Model-Model Evaluasi Kurikulum TINJAUAN PUSTAKA

Scriven Hasan, 2008: 46-50 mengemukakan bahwa secara garis besar fungsi penelitian evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yakni: 1. Evaluasi formatif Evaluasi formatif difungsikan untuk memberikan informasi dan pertimbangan yang berkenaan dengan upaya untuk memperbaiki suatu kurikulum. Perbaikan itu dapat saja dilakukan pada waktu konstruksi kurikulum yang menghasilkan suatu dokumen kurikulum dan pada waktu implementasi kurikulum. Fungsi formatif hanya dapat dilakukan ketika kurikulum masih dalam proses pengembangan.untuk proses pengembangan.konstruksi kurikulum maka fungsi evaluasi hanya dapat dilakukan pada waktu pengembangan dokumen kurikulum belum selesai atau masih dalam keadaan fluid 2. Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif difungsikan untuk memberikan pertimbangan terhadap hasil pengembangan kurikulum. Hasil pengembangan kurikulum dapat berupa dokumen kurikulum, hasil belajar ataupun dampak kurikulum terhadap sekolah dan masyarakat. Berdasarkan fungsi sumatif ini maka evaluator dapat memberikan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dilanjutkan karena keberhasilannya dan masih dianggap relevan dengan perkembangan serta tuntutan masyarakat.

