladang yang ditanam di lahan kering kira-kira memproduksi 1500 kgha. Ada beberapa buah sungai dengan lembah- lembah yang dialirinya, namun agak sempit dan dalam, sehingga sukar untuk membangun irigasi. Sarana jalan raya tidak ada sama sekali, termasuk sarana transportasi sungai yang sangat sulit dilalui. Alternatif transportasi satu-satunya adalah menembus hutan belantara dengan cara berjalan kaki, dan terkadang hewan kuda yang dibebani dengan sejumlah barang juga dimanfaatkan untuk menelusuri dan Universitas Sumatera Utara 23 mendaki hutan belantara tersebut. Hasil utama tanaman masyarakat adalah padi, produksi tanaman ini tidak untuk diperdagangkan karena hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa produksi padi sangat rendah karena penguasaan teknik dan cara bercocok tanam sangat rendah dan sedikit. Hasil produksi panen juga berubah-ubah dari tahun ke tahun, salah satu faktor yang mengakibatkan demikian adalah karena masyarakat Karo tidak memiliki penanggalan yang baik, dan tanaman padi tidak selalu diadakan pada waktu yang tepat. Untuk melindungi diri terhadap kekurangan bahan pokok makanan dan ancaman kemarau, para petani menanam jagung dan menyimpan padi dalam lumbung sebanyak mungkin, kadangkadang untuk tiga tahun atau lebih. Perdagangan dengan daerah lain walaupun jumlahnya sangat sedikit tapi berperan bagi ekonomi Karo. Garam dan ikan asin, candu dan besi semuanya diimport. Demikian juga barang pecah belah, kain dan senjata. Sebaliknya ekspor yang dilakukan adalah ternak dan sedikit lada, terkecuali oleh orang-orang Karo yang telah bermukim di sekitar kawasan dataran rendah yang dekat ke pantai jumlahnya besar. Salah satu faktor kenapa ekspor mereka sangat rendah adalah karena sarana jalan tikus tidak terawat baik, juga adalah karena kurangnya perlindungan. Organisasi ekonomi atau kesatuan ekonomi, yang utama tiap-tiap keluarga diharapkan memenuhi kebutuhan subsisten masing-masing. Ada juga beberapa orang yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai tukang besi, dukun dan pemain musik. Sedangkan tenaga upah tidak ada sama sekali, pekerjaan dilaksanakan di atas dasar tolong-menolong sesama keluarga dan tetangga, juga diatur atas dasar pertukaran kerja. Lembaga ini di Karo disebut aron, kebanyakan kelompok kerja dibentuk atas dasar sukarela dan hanya bekerja di bidang pertanian. Masyarakat desa sebagai kesatuan hanya memiliki hak pakai atas tanah yang dipergunakan untuk perladangan berpindah-pindah, tetapi memberi hak semi permanen untuk tegalan dan tanah yang dipersawahi. Tanaman menjadi hak bagi orang yang menanamnya. Apabila seseorang meninggal dunia dan dia memiliki hak pakai, katakanlah atas sebidang tanah yang telah digarap, maka hak pakainya diwarisi oleh putra-putranya dengan hak yang sama. Dalam hal yang khusus masyarakat desa dapat membatalkan hak atas tanah yang telah diberikan sedangkan orang luar tidak diizinkan untuk memperoleh tanah, tetap memindahkan hak-hak atas tanah kepada orang Karo lainnya diperbolehkan. Universitas Sumatera Utara 24

2.3 Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo