Praktek Perkawinan di Bawah Umur

B. Praktek Perkawinan di Bawah Umur

Perkawinan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan perkawinan sampai ajal menjemput. Oleh karena itu, dari setiap pelaksanaan perkawinan yang sudah terjadi orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang perkawinan. Peluang praktek perkawinan di bawah umur seharusnya terjadi melalu beberapa tahapan, diantaranya: 1. Tahapan Secara Legal Perkawinan di bawah umur merupakan perkawinan yang terjadi pada pasangan atau salah satu calon yang ingin kawin pada usia standar batas usia yang sudah ditetapkan oleh aturan hukum perkawinan. Perkawinan di bawah umur tidak dapat diizinkan kecuali perkawinan tersebut meminta izin kawin atau Dispensasi Kawin kepada pihak Pengadilan Agama untuk bisa disahkan perkawinannya di Kantor Urusan Agama KUA, dan sebelum mengajukan permohonan izin kawin di Pengadilan Agama terlebih dahulu kedua calon pasangan yang ingin kawin harus mendapat izin dari kedua orang tua. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada BAB II Pasal 7 disebutkan bahwasanya perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 Sembilan belas tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 enam belas tahun. 58 Berdasarkan hal yang disebutkan dalam Undang- undang diatas maka baik laki-laki atau perempuan yang masih di bawah umur diperbolehkan melangsungkan sebuah perkawinan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai prosedur Dispensasi Kawin di bawah umur pada Pengadilan Agama. Penulis menyimpulkan bahwa tahapan secara legal ini adalah tahapan yang sudah di atur oleh Negara bahwa jika ada seorang wanita yang ingin melakukan perkawinan dan wanita tersebut umurnya masih dibawah yang telah di benarkan dalam Undang-undang Perkawinan, maka langkah yang seharusnya ditempuh agar perkawinan itu terlaksana adalah Pertama, harus mendapatkan Dispensasi dari Pengadilan Agama, apabila permohonan dispensasi dari pengadilan itu sudah di dapati maka seorang wanita tersebut baru bisa mengantarkan surat dispensasi perkawinan itu ke Kantor Urusan Agama KUA. 58 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 2. Tahapan Secara Ilegal Perkawinan di bawah umur merupakan hal yang biasa ditemui di Desa Kedung Jaya. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis berhasil menemui atau mewawancarai beberapa orang pelaku perkawinan di bawah umur. Pelaku perkawinan di bawah umur melakukan perkawinannya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh peraturan. Mereka melakukan perkawinannya dengan menempuh cara memalsukan identitas KTP Kartu Tanda Penduduk dengan menambah umur yang sebenarnya belum mencapai usia yang dibenarkan oleh Undang-undang. Dari 4 pelaku perkawinan di bawah umur yang penulis teliti hampir diantara mereka perkawinannya tercatat di KUA kantor urusan agama. Hasil wawancara dengan ibu Eka Alfiani selaku pelaku di Desa Kedung Jaya perkawinan di bawah umur itu sendiri dilakukan dengan berbagai cara agar yang hendak perkawinannya dapat berlangsung, salah satunya dengan adanya penambahan umur karena menurutnya umur si pelaku belum cukup umur. 3. Perkawinan Sirri Kawin sirri berasal dari kata sirriyun yang berarti secara rahasia atau secara sembunyi-sembunyi. Jadi perkawinan sirri adalah perkawinan yang dilaksanakan secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, itu dimaksudkan bahwa perkawinan itu dilakukan semata-mata untuk menghindari berlakuknya hukum Negara yaitu Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam prakteknya perkawinan sirri ini adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang Islam di Indonesia, yang memenuhi baik rukun-rukun maupun syarat- syarat perkawinan, tetapi tidak didaftarkan atau dicatatkan pada Pegawai Pencatat Nikah seperti yang diatur dan ditentukan oleh Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. 59 Menurut A. Zuhdi, kawin sirri adalah perkaiwnan yang dilangsungkan diluar pengetahuan petugas resmi PPNKUA, karenannya perkawinan itu tidak tercatat di Kantor Urusan Agama, sehingga suami istri tersebut tidak mempunyai surat kawin yang sah. 60 Dari pemaparan tentang perkawinan sirri diatas penulis menyimpulkan bahwa perkawinan sirri adalah perkawinan yang dilakukan secara sembuny-sembunyi seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Kedung Jaya selain perkawinan di bawah umur ada juga perkawinan sirri yang mereka lakukan. 59 Ramulya Idris, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis Dari UU No. 1 Tahun 1947, Jakarta, Bumi Aksara, 1996, h. 239 60 A. Zuhdi Mudhlor, Memahami Hukum Perkawinan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, Bandung: Al-Bayan, 1994, cet. 1, h. 22 Mereka yag melakukan perkawinan di bawah umur melakukan perkawinannya dengan menempuh cara memalsukan identitas KTP Kartu Tanda Penduduk dengan menambah umur yang sebenarnya belum mencapai usia yang dibenarkan oleh Undang-undang. Ada juga mereka yang melakukan perkaiwnan sirri tidak memperdulikan apa yang diatur oleh perundang-undangan. Yang mereka tahu, mereka mensyahkan perkawinannya tidak mesti di KUA Kantor atau Ustad-Ustad yang terpenting mereka menikah.

C. Dampak Perkawinan di Bawah Umur