C. Model-Model Evaluasi Kurikulum

Model evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah merupakan suatu elemen dalam proses sosial yang dihubungkan dengan perkembangan pendidikan. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Model evaluasi dibuat untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Terdapat beberapa model evaluasi sebagai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi kurikulum Hasan, 2008:179- 255 1. Model Evaluasi Kuantitatif Model-model evaluasi kuantitatif menekankan peran penting metodologi kuantitatif dan penggunaan tes. a. Model Black Box Tyler Model black box dikembangkan oleh Tyler. Dinamakan black box karena tidak ada nama resmi yang diberikan oleh pengembangnya. Model ini dibangun atas dua dasar,yaitu: evaluasi yang ditujukan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan kedua dasar ini, Tyler ingin mengatakan bahwa evaluasi kurikulum yang sebenarnya hanya berhubungan dengan dimensi hasil belajar. Dalam pelaksanaannya Tyler mengemukaan ada tiga prosedur utama yang harus dilakukan, yaitu : a Menentukan tujuan kurikulum yang akan dievaluasi b Menentukan situasi peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan c Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik. d Model Teoritik Taylor dan Maguire PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Model Taylor dan Maguire ini lebih mendasarkan dirinya pada pertimbangan teoritik suatu model evaluasi kurikulum. Dengan pertimbangan teoritik, Taylor dan Maguire mencoba menerapkan apa yang seharusnya secara teoritik terjadi dalam suatu proses pelaksanaan evaluasi kurikulum. Misalnya, model ini melibatkan variabel dan langkah yang ada dalam proses pengembangan kurikulum sebagai variabel dan langkah yang juga harus ada dalam evaluasi. Unsur-unsur yang ada dalam model ini seperti sumber sosial tujuan, tujuan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral, pengembangan strategi, dan semangat psikometrik kiranya. Dalam menggunakan model ini, secara tegas ada dua kegiatan utama yang harus dilakukan evaluator. Pertama, mengumpulkan data objektif yang dihasilkan dari berbagai sumber mengenai komponen tujuan, lingkungan, personalia, metode dan konten, serta hasil belajar, baik hasil belajar langsung maupun hasil belajar dalam jangka panjang. Kedua, pengumpulan data yang merupakan hasil pertimbangan individual terutama mengenai kualitas tujuan, masukan, dan hasil belajar. b. Model pendekatan sistem Alkin Alkin termasuk salah seorang yang aktif dalam evaluasi. Pendekatan yang ia lakukan selalu memasukkan unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Dalam model yang dinamakan dengan pendekatan sistem sistems approach Alkin telah memasukan variabel perhitungan ekonomi dalam modelnya. Dalam masa-masa kemudian bahkan ia banyak menggunakan pendekatan ekonomi mikro yang lebih murni dalam evaluasi yang dilakukannya. Pengaruh psikometrik atau ekonometrik sangat terasa dalam model pendekatan sistem yang dikemukakan Alkin ini. Pengukuran dan kontrol variabel merupakan dua hal yang penting yang harus diperhatikan evaluator. Besar kecilnya unit yang akan diukur harus diperhitungkan agar suatu pekerjaan evaluasi berhasil. Demikian pula dengan control Alkin beranggapan bahwa evaluator tidak harus puas dengan control pilihan acak tetapi harus puas menerapkan control statistic terutama apabila unit yang akan dievaluasi sangat kecil. c. Model Countenance Stake Model countenance adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh Stake. Stake mendasarkan modelnya pada evaluasi formal, dimana dikatakannnya sebagai suatu kegiatan evaluasi yang sangat tergantung pada pemakaian “checklist, structured visitation by peers, controlled comparisons, and standardized testing of student”. Evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak terlibat dalam evaluan. Model ini dikembangkan atas keyakinan bahwa suatu evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai evaluan. Model countenance stake terdiri atas dua matriks, yaitu: Hamid, Hasan 2008: 208-214 1 Matriks deskripsi Kategori pertama adalah sesuatu yang direncanakan pengembang kurikulum atau program. Dalam konteks KTSP, kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan atau digunakan oleh satu satuan pendidikan. Sedangkan program adalah silabus dan Rencana Program Pengajaran RPP yang dikembangkan guru. Guru sebagai pengembang program merencanakan keadaanpersyaratan yang diinginkannya untuk uatu kegiatan kelas tertentu. Melihat apakah persyaratan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut berhubungan dengan peserta didiknya seperti minat, kemampuan, pengalaman dan lain sebagainya yang biasa diistilahkan dengan entry behaviors dari peserta didik. Kategori kedua dinamakan observasi, berhubungan dengan apa yang sesungguhnya sebagai implementasi yang diinginkan pada kategori yang pertama. Kategori observasi ini terdiri atas antecedents, transaksi dan hasil. Evaluator harus melakukan observasi pengumpulan data mengenai antecendents, transaksi dan hasil yang ada di suatu satuan pendidikan. 2 Matriks Pertimbangan Terdiri atas kategori standar dan pertimbangan, fokus antecendents, transaction dan outcomes hasil yang diperoleh. Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program. Standar dapat dikembangkan dari karakteristik yang dimiliki kurikulum, tetapi dapat juga dari yang lain. Kategori ini menghendaki evaluator melakukan pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori yang pertama dan kedua matriks Deskripsi sampai kategori pertama matriks Pertimbangan. Suatu evaluasi harus sampai kepada pemberian pertimbangan. Matriks pertimbangan baru dapat dikerjakan oleh evaluator setelah matriks Deskripsi diselesaikan. Matriks Deskripsi terdiri atas kategori rencana dan observasi. Matriks Pertimbangan terdiri atas kategori standar dan pertimbangan. Cara kerja model evaluasi Stake yaitu evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi dan hasil. Data dapat dikumpulkan melalui studi dokumen dapat pula melalui wawancara. Analisis logis diperlukan dalam memberikan pertimbangan mengenai keterkaitan antara prasyarat awal, transaksi dan hasil dari kotak-kotak tujuan. Evaluator harus dapat menentukan apakah prasyarat awal yang telah dikemukakan pengembang program akan tercapai dengan rencana transaksi yang dikemukakan. Atau sebetulnya ada model transaksi lain yang lebih efektif. Demikian pula mengenai hubungan antara transaksi dengan hasil yang diharapkan. Analisis kedua adalah analisis empirik. Dasar bekerjanya sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah data empirik. Pekerjaan evaluator berikutnya adalah mengadakan analisis congruence kesesuaian antara apa yang dikemukakan dalam tujuan dengan apa yang terjadi dalam kegiatan observasi. Perlu diperhatikan apakah yang telah direncanakan dalam tujuan sesuai dengan pelaksanaanya di lapangan atau terjadi penyimpanganpenyimpangan. Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai program yang sedang dikaji, untuk itu evaluator memerlukan standar. Dalam melakukan evaluasi sebelum melakukan pengumpulan data, maka evaluator harus membuat kerangka acuan yang berhubungan dengan masukan, transaksi dan hasil. