Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA NEGERI 5

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DAMARIS OROSA SARAGIH NIM. 121021099

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja Di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015” ini beserta seluruh isinya adalah hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas peryataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015

Yang Membuat Pernyataan


(4)

ABSTRAK

Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku seperti berfantasi, pegangan tangan, berciuman, berpelukan sampai dengan melakukan hubungan seksual. Perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar tinggi, sehingga ingin diketahui apakah peran orang tua, pengetahuan , ketaatan beragama dan paparan pornografi berhubungan dengan perilaku seks pranikah tersebut.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan bulan Januari sampai dengan Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 5 Pematangsiantar yang berjumlah 751 siswa dengan besar sampel 63 orang diambil dengan cara Simple Random Sampling. Data yang ada dianalisis menggunakan uji chi-square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan ketaatan agama (p=0,016) dan paparan pornografi (p=0,001) dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar tahun 2015.

Disarankan kepada pihak sekolah untuk melaksanakan kegiatan kerohanian secara berkala dengan menyentuh aspek iman atau believe-nya sehingga dapat meningkatkan ketahanan diri dan mencegah untuk terjadinya perilaku seks pranikah. Diharapkan kepada orang tua siswa dan pihak sekolah untuk melakukan pengawasan pada sumber-sumber informasi yang dimiliki siswa dengan melaksanakan razia di kelas pada perangkat gadget siswa secara rutin sehingga diharapkan dapat mengurangi akses siswa pada pornografi.


(5)

ABSTRACT

Sexual behavior is behavior that arises because of the sexual drive or activity to get the pleasure of the sexual organ through various behaviors such as fantasy, handrails, kissing, cuddling up to sexual intercourse. Highly premarital sexual behavior in adolescents at 5 state of senior high school in Pematangsiantar so we want to know what is the role of parents, knowledge of teenagers , religious devotion and exposure to pornography related to the premarital sexual behavior .

This type of research is an observational study with cross-sectional design. The study was conducted in Januari through June 2015. The population in this study were all students of standard X and standard XI at 5 state of senior high school in Pematangsiantar totaling 751 students with a sample size of 63 people taken by simple random sampling. Existing data were analyzed using chi-square test with 95% confidence level.

The results showed that there was a relationship of religious devotion (p=0.016) and exposure to pornography (p=0.001) with a premarital sexual behavior of teenagers at 5 state of senior high school in Pematangsiantar 2015.

Recommended to the school to carry out the spiritual activities periodically by touching aspects of his faith or believe in order to increase resilience for themselves and prevent the occurrence of premarital sexual behavior. Expected to parents and school authorities to conduct surveillance on the information sources of the students by carrying out raids in the classroom on a regular basis gadget so that students are expected to reduce student access to pornography.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar tahun 2015”.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dalam penulisan skripsi, kepada:

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembingbing Akademik.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembingbing II.

3. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah meluangkan waktu dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.

4. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi di Dapartemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara . 5. Bapak Drs. Resman Panjaitan selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota

Pematangsiantar yang telah memberikan izin penelitian di SMA Negeri 5 Pematangsiantar.

6. Bapak Drs. Helmi, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Staff yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. St. Parulian Saragih ( Alm ) dan Kasianna Ristaulina Purba selaku orang tua penulis yang banyak mendukung dalam segi moril dalam mengejar cita-cita menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat.


(7)

8. Suamiku tercinta Hotbinson Damanik, ST, MT dan puteriku tersayang Geeta Echa Caroline Damanik yang banyak memberikan dukungan materil, moril dan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat, kakak dan adik penulis yang selalu mendoakan dan memberi motivasi kepada penulis yaitu Rohani AM.Keb, Lucianna Sianturi, SKM, Julianna Nainggolan, SKM, Cinta Yolanda Sari SKM, Mannaria, Frida, Evi Am.Keb, Salmen Morahamda Saragih Amd, Efran. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat terbatasnya kemampuan dan kurangnya pegalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa FKM USU dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Syaloom

