memperburuk nyeri, sedangkan pada penderita lainnya, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,
sembelit, diare dan flatulensi perut kembung.
17
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap
pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
18
2.4. Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian.
19
1. Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah lengkap, pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan
leukositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga
suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker seperti CEA dugaan karsinoma kolon, dan CA 19-9 dugaan karsinoma pankreas.
2. Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan
atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
Universitas Sumatera Utara
3. Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di
bawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas,
selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik. 4. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi
H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi.
2.5. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan dispepsia fungsional, diperlukan beberapa langkah pendekatan seperti terlihat pada gambar 2.1.
20
Pengobatan dispepsia fungsional mengenal beberapa obat, yaitu :
21,22
1. Antasida Golongan ini mudah didapat dan murah. Antasida akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung natrium bikarbonat, AlOH3, MgOH2, dan magnesium trisiklat. Pemberian
antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Magnesium trisiklat merupakan
adsorben nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Tatalaksana dispepsia fungsional .
2. Antikolinergik Kerja obat ini tidak sepsifik, Obat yang agak selektif adalah pirenzepin
yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
Dispepsia fungsional
Tenangkan pasien dan beri penjelasan, ubah gaya hidup
Uji Helicobacter pylori
Eradikasi PPI atau AH2 dosis rendah
PPI atau AH2 sesuai kebutuhan Prokinetik
Sembuh sendiri Antidepresan dan psikoterapi
Universitas Sumatera Utara
sekresi asam lambung sekitar 28 sampai 43. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2 AH2 Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Proton pump inhibitor PPI Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif Prostaglandin sintetik seperti misoprostol PGE1 dan enprostil PGE2
selain bersifat sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan prostaglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif sile protective yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas.
6. Golongan prokinetik
Universitas Sumatera Utara
Obat yang termasuk golongan ini yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki asam lambung.
7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka obat anti depresi dan cemas pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena
tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.
Beberapa pengobatan yang telah didukung oleh bukti ilmiah adalah : pemberantasan Helicobacter pylori, itoprid, PPI, dan terapi psikologi.
23
Pengobatan yang belum didukung bukti : antasida, antispasmodik, bismuth, terapi diet, terapi herbal, AH2, misoprostol, golongan prokinetik, selective
serotonin-reuptake inhibitor, sukralfat, dan antidepresan.
24
2.5.1. Proton pump inhibitor PPI Sejak diperkenalkan pada akhir tahun 1980-an, agen penghambat asam
yang ampuh ini secara cepat memegang peranan penting sebagai terapi gangguan asam lambung.
24
Terdapat lima jenis PPI yang tersedia untuk kepentingan klinis: omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol, dan
esomeprazol.
25
Proton pump inhibitor PPI tersedia dalam bentuk tidak aktif yang akan berubah menjadi aktif dalam lingkungan asam.
23,24
Untuk
Universitas Sumatera Utara
melindungi obat dari destruksi yang cepat di dalam lumen lambung, sediaan oral diformulasikan untuk lepas lambat sehingga resisten terhadap asam,
dalam bentuk enteric- coated capsule atau formulasi tablet.
24
Oleh karena semua PPI memiliki efikasi dan kerja yang sama, pada makalah ini hanya akan dibahas tentang omeprazol yang merupakan sediaan
yang pertama sekali digunakan di praktek klinis.
25
Omeprazol bekerja spesifik sebagai penghambat pompa asam di sel parietal, basa lemah
dikonsentrasikan dan diubah menjadi bentuk aktif dalam lingkungan asam pada kanalikuli intraselular melalui penghambat enzim H
+
K
+
-ATPase, yang sangat reaktif berikatan dengan kelompok sulphydryl pada Na
+
K
+
-ATPase.
22
Sifatnya yang irreversibel ini menginaktifkan enzim sehingga terjadi penghambatan sekresi asam, dimana dosis tunggal 20 mg mampu
mengurangi 90 asam lambung selama 24 jam.
26
Studi di Australia mendapatkan omeprazol lebih baik dibandingkan plasebo dalam mengatasi
dispepsia fungsional pada dosis standar 20 mg dan dosis rendah 10 mg.
26
Dosis per oral omeprazol diberikan satu kali sehari, efektif menghambat sekresi asam lambung siang dan malam hari dengan efek
maksimal yang diterima dalam empat hari pengobatan. Absorpsi omeprazol
terletak di usus halus dan biasanya lengkap dalam 3-6 jam. Bioavailabilitas sistemik omeprazol dosis tunggal oral berkisar 35. Bioavailabilitas
meningkat menjadi sekitar 60 bila dosis ulangan diberikan.