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk memperjelas tujuan evaluasi tetapi juga untuk melihat apakah model Co untenance Stake’s konsisten terhadap transactions, antecedent dan outcome. d. Model CIPP Arikunto, 2009 Model evaluasi CIPP merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1967 di Ohio State University yang dikutip oleh Arikunto dan Jabar 2009. CIIP merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu context, input, process, product. Keempat kata tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. a. Evaluasi Konteks Evaluasi Konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. b. Evaluasi Input Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan atau sering disebut input. Evaluasi masukan atau input merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. c. Evaluasi Proses Evaluasi proses dalam model CIPP merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan disebut dengan evaluasi proses. Untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan strategi yang telah dilaksanakan tersebut, maka perlu diadakannya evauasi. Evaluasi tersebut dinamakan evaluasi proses. Evaluasi proses termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur pada pelaksanaan kejadian dan aktivitas d. Evaluasi Produk Evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi dapat juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap iuran outcome dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menghubungkan itu semua dengan objektif, konteks,input,dan informasi proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program. 2. Model Ekonomi Mikro Levin 1983 adalah tokoh yang banyak bekerja dalam model evaluasi ekonomi mikro. Menurut Levin ada empat model di lingkungan ekonomi mikro yaitu cost effectiveness, cost-benefit, cost utility, dan cost feasibility. Dari keempat model ini maka model cost effectiveness dianggap lebih sesuai untuk evaluasi kurikulum. Hasan, 2008: 223 - 226 Uraian mengenai ke empat model tersebut adalah sebagai berikut : a. Cost effectiveness. Dalam model ini evaluator harus dapat membandingkan dua progam atau lebih, baik dalam pengertian dana yang digunakan untuk masing-masing program maupun hasil yang diakibatkan oleh setiap program. Hasil dari perbandingan ini akan dimasukkan bagi para pembuat keputusan. Dalam model ini unit pengukuran hasil belajar menggunakan angka score. b. Cost-benefit. Dalam model ini unit pengukurannya menggunakan unit uang dalam mengukur hasil. Berapa besar uang yang diterima setelah seseorang bekerja untuk jangka waktu tertentu sebagai akibat dari pendidikan yang dialaminya. c. Cost utility. Dalam model ini evaluator diberikan peluang untuk menggunakan baik data kuantitatif maupun kualitatif. Dengan peluang tersebut evaluator tidak dibatasi ruang geraknya atas suatu jenis data saja. Model cost utility ini menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI skala kegunaan. Skala ini dapat bergerak dari 0 – 10 tapi dapat pula bergerak dari 1-4, atau skala lainnya. d. Cost feasibility. Dalam model ini didesain untuk menjawab pertanyaan evaluasi apakah biaya yang diperlukan memang tersedia. Artinya, setelah ide suatu kurikulum dapat dirumuskan, perhitungan biaya untuk pelaksanaan kurikulum harus dilakukan. 3. Model Evaluasi Kualitatif Model evaluasi kualitatif menggunakan metodologi kualitatif dalam pengumpulan data evaluasi. Menurut Richard, Cook dan Patton metodologi kualitatif berkembang dari filsafat fenomenologi. Selain penggunaan metodologi kualitatif, ciri khas lain dari model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses pelaksanaan sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu, kurikulum dalam dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dengan dimensi lain suatu kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama terhadap proses tidak menyebabkan model kualitatif mengabaikan evaluasi terhadap dimensi lain Hasan, 2008 : 226 - 228. a. Model studi kasus Model studi kasus memusatkan perhatiannya kepada kegiatan pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan. Dalam bahasa kuantitatif dikatakan bahwa studi kasus adalah studi dimana n = 1. Dengan demikian, persoalan pemilihan sampel dengan prosedur yang tidak sederhana dalam suatu evaluasi kuantitatif bukan merupakan persoalan dalam evaluasi model studi kasus. b. Model illuminative Model illuminative sebenarnya sudah dilaporkan penggunaan tahun 1969 oleh Hanley tetapi menjadi terkenal karena tulisan Parlett dan Hamilton 1976. Model evaluasi illuminative mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi social. Model illuminative memberikan perhatian terhadap lingkungan luas dan bukan hanya kelas dimana suatu inovasi kurikulum dilaksanakan. Model evaluasi illuminative dikembangkan atas dua dasar konsep utama, yaitu sistem intruksi dan lingkungan belajar. Sistem intruksional disini diartikan sebagai “katalog, perspektus, dan laporan-laporan kependidikan secara khusus berisi berbagai macam rencana dan pernyataan yang resmi berhubungan dengan pengaturan suatu pengajaran” Parlett dan Hamilton Hasan, 2008: 233 - 236 c. Model responsive Model responsive dikembangkan oleh Stake. Model ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari model countenancenya. Terdapat beberapa perbedaan model ini dengan model countenance, yang pertama model countenance mempunyai fokus yang lebih luas dibandingkan dengan model responsive. Fokus model responsive adalah pada kurikulum dalam dimensi proses. Apa yang terjadi di lapangan dalam pengembangan proses kurikulum dijadikan dasar dalam mengembangkan model ini. Perbedaan kedua ialah dalam pendekatan pengembangan kriteria. Model responsive tidak berbicara tentang pemakaian instrumen standar. Bahkan dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang berbau standar dihindari model responsive. Model responsive memberikan perhatian terhadap interaksi antara evaluator dengan pelaksana kurikulum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Karena pada penelitian ini hanya membatasi terhadap evaluasi RPP mata pelajaran Ekonomi yang disusun oleh guru, pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru menggunakan pendekatan saintifik, persepsi siswa pada guru mata pelajaran Ekonomi dalam menerapkan pendekatan saintifik, oleh karena itu deskriptif kuantiatif dipandang lebih tepat untuk digunakan pada penelitian ini.

D. Kurikulum 2013

Dokumen yang terkait

Implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 94 Jakarta

0 3 169

Implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Di Kelas 4 SDN Cijantung 03 pagi

6 127 0

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 Profesionalisme Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 11

PROFESIONALISME GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 Profesionalisme Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 16

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 2 14

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 2 16

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI Implementasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Ips Di Sma Negeri 3 Pati Tahun Ajara

0 2 15

Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Implementasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Ips Di Sma Negeri 3 Pati Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 12

Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

2 19 249

EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN.

1 9 247