Medan , Juli 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……… ii

ABSTRAK……….. iii

ABSTRACT………... iv

KATA PENGANTAR………... . v

DAFTAR ISI ... vii

DATAR TABEL …... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan umum ... 6

1.3.2 Tujuan khusus ... 6

1.4 Hipotesis Penelitian ... 7

1.5 ... Man faat Penelitian ... 7


(9)

2.1 Remaja ... 9

2.1.1 Definisi Remaja ... 9

2.1.2 Batas Usia Remaja ... 9

2.1.3 Tahapan Remaja ... 10

2.1.4 Perkembangan Fisik Remaja ... 13

2.1.5 Perubahan Kejiwaan Pada Remaja ... 14

2.2 Perilaku ... 16

2.2.1 Pengertian Perilaku ... 16

2.2.2 Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja ... 17

2.2.3 Tahapan Perilaku Seksual ... 18

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja ... 19

2.3.1 Peran Orang Tua ... 19

2.3.2 Pengetahuan Seks Pranikah Remaja ... 19

2.3.3 Ketaatan Beragama ... 20

2.3.4 Paparan Media Pornografi ... 21

2.4 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2 Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Populasi ... 23

3.3.2 Sampel ... 23

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 25

3.3.4 Tahapan Pengambilan Sampel ... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4.1 Sumber Data ... 26

3.4.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 27

3.4.3 Instumen Penelitian ... 31

3.5 Variabel Dan Definisi Operasional ... 31

3.5.1 Variabel ... 31

3.5.2 Defenisi Operasional ... 31

3.6 Metode Pengukuran ... 32

3.6.1 Variabel Dependen ... 32

3.6.2 Variabel Independen ... 33

3.7 Metode Pengolahan Data ... 34


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1 Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 5 Pematangsiantar ... 36

4.2 Analisis Univariat ... 37

4.2.1 Peran Orang Tua ... 37

4.2.2 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah ... 39

4.2.3 Ketaatan Beragama ... 41

4.2.4 Paparan Pornografi ... 42

4.2.5 Perilaku Seks Pranikah ... 43

4.3 Analisis Bivariat ... 44

4.3.1 Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 44

4.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 45

4.3.3 Hubungan Ketaatan Beragama dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 46

4.3.4 Hubungan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 46


(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 48

5.1 Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 48

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 50

5.3 Hubungan Ketaatan Beragama dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 51

5.4 Hubungan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Peran

Orang Tua ... 27 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Pengetahuan

Remaja ... 28 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Ketaatan Beragama ... 29 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Paparan

Pornografi ... 29 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Perilaku seks

Pranikah... 30 Tabel 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin

di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang

Peran Orang Tua Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar

Tahun 2015 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Remaja Berdasarkan Peran Orang Tua

di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan

Tentang Pengetahuan Remaja di SMA Negeri 5

Pematangsiantar Tahun 2015 ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan

di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 41 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang

Ketaatan Beragama Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 41 Tabel 4.7 Distribusi Remaja Berdasarkan Ketaatan Beragama

di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang

Paparan Pornografi Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Remaja Berdasarkan Paparan Pornografi


(13)

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5

Pematangsiantar Tahun 2015 ... 43 Tabel 4.11 Distribusi Remaja Berdasarkan Perilaku Seks Pranikah

di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 44 Tabel 4.12 Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Seks

Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar

Tahun 2015 ... 44 Tabel 4.13 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seks Pranikah

Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 ... 45 Tabel 4.14 Hubungan Ketaatan Beragama dengan Perilaku Seks

Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar

Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.15 Hubungan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seks

Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian……….. 60

Lampiran 2. Surat Permohonan Survei Pendahuluan ... 96 Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari FKM USU………. 97 Lampiran 4. Surat Izin Memberikan Izin Penelitian………... 98 Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian………….. 99


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Damaris Orosa Saragih

Tempat/Tanggal Lahir : Tigarunggu / 7 Februari 1985 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Ayah : St. Parulian Saragih (Alm)

