Pengertian Kesulitan Belajar Matematika

d. Faktor psikologis. Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan lambat dalam bahasa, semuanya dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik.

D. Kesulitan Belajar Matematika

1. Pengertian

Kesulitan belajar Matematika disebut juga diskalkulia dyscalculis . Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Krik disebut akalkulia acalculia Abdurrahman, 2009. Gangguan matematika adalah suatu ketidakmampuan dalam keterampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan seseorang Mulyadi, 2010. Berdasarkan uraian di atas kesulitan belajar matematika sebagai suatu ketidakmampuan seseorang dalam keterampilan matematika terhadap proses belajar sehingga hasil belajar belum dapat tercapai. 2. Karakteristik Kesulitan Belajar Matematika Menurut Lerner dalam Mulyadi 2010 ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan Konsep hubungan keruangan seperti depan-belakang, puncak- dasar, atas-bawah, tinggi-rendah, awal-akhir dan jauh dekat umumnya telah dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SD. Anak-anak telah memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi denan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan. Tetapi sayanganya, anak berkesulitan belajar sering megalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung terselenggaranya suatu situasi yang kondusif bagi terjadinya komunikasi antar mereka. Adanya kondisi ekstinsik beberapa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dan kondisi instrinsik yang diduga karena disfungsi otak dapat menyebabkan anak mengalami ganguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan atau penggaris dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4, konsep dasar tersebut adalah: 1 konsep keruangan, 2 konsep waktu, 3 konsep kuantitas, 4 konsep serbaneka. b. Abnormalitas persepsi visual Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Kesulitan semacam itu merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Anak yang mengalami keabnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing- masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu-persatu anggota tiap kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur sangkar mungkin dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya abnormalitas persepsi visual semacam itu tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai simbol. c. Asosiasi visual-motor Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya, “satu, dua, tiga, empat, lima, enam” anak mungkin baru memegang benda yang keempat tetapi telah mengucapkan “enam” atau sebaliknya. Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya. d. Perseverasi Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Anak demikian mungkin mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu, misalnya: Angka 8 diulang beberapa kali tanpa memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang dihadapi. e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual. f. Gangguan penghayatan tubuh Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan adanya gangguan penghayatan tubuh body image . Anak demikian merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. Jika anak diminta untuuk menggambarkan dengan bagian- bagian tubuh yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, tangan diletakkan di kepala, leher tidak nampak dan sebagainya. g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis. Oleh karena itu, kesulitan dalam Bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matemtika yang berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitaan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. h. Performa IQ jauh lebih rendah daripada skor Verbal IQ Hasil tes intelegensi dengan menggunakan WISC Wechler Intelligence Scale for Childern menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ Performance Intelligence Quotient yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ Verbal Intelligence Quotient . Tes intelegensi ini memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja performance . Subtes verbal mencakup: 1 informasi, 2 persamaan, 3 aritmatika, 4 pembendaharaan kata, 5 pemahaman. Subtes kinerja mencakup 1 melengkapi gambar, 2 menyusun gambar, 3 menyusun balok, 4 menyusun objek, 5 coding . Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosisasi visual-motor. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Identitas Pythagoras

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN REMEDIAL BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PEMBELAJARAN REMEDIAL BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISWA KELAS VIII SMP N 2 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 201

0 0 15

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS.

2 18 35

Diagnosis kesulitan belajar siswa kelas X MIA Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Magelang pada pokok bahasan trigonometri tahun ajaran 2016/2017.

0 4 246

Penerapan metode latihan pada materi trigonometri dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa : studi kasus siswa kelas X MIA 2 SMA NEGERI 3 Cilacap tahun ajaran 2014/2015.

0 21 252

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 20

ANALISIS FAKTOR ATAS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR EKONOMI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMA N) KELAS X IPS SEMESTER GASAL DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 0 242

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA (GEOMETRI) SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA.

0 12 263

PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP SELF RESILIENCE SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2016/2017.

1 1 133

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI STUKTUR ATOM KELAS X MIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 PONTIANAK

0 0 9

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IDENTITAS TRIGONOMETRI KELAS X-2 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA

0 1 158