Dengan menggunakan persamaan 2.2 kenaikan suhu pada percobaan ke-1 sebesar:
�
�
�
�
= 1 +
� 1 1 +
� 2 4.2
4.3 =
1 + 0.0042824.4 1 + 0.00428 2
4.2 4.3
1 + 0.00428 2 = 1 + 0.0042824.4 4.2
4.3 0.00428 2 = 1 + 0.00428 24.4 −
4.2 4.3
2 = 1 + 0.00428
24.4 − 4.2
4.3 4.2
4.3 0.00428
2 = 30.5°C Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Tabel Kenaikan Suhu Pada Pengujian Pengaturan Suhu 30°C Pengujian
Suhu Yang Ditampilkan°C
Perhitungan Kenaikan
Error ke-
Start Stop
Suhu °C
1 24.4
30.3 30.5
0.8 2
26.9 30.3
33.1 8.5
3 28.8
30.3 34.9
13.2 4
28.8 30.3
34.9 13.2
5 24.4
30.1 30.5
1.5
Rata-rata Error
7.4
Perhitungan error kenaikan suhu dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran suhu pada saat motor mati stop dengan kenaikan suhu melalui
perhitungan persamaan 2.2. Error pada pengujian pertama adalah: �
kenaikan suhu = suhu
− kenaikan suhu kenaikan suhu
x 100
= 30.5
− 30.3 30.5
x 100 = 0.8
Berdasarkan
tabel
4.4 error terbesar terjadi pada pengujian ke-5, yaitu sebesar 13.2. Error terjadi karena sensor tidak menempel pada lilitan kumparan
motor, sehingga menyebabkan terdapat selisih atau perbedaan antara pengukuran dengan perhitungan suhu yang terdapat pada lilitan kumparan motor. Rata-rata
persentase error dalam 5 kali pengujian sebesar 7,4. Jadi, rata- rata persentase keberhasilan alat pada pengujian suhu 30°C sebesar 100 - 7,4 = 92,6.
4.2.4. Pengujian Pada Pengaturan Suhu 35
°C Pengujian pada suhu 35°C dilakukan dengan cara memasukkan angka 35
melalui keypad, setelah itu menekan tombol enter. Saat suhu pada motor terukur lebih dari 35°C, maka motor akan mati. Hambatan lilitan kumparan motor tiap
phasanya diukur sebelum dan sesudah motor dihidupkan. Pengukuran hambatan diukur menggunakan Ohmmeter. Hasil pengukuran hambatan digunakan untuk
menghitung suhu yang terdapat pada lilitan kumparan motor. Pengujian ini dilakukan sebanyak 5 kali dan hasil pengujian diperlihatkan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Pengujian Pada Pengaturan Suhu 35 °C
Pengujian ke-
Start Stop
Hambatan Ω
Tampilan Tampilan
Suhu °C Suhu °C
Awal Akhir 1
2 3
1 2
3
1 28.8 29.3 29.3 33.7 35.2 34.7 4.3
4.4 2
30.3 30.8 30.8 33.4 35.2 34.7 4.3 4.4
3 23.9 24.4 24.9 34.2 35.2 34.2 4.1
4.4 4
27.3 28.0 28.2 34.5 33.0 34.7 4.2 4.4
5 27.9 28.8 28.8 34.4 33.5 34.7 4.3
4.4 Berdasarkan Tabel 4.5. pada pengujian pertama suhu terukur saat motor
dihidupkan sebesar 29.3°C, motor mati atau berhenti stop saat suhu terukur sebesar 35,2°C. Hambatan sebelum dan sesudah motor dihidupkan pada masing-
masing pengujian diperlihatkan pada tabel 4.5. Setelah motor mati, hambatan motor pada masing-masing pengujian menjadi naik.
Dengan menggunakan persamaan 2.2 kenaikan suhu pada percobaan ke-1 sebesar:
�
�
�
�
= 1 +
� 1 1 +
� 2 4.3
4.4 =
1 + 0.0042829.3 1 + 0.00428 2
4.3 4.4
1 + 0.00428 2 = 1 + 0.0042829.3 4.3
4.4 0.00428 2 = 1 + 0.00428 29.3 −
4.3 4.4
2 = 1 + 0.00428
29.3 − 4.3
4.4 4.3
4.4 0.00428
2 = 35.4°C Hasil perhitungan kenaikan suhu diperlihatkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Tabel Kenaikan Suhu Pada Pengujian Pengaturan Suhu 35°C Pengujian Suhu
Perhitungan Kenaikan
Error ke-
Start Stop Suhu °C
1 29.3 35.2 35.4
0.6 2
30.8 35.2 36.9 4.7
3 24.4 35.2 43.3
18.7 4
28.0 33.0 40.5 18.4
5 28.8 33.5 34.9
4.0
Rata-rata Error
9.3
Perhitungan error kenaikan suhu dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran suhu pada saat motor mati stop dengan kenaikan suhu melalui
perhitungan persamaan 2.2. Error pada pengujian pertama adalah: �
kenaikan suhu = suhu
− kenaikan suhu kenaikan suhu
x 100
= 35.2
− 35.4 35.4
x 100
= 0.6
Berdasarkan
tabel
4.6 error terbesar terjadi pada pengujian ke-3, yaitu sebesar 18.7. Error terjadi karena sensor tidak menempel pada lilitan kumparan
motor, sehingga menyebabkan terdapat selisih atau perbedaan antara pengukuran dengan perhitungan suhu yang terdapat pada lilitan kumparan motor. Rata-rata
persentase error dalam 5 kali pengujian sebesar 9.3. Jadi, rata- rata persentase keberhasilan alat pada pengujian suhu 35°C sebesar 100 - 9.3 = 90.7.
4.2.5. Pengujian Pada Pengaturan Suhu 40
°C Pengujian pada suhu 40°C dilakukan dengan cara memasukkan angka 40
melalui keypad, setelah itu menekan tombol enter. Saat suhu pada motor terukur mencapai lebih dari 40°C, maka motor akan mati. Hambatan lilitan kumparan
motor tiap phasanya diukur sebelum dan sesudah motor dihidupkan. Hambatan diukur mengunakan Ohmmeter. Hasil pengukuran hambatan digunakan untuk
menghitung suhu yang terdapat pada lilitan kumparan motor. Pengujian ini dilakukan sebanyak 5 kali dan hasil pegujian diperlihatkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Pengujian Pada Pengaturan Suhu 40 °C
Pengujian ke-
Start Stop
Hambatan Ω
Tampilan Tampilan
Suhu °C Suhu °C
Awal Akhir 1
2 3
1 2
3
1 31.8 32.7 32.7 38.1 40.1 38.6 4.4
4.5 2
23.9 24.4 24.9 38.2 40.1 38.6 4.2 4.5
3 31.8 32.7 32.7 38.6 40.1 39.1 4.3
4.5 4
26.6 27.2 27.4 38.1 40.3 39.2 4.2 4.5
5 27.8 28.6 28.9 38.6 40.3 39.6 4.3
4.5 Berdasarkan Tabel 4.7. pada pengujian pertama suhu terukur saat motor
dihidupkan sebesar 32.7°C, motor mati pada saat suhu terukur sebesar 40.1°C. Hambatan sebelum dan sesudah motor dihidupkan pada pengujian sebanyak 5 kali
ditunjukan pada tabel 4.7. Setelah motor mati, hambatan motor pada masing- masing pengujian mengalami kenaikan.