Penyembuhan Luka Alginat PENELAAHAN PUSTAKA

D. Penyembuhan Luka

Luka merupakan bagian kulit yang terbuka, atau potongan cedera lainnya. Luka bisa terjadi akibat terbakar, tergores, teriris, operasi, dll. Penyembuhan luka terdiri dari 4 fase, yaitu fase homeostatis, fase peradangan, fase proliferasi, dan fase maturasi Kerstein, 1997. Wound healing atau penyembuhan luka merupakan proses vang kompleks dan dinamis dengan lingkungan luka yang berubah dengan perubahan status kesehatan individu Kerstein, 1997. Karakteristik penutup luka yang baik harus mampu menghapus eksudat dan racun berlebihan, memberikan kelembaban tinggi pada luka, memungkinkan untuk terjadi pertukaran gas, menyediakan isolasi termal, melindungi dari infeksi sekunder, dan bebas dari partikel serta komponen beracun Turner, 1979. Berbagai sediaan dapat digunakan sebagai penutup luka, seperti hidrogel, hydrophilic foams, alginat, hidrokoloid, dll Turner, 1979. Penyembuhan luka lebih optimal dilakukan pada kondisi lembab, karena dapat mengurangi terjadinya dehidrasi dan kematian sel, meningkatkan angiogenesis, meningkatkan re- epitelisasi, mengurangi nyeri, menghalangi bakteri dan mengurangi resiko infeksi Coninck et al, 1996. Penutup luka yang berasal dari alginat dibuat dari natrium alginat dan kalsium alginat. Penggunaan alginat sebagai penutup luka didasarkan pada kemampuan absorbansi yang tinggi terhadap eksudat luka seperti nanah. Absorbansi yang tinggi ini berasal dari kuatnya formasi gel hidrofilik yang membatasi sekresi luka dan meminimalkan kontaminasi bakteri Boateng, Matthews, Stevens, and Eccleston, 2007

E. Alginat

Alginat merupakan polimer yang berasal dari alam. Alginat biasanya digunakan sebagai agen peningkat viskositas, pengikat, atau basis gel alginat berasal dari spesies ganggang coklat Phaeophyceae Draget et al, 2005 Penggunaan alginat yang merupakan bahan alami dalam bidang farmasi memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan polimer sintetis, yaitu dapat membentuk sistem hidrogel pada pH dan temperatur yang rendah, tidak toksik, biokompatibel, biodegradabel, lebih murah, dan tersedia dalam jumlah banyak di alam Ayala et al, 2008. Natrium alginat dapat membentuk sistem gel dengan konsentrasi diatas 10 . Preparasinya, paling stabil pada pH 4-10, apabila nilai pH dibawah 3, maka akan terbentuk endapan asam alginat. Natrium alginat untuk sediaan topikal harus diberi preservatif Draget et al, 2005 Gambar 1. Struktur monomer β-D asam manuronat dan α-L asam guluronat Draget et al, 2005 Polimer alginat disusun oleh monomer α-D asam manuronat dan -L asam guluronat. Alginat akan membentuk gel dengan adanya kation divalen seperti kalsium. Pembentukan gel disebabkan karena adanya interaksi antara kation divalen dengan anion monovalen pada alginat Rehm, 2009. Gambar 2. Bentuk interaksi ion Ca 2+ dengan monomer alginat membentuk egg-box Draget et al, 2005; Li, Fang, Vreeker, and Appelqvist, 2006 Larutan natrium alginat dapat mengalami depolimerisasi setelah mengalami proses sterilisasi dengan variasi pemanasan. Serbuk alginat yang disterilisasi dengan radiasi sinar dan gas etilendioksida juga mengalami degradasi. Berbagai metode sterilisasi dapat menurunkan viskositas dan kekuatan gel alginat Leo et al., 1990.

F. Sterilisasi