Epoksi secara umum mempunyai karateristik yang baik, yaitu kemampuan mengikat paduan metalik yang baik dan ketangguhan. Resin epoksi banyak digunakan untuk
bahan komposit di berbagai bagian struktural, resin ini juga dipakai sebagai bahan campuran kemasan, bahan cetakan dan perekat. Resin epoksi sangat baik digunakan
sebagai matriks pada komposit dengan penguat serat gelas. Pada beton penggunaan resin epoksi dapat mempercepat proses pengerasan karena resin epoksi menimbulkan
panas sehingga membantu percepatan pengerasan. Shinta Marito, 2009. Resin epoksi memiliki berbagai keunggulan sebagai zat perekat dibanding
polimer-polimer lain. Diantaranya : keaktifan permukaan tinggi, daya pembasahan baik, kekuatan kohesif tinggi, tanpa raksi atsir tidak mengkerut , dan dapat di ubah-
ubah sifatnya dengan memilih resin-hardener yang tepat, penambahan polimer lain. J. Hartomo. dkk, 1992.
Resin ini mempunyai kegunaan yang luas dalam industry teknik kimia, listrik, mekanik dan sipil sebagai perekat, cat pelapis, percetakan cord an benda-benda
cetakan. Pada saat ini produknya adalah kebanyakan merupakan kondensat dari bisfenol A 4-4’ dihidroksidifenil 2,2-propanon dan epiklorhidrin. Bisfenol diganti
dengan novalak, atau senyawa tak jenuh, siklopentadien, dsb. Resin epoksi bereaksi dengan pengeras dan menjadi unggul dalam kekuatan mekanik dan kekuatan kimia.
Sifatnya bervariasi bergantung pada jenis, kondisi dan pencampuran dengan pengerasnya. Banyaknya campuran dihitung dari ekivalen epoksi banyaknya resin
yang mengandung 1 mol gugus epoksi dalam gram.Tata Surdia, 2003
2.9 Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan kimia yang permsnen atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi mempercepat reaksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap
reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan, maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Nia Nenshi, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Katalis atau pengerasan hardener merupakan zat tambahan bagi system perekat. Pengeras bergabung secara kimia dengan bahan rekatannya. Pengeras dapat berupa
monomer, polimer atau senyawa campuran dengan jumlah tertentu. Katalis juga digunakan sebagai zat tambahan bagi resin thermoset agar dapat meningkatkan ikat
silang polimernya. Katalis ini dapat berupa zat asam, basa, garam, senyawa belerang dan peroksida yang dipergunakan dalam jumlah sedikit saja. J. Hartomo. Dkk, 1992
2.10 Thinner
Fungsi Thinner pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan resin, untuk membasahi agregat dan untuk melumasi campuran agar mudah pengerjaannya. Pada
umumnya thinner dapat dipakai untuk campuran beton. Thinner mengandung senyawa- senyawa yang berbahaya, misalnya : tercemar garam, minyak, gula dan
bahan-bahan kimia lain. Bila dipakai untuk campuran beton akan dapat mengubah sifat-sifat resin dan menurunkan kekuatannya. Selain itu, thinner juga dapat
mengurangi gaya tarik-menarik kemampuan senyawa antara agregat dengan resin dan mempengaruhi kemudahan pengerjaan.
Thinner berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung thinner setelah proses hidrasi selesai, sedangkan thinner yang terlalu sedikit dapat menyebabkan
proses hidrasi tidak sempurna. Sebagai akibatnya beton yang dihasilkan memiliki kekuatan yang kecil. A. J. Hartomo,1992
2.11 Karakteristik Beton
Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu dilakukan pengujian. Adapun karakteristik beton yang telah diuji antara lain: pengujian sifat
fisis penyerapan air, densitas, porositas, pengujian sifat mekanik kuat impak, dan kuat lentur.
2.11.1 Pengujian Fisis 2.11.1.1 Densitas
Kerapatan erat hubungannya dengan kekuatan beton, makin tinggi kerapatan beton akan menyebabkan semakin luas pula kontak antar partikel dengan perekatnya,
sehingga akan menghasilkan kekuatan beton yang lebih tinggi pula. Kerapatan massa
Universitas Sumatera Utara
atau densitas adalah perbandingan antara massa benda uji dengan volumenya. Dalam pengujian beton ini benda uji ditimbang untuk mendapatkan massa beton mk setelah
itu beton direndam selama 24 jam untuk memperoleh massa basah beton mb, namun dalam hal ini beton dilap terlebih dahulu agar basah dari beton tidak berlebihan.