27
Universitas Sumatera Utara
Waktu paruh eliminasi plasma omeprazol lebih pendek dari satu jam dan tidak ada perubahan waktu paruh pada pengobatan jangka panjang.
Omeprazol dimetabolisme sistem sitokrom P450 CYP, terutama di hati. Bagian terbesar metabolisme tergantung ekspresi polimorfikal bentuk spesifik
CYP2C19 S-mephenytoin hydroxylase, bertanggung jawab terhadap pembentukan hydroxyomeprazole.
Tidak ada hasil metabolisme yang ditemukan mempunyai efek pada sekresi asam lambung. Hampir 80 hasil
metabolisme pemberian dosis oral diekskresikan di urin dan sebagian ditemukan di feses secara primer berasal dari sekresi empedu.
27
Omeprazol diindikasikan untuk pengobatan refluks esofagus, ulkus duodenal, ulkus lambung, NSAID yang berhubungan dengan erosi lambung
dan ulkus duodenal, dispepsia, sindroma Zollinger Ellison, dan pengobatan ulkus peptik.
Omeprazol dianjurkan untuk diberikan pada pagi hari dan ditelan atau diminum dengan setengah gelas air. Untuk pasien dengan kesulitan
menelan, kapsul dapat dibuka dan ditelan langsung dengan setengah gelas cairan atau setelah pencampuran berisi campuran seperti jus.
5,27
Proton pump inhibitor PPI umumnya aman digunakan.
24
Efek samping yang dapat timbul namun sangat jarang adalah mual, sakit kepala,
diare, konstipasi dan ruam.
22
Beberapa teori menyebutkan terjadinya penurunan absorpsi vitamin B
12
namun sampai saat ini belum pernah dilaporkan adanya defisiensi mineral pada penggunaan PPI.
24
Studi multisenter menunjukkan bahwa pantoprazol memiliki efikasi, keamanan, dan
ditoleransi dengan lebih baik dibandingkan plasebo.
25
Universitas Sumatera Utara
Asam lambung yang menurun dapat mempengaruhi absorpsi beberapa obat yang bioavailabilitasnya dipengaruhi oleh keasaman di dalam
lambung, seperti ketokonazol dan digoksin. Omeprazol dapat menghambat metabolisme coumadin, diazepam, dan fenitoin. Esomeprazol dapat
menurunkan metabolisme diazepam. Lansoprazol dapat meningkatkan klirens teofilin. Sedangkan rabeprazol dan pantoprazol tidak memiliki interaksi
obat yang signifikan.
24
2.5.2.Antagonis reseptor H2 AH2 Antagonis reseptor H2 AH2 secara kompetitif manghambat aksi histamin
pada reseptor histamin H2 pada sel parietal lambung. Sel parietal memiliki reseptor untuk histamin, asetilkolin dan gastrin, yang semuanya itu dapat
merangsang sekresi asam hidroklorida ke dalam lumen gaster. Antagonis reseptor H2 AH2 menghambat sekresi asam yang dihasilkan oleh reseptor
histamin. Obat yang termasuk golongan ini adalah ranitidin, cimetidin,
famotidin dan lain-lain. Obat cepat diserap setelah pemberian per oral. Efek penghambat reseptor H2 pada sekresi asam tergantung pada dosis dan
konsentrasi.
21,22
Antagonis reseptor H2 AH2 mengurangi sekresi asam hanya dengan berkompetisi dengan reseptor histamin pada sel parietal, sedangkan reseptor
lain yang dipengaruhi endokrin gastrin dan neuroendokrin stimulasi vagal tidak dipengaruhi. Sehingga AH2 tidak menghambat sekresi asam secara
total. Kemampuan AH2 untuk menghambat semua fase sekresi asam dinilai
Universitas Sumatera Utara
sebagai keterlibatan histamine sebagai zat perantara akhir bagi sekresi asam.
28
Beberapa AH2 berbeda dalam kekuatan relatif dan sifat farmakokinetiknya dalam menghambat sekresi asam. Ia juga berbeda
kualitatif dengan memperhatikan kerja yang tidak berhubungan dengan reseptor H2. Misalnya cimetidin bermakna menghambat sistem metabolis
obat oksidatif P-450, sementara ranitidin tidak.Ranitidin dalam dosis terapi yang biasa tidak terlihat menghambat jalur metabolism obat oksidatif yang
dikatalis sitokrom P-450. Obat ini dapat ditoleransi baik dan efek sampingnya sangat sedikit. Efek yang tersering dilaporkan adalah diare serta mual dan
muntah.
29
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konseptual