Ibu : Kasianna Purba

Anak ke : 4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara

Status : Menikah

Suami : Hotbinson Damanik, ST.MT

Anak : Geeta Echa Caroline Damanik

Alamat Rumah : Jln. Eka Surya Perumahan Grand Monaco Blok E-8 Medan Johor.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1991-1997 : SDN 091347 Tigarunggu 2. Tahun 1997-2000 : SMP Negeri 1 Purba

3. Tahun 2000-2003 : SMA Katholik Budi Murni 1 Medan 4. Tahun 2003-2006 : Akademi Kebidanan Pemda Kabanjahe 5. Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2006-2008 : Bidan VK di RS Martafriska Medan 2. Tahun 2008-2009 : Bidan PTT Kabupaten Simalungun 3. Tahun 2009- sekarang : Bidan PNS Pemko Siantar


(17)

ABSTRAK

Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku seperti berfantasi, pegangan tangan, berciuman, berpelukan sampai dengan melakukan hubungan seksual. Perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar tinggi, sehingga ingin diketahui apakah peran orang tua, pengetahuan , ketaatan beragama dan paparan pornografi berhubungan dengan perilaku seks pranikah tersebut.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan bulan Januari sampai dengan Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 5 Pematangsiantar yang berjumlah 751 siswa dengan besar sampel 63 orang diambil dengan cara Simple Random Sampling. Data yang ada dianalisis menggunakan uji chi-square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan ketaatan agama (p=0,016) dan paparan pornografi (p=0,001) dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar tahun 2015.

Disarankan kepada pihak sekolah untuk melaksanakan kegiatan kerohanian secara berkala dengan menyentuh aspek iman atau believe-nya sehingga dapat meningkatkan ketahanan diri dan mencegah untuk terjadinya perilaku seks pranikah. Diharapkan kepada orang tua siswa dan pihak sekolah untuk melakukan pengawasan pada sumber-sumber informasi yang dimiliki siswa dengan melaksanakan razia di kelas pada perangkat gadget siswa secara rutin sehingga diharapkan dapat mengurangi akses siswa pada pornografi.


(18)

ABSTRACT

Sexual behavior is behavior that arises because of the sexual drive or activity to get the pleasure of the sexual organ through various behaviors such as fantasy, handrails, kissing, cuddling up to sexual intercourse. Highly premarital sexual behavior in adolescents at 5 state of senior high school in Pematangsiantar so we want to know what is the role of parents, knowledge of teenagers , religious devotion and exposure to pornography related to the premarital sexual behavior .

This type of research is an observational study with cross-sectional design. The study was conducted in Januari through June 2015. The population in this study were all students of standard X and standard XI at 5 state of senior high school in Pematangsiantar totaling 751 students with a sample size of 63 people taken by simple random sampling. Existing data were analyzed using chi-square test with 95% confidence level.

The results showed that there was a relationship of religious devotion (p=0.016) and exposure to pornography (p=0.001) with a premarital sexual behavior of teenagers at 5 state of senior high school in Pematangsiantar 2015.

Recommended to the school to carry out the spiritual activities periodically by touching aspects of his faith or believe in order to increase resilience for themselves and prevent the occurrence of premarital sexual behavior. Expected to parents and school authorities to conduct surveillance on the information sources of the students by carrying out raids in the classroom on a regular basis gadget so that students are expected to reduce student access to pornography.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian dunia dan dijadikan isu utama dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada 11 Juli 2013. Berdasarkan data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia 10 - 24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah remaja yang besar merupakan potensi yang besar bagi kemajuan bangsa, namun jika tidak dibina dengan baik atau dibiarkan saja berkembang ke arah yang negatif dan akan menjadi beban bagi negara.

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat remaja belum memiliki kematangan mental oleh karena masih mencari identitas atau jati dirinya sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dalam lingkungan pergaulan termasuk dalam perilaku seksualnya (Sarwono, 2011).

Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku seperti berfantasi, pegangan tangan, berciuman, berpelukan


(20)

sampai dengan melakukan hubungan seksual (Kusmiran, 2013). Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa mayoritas remaja melakukan hubungan seksual pertama kali saat di bangku SMA dan pada usia sekitar 15-18 tahun.

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR), bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan data hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Hasil survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah sebanyak 2,3%.

