sisanya”.HR. Thabrani di dalam Al-Ausath, dan Hakim. Hakim berkata, “Shahih Sanadnya
22
،ىق ِقا ةما ع ى َفََْن َلَفَاََُ ا ْبَقَ بَََِقَا َ ه َ َ اَذْا ِص ِْ َ َع َ َس
.ىْس َِقَا ْفََّلقا ىْ َِ ْقهَُ َ َ ،ْعَمّبقا
Artinya: “Dan dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba telah menikah, berarti dia telah
menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah dia bertaqwa
kepada Allah pada separo sisanya”. HR. Baihaqi
23
B. Landasan Filosofis Batasan Usia Perkawinan
Adapun ketentuan
Landasan Filosofis
Batasan Usia
Perkawinan terdapat dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 “Perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 enam belas tahun. Dan dalam BAB II
syarat- syarat perkawinan pada Pasal 6 ayat 2 “Untuk dapat
melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin kedua orang tua”.
24
Batasan usia
perkawinan yang
di jelaskan
diatas mempunyai
alasan kenapa
adanya Undang-Undang
Perkawinan 1974 Pasal 7 ayat 1 yang beralasan bahwa untuk menjaga
kesehatan suami-isteri dan keturunan perlu ditetapkan batas-batas
22
H.A. Razak dan H. Rais Lathief, Terjemah Hadis Shahih Muslim, Jakarta: Al-Husna, 1980, h., 109.
23
H.A. Razak dan H. Rais Lathief, Terjemah Hadis Shahih Muslim, Jakarta: Al-Husna, 1980, h., 109.
24
Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-undang perdata Islam dan Peraturan Pelaksanaan lainnya di Negara hukum Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004, h., 331.
umur untuk perkawinan. Dan Undang-Undang Perkawinan Pasal 6 ayat 2 beralasan bahwa oleh karena perkawinan mempunyai
maksud agar suami dan isteri dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai pula dengan hak azasi manusia,
maka perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak yang melangsungkan Perkawinan tersebut, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Ketentuan dalam pasal ini, tidak berarti mengurangi syarat-syarat perkawinan menurut ketentuan hukum perkawinan
yang sekarang
berlaku, sepanjang
tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan
dalam Undang-undang
ini sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-undang ini.
25
Dari penjelasan batasan umur Perkawinan diatas bukan peraturan dari Undang-Undang saja yang dijelaskan, alangkah
baiknya penulis memaparkan rukun dan syarat perkawinan, karena seseorang harus mengetahui apa dan bagaimana rukun syarat
perkawinan. 1.
Rukun dan Syarat Perkawinan Rukun dan Syarat perkawinan dalam Islam merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Karena kebanyakan aktifitas ibadah yang ada dalam
Agama Islam senantiasa ada yang namanya rukun dan syarat, sehingga sedikit bisa dibedakan dari pengertian keduanya
25
Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan.
yakni syarat merupakan suatu hal yang harus atau dipenuhi sebelum perbuatan dilaksanakan. Sedangkan rukun adalah hal
yang harus ada dalam suatu akad atau perbuatan. Lebih jelasnya, akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Rukun Perkawinan
Dalam Islam
perkawinan tidaklah
semata-mata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa, akan
tetapi mepunyai nilai ibadah dan dalam Kompilasi Hukum Islam
KHI Pasal
2 ditegaskan
bahwa perkawinan
merupakan akad yang sangat kuat, hal tersebut dilakukan untuk
mentaati perintah
Allah SWT,
dan dengan
melaksanakannya merupakan suatu nilai ibadah kepada Allah SWT.
26
Karena perkawinan yang syara akan ibadah dan tujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan warahmah, perlu diatur dengan syarat
dan rukun
tertentu agar
tujuan disyaratkannya
perkawiann tercapai. Dalam Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam KHI untuk melaksanakan perkawinan dalam rukun
nikah harus ada: Calon Suami,
Calon Isteri,
26
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, cet. IV Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, h., 69.
Wali Nikah, Dua Orang Saksi dan;
Ijab dan Kabul.
27
Sedangkan menurut
jumhur ulama
rukun perkawinan ada lima dan masing-masing itu memiliki
syarat-syarat tertentu.
Untuk memudahkan
pembahasan maka uraian rukun perkawinan akan disamakan dengan
uraian syarat-syarat dari rukun sendiri.
28
Adapun rukun
nikah dengan
syaratnya masing-
masing adalah sebagai berikut: 1
Calon suami, syarat-syaratnya; beragama Islam, laki- laki,
jelas orangnya,
baligh dapat
memberikan persetujuan dan tidak terdapat halangan perkawinan.
2 Calon isteri, syart-syaratnya; beragama, meskipun
Yahudi maupun Nasrani, perempuan, jelas orangnya, baligh
dapat diminta
persetujuannya dan
tidak halangan perkawinan.
3 Wali
nikah, syarat-syaratnya;
laki-laki, dewasa,
mempunyai hak perwalian dan tidak terdapat halangan perwaliannya.