Besarnya densitas dapat dihitung dengan persamaan berikut: Van Vlank, 1998
ρ =
Vb Mk
........................................ 2.1 Dengan :
ρ =
densitas gr.cm ˉ³
M k
= Massa kering gram V
b = volume benda uji cm³
2.11.1.2 Porositas
Porositas dapat di defenisikan sebagai perbandingan antara volume pori – pori terhadap volume total beton. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen
ronggaa fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam materialtersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 sampai dengan 90
tergantung dari jenis material tersebut. Ada dua jenis porositas yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka. Porositas
tertutup pada umumnya sulit untuk ditentukan pori tersebut merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta tidak ada akses kepermukaan luar, sedangkan
porositas terbuka masih ada akses kepermukaan luar walaupun rongga tersebut ada ditengah – tengah padatan. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai
porositas terbuka dan dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: P =
x ρ
air
x 100 .................... 2.2
Dengan :
Universitas Sumatera Utara
P = Porositas,
M
b
= Massa basah sampel setelah direndam gr M
k
= Massa kering sampel setelah direndam gr V
b
= volume benda uji cm
3
ρ
air
= Massa jenis air grcm
3
2.11.2 Pengujian Mekanik 2.11.2.1 Kuat Impak
Kuat impak adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui kegetasan suatu bahan. Kuat impak juga merupakan nilai impak pukul suatu bahan yang didalam keadaan
biasa bersifat liat, namun berubah menjadi getas akibat pembebanan tiba – tiba pada suatu kondisi tertentu dengan satuan Newton meter. Pengujian impak dilakukan untuk
mengetahui besar energi yang diserap spesimen persatuan luas. Pengujian impak menggunakan benda uji berbentuk balok.
Untuk menguji impak ini kedua ujung sampel dengan ukuran standar diletakkan pada penumpu, kemudian beban dinamis dilepaskan dengan tiba-tiba dan cepat
menuju sampel. Dalam pengujian impak, impaktor yang digunakan dalam bentuk pendulum yang diayunkan dari ketinggian dengan massa.
Gambar 2.1 Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy
Universitas Sumatera Utara
Harga impak menjadi besar dengan meningkatnya absorbsi kadar air dan menjadi kecil karena pengeringan. Besarnya kuat impak daat di hitung dengan menggunakan
rumus :
Is = A
E
s
.................... 2.3
Dengan :
Is : Kekuatan Impak Jm
2
Es : energi yang diserap sampel setelah tumbukan J A : luas penampang lintang sampel m
2
2.11.2.2 Kuat Lentur
Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Pengujian kekuatan lentur ini juga
bertujuan untuk mengetahui sifat keelastisan suatu bahan. Pada pengujian ini pembebanan yang diberikan adalah tegak lurus terhadap arah sampel dengan tiga titik
lentur. Pada pengujian ini bila bahan diberi beban maka permukaan bawah akan memanjang dan terjadi pelengkungan sampel akibat regangan tarik dan regangan
tekan. Besarnya pelengkungan pada titik tengah sampel dinamakan defleksi. Pada pengujian ini harus proses perhitungan yang dilakukan adalah sebagai
berikut: 1.
Dihitung beban maksimum benda uji. 2.
Dihitung jarak penyangga dan lebar benda uji serta tebal benda uji. 3.
Kemudian diuji nilai kuat lentur. Dicky, 2012
P
Universitas Sumatera Utara
b L
d
Gambar 2.2 Skematis pengujian kekuatan lentur
Kuat lentur beton dapat diperoleh dengan rumus :
F
lt
=
2
2 3
bd PL
..................... 2.4
Dengan :
F
lt
= Kuat Lentur Nm
-2
P = Gaya Penekan N L = Jarak Dua Penumpu m
b = Lebar Sampel m d = Tebal Sampel Uji m
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3.2 Peralatan dan Bahan – Bahan