Pernyataan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BkkbN Julianto Witjaksono yang dirilis pada tanggal 12 Agustus 2014 yang mengatakan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengalami tren peningkatan. Berdasarkan catatan lembaganya, Julianto mengatakan 46 persen remaja indonesia berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seks. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51 persen perempuan hamil adalah remaja (BkkbN,2014).

Hasil survei BkkbN 2010 menunjukkan kejadian seks pranikah di Medan merupakan peringkat kedua tertinggi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan


(21)

kejadian seks pranikah di Surabaya 54%, Medan 52%, JABOTABEK 51% dan Bandung 47%.

Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular seperti trikomoniasis, klamida, sifilis atau gonore dan HIV/ AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia.

Berdasarkan Ditjen PP & PL Kemenkes RI, secara kumulatif penderita HIV/AIDS 1 April 1987 sampai 30 September 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 150.296 jiwa dan penderita AIDS sebanyak 55.799 jiwa dimana 9.796 jiwa diantaranya mengalami kematian. Proporsi kumulatif kasus AIDS tahun 1987-2014 tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 18.352 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menderita penyakit ini dimulai masa remaja karena penyakit AIDS membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menimbulkan gejala, sedangkan jumlah kasus AIDS pada usia 15-19 tahun sebesar 1.717 jiwa.

Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, sejak 1994 hingga Mei 2014 jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS mencapai 6.151 penderita. Dari data itu, kota-kota besar diketahui masih menjadi tempat terbanyak penderita HIV/AIDS, seperti Kota Medan menduduki peringkat teratas dengan angka 3.457 penderita, lalu Deli Serdang dengan jumlah 1.031 penderita dan Siantar-Simalungun 559 penderita.

Meningkatnya minat seks pada remaja dan kurangnya pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah ditambah lagi kurangnya keterbukaan keluarga


(22)

dalam membicarakan seks menyebabkan remaja selalu mencari informasi mengenai seks. Remaja cenderung mendapat informasi tentang seksual melalui sumber yang kurang tepat dan kurang menyadari akibat dari perilaku seksual yang berisiko ini.

Berdasarkan penelitian BkkbN (2010) bahwa remaja yang melakukan hubungan seks pranikah di Medan sebesar 52%. Banyak remaja yang terjerumus dalam perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehat. Menurut Sarwono (2011), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah dibuktikan 83,7% remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya 3,6% yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga menurut Dadang (2008) yang mengatakan bahwa terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sering kali mengarah pada perilaku seksual yang tidak sehat, dan perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan oleh banyak faktor.

Hasil penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua – remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.

Pematangsiantar kota terbesar kedua di Sumatera Utara merupakan kota pendidikan yang menjadi tujuan remaja dari daerah lain khususnya dari Kabupaten Simalungun untuk dapat mengecap pendidikan di kota ini. Seiring


(23)

dengan perkembangan jaman, kota Pematangsiantar telah mengalami pergeseran nilai-nilai perilaku seksual remaja dan mengalami fenomena meningkatnya kenakalan remaja yang salah satunya adalah kenakalan perilaku seks pranikah. Hal ini ditandai dengan banyaknya ditemukan pasangan remaja dengan seragam sekolah yang berkeliaran dengan pacarnya selepas pulang sekolah bahkan tidak jarang Polisi Pamong Praja menangkap pasangan remaja dengan seragam sekolah yang berkeliaran atau nongkrong di luar area sekolah pada saat jam-jam belajar.

Salah satu bukti perilaku seksual remaja dapat dilihat dari kejadian di kota Pematangsiantar, yang terjadi pada Januari 2015 lalu ada 2 orang remaja putri masing-masing berumur 16 tahun dan 17 tahun yang ditinggal kekasihnya setelah hamil membuat pengaduan ke Polres Siantar (Harian Metro Siantar, 15 Januari 2015).

Dari hasil survei pendahuluan pada bulan Januari tahun 2015 di SMA Negeri 5 Pematangsiantar terhadap 10 orang siswa (laki-laki 4 orang dan perempuan 6 orang) ditemukan 8 