27
Nuansa Aulia,
Kompilasi Hukum
Islam: Hukum
perkawinan, Hukum
Kewarisan, dan Hukum Perwakafan, cet. II, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2008, h., 5.
28
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press, 1998, h., 71.
4 Saksi nikah, syarat-syaratnya; minimal dua orang laki-
laki, hadir dalam ijab qabul, dapat mengerti maksud akad, Islam dan dewasa.
5 Ijab
qabul, syarat-syaratnya;
adanya pernyataan
mengawinkan dari wali, adanya penerimaan dari calon mempelai,
memakai kata-kata
nikah, tazwij
atau terjemahan dari kedua kata tersebut, antara ijab dan
qabul berkesinambungan, antara ijab dan qabul jelas maksudnya, orang yang terkait dengan ijab qabul tidak
sedang ihram atau haji dan majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu, calon
mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi.
Kaitannya pada bidang perkawinan adalah bahwa rukun
perkawinan merupakan
sebagian dari
hakikat perkawinan, seperti keharusan atau kewajiban ada kedua
calon mempelai baik laki-laki dan perempuan, wali, ijab- qabul serta dua orang saksi.
29
b. Syarat Perkawinan
Sedangkan dalam
memenuhi persyaratan
perkawinan, karena banyak info yang dapat mempermudah masyarakat
melangsungkan pernikahan
dan mengurus
29
Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, h., 24.
prosedur perkawinan berdasarkan hukum Islam dan aturan- aturan hukum di Indonesia.
Di masyarakat masih banyak permasalahan yang ada
timbul karena
persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan persyaratan perkawinan atau hal-hal yang berkaitan
dengan administrasinya. Adapun syarat merupakan suatu hal yang mesti
dijalani dalam perkawinan. Apabila syarat tidak dipenuhi maka bisa menimbulkan pencegahan terhadap perkawinan,
yakni keterangan terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 60 ayat 1 yaitu: Pencegahan perkawinan bertujuan
untuk menghindari suatu perkawinan yang dilarang hukum Islam dan Peraturan Perundang-Undangan. Dan pada ayat
2 yaitu: Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon
suami atau
isteri yang
akan melangsungkan
perkawinan tidak
memenuhi syarat-syarat
untuk melangsungkan
perkawinan menurut
hukum Islam
dan Peraturan Perundang-undangan.
30
Dan ada beberapa pendapat diantara para mazhab fiqh mengenai syarat sah suatu perkawinan. Pada garis
30
Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, cet. II, Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008, h., 19.
besarnya pendapat tentang syarat-syarat sahnya perkawinan ada dua:
1 Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh
laki-laki yang ingin menjadikan isterinya; 2
Aqad harus disaksikan oleh saksi.
31
Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa sebagian syarat-syarat perkawinan yakni berkaitan
atau berhubungan dengan: 1
Aqad, serta sebagian lainnya berkaitan dengan saksi.
32
2 Shigot, yaitu suatu ijab qobul, dengan syarat sebagai
berikut: Menggunakan lafaz tertentu, baik dalam lafaz
“Sharih”. Misalnya: Tazwij atau Nikah. Maupun Lafaz
“Kinayah”. Seperti: “Saya sedekahkan anak saya kepada kamu” dan sebagainya.
Ijab-qabul dilakukan di dalam satu majelis; Sighat
didengar oleh
orang-orang yang
menyaksikan; Ijab-qabul tidak berbeda maksud dan tujuan;
Lafaz sighat tidak disebutkan untuk waktu tertentu.
31
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Cet.3, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012, h., 78.
32
Ahmad Rofiq, Op, Cit, h., 69.
3 Akad, dapat diaksanakan dengan syarat apabila kedua
calon pengantin berakal, baligh, dan merdeka. 4
Saksi, harus terdiri atas dua orang. Maka tidak sah apabila akad nikah hanya disaksikan oelh satu orang
saksi. Dan syarat-syaratnya adalah Berakal, Baligh, Merdeka, Islam, Kedua orang saksi mendengar.
33
5 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan Syarat-syarat
perkawinan disebutkan
dalam Pasal 6: a
Perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua calon mempelai;
b Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang
belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin orang tua;
c Dalam hal orang tua yang telah meninggal dunia
atau dalam
keadaan tidak
mampu untuk
menyatakan kehendaknya
maka ijin
yang dimaksud ayat 2 pasal ini cukup diperoleh dari
orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya;
d Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang
disebut dalam ayat 2, 3 dan 4 pasal ini, atau
33
H. Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Cet. II, Jakarta: Kencana, 2006, h., 64.
salah seorang
atau diantara
mereka tidak
menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah
hukum tempat
tinggal orang
yang melangsungkan
perkawinan atas
permintaan orang tersebut dalam memberikan ijin setelah
lebih dahulu
mendengar orang-orang
tersebut dalam ayat dan pasal ini.
e Ketentuan tersebut ayat 1 sampai ayat 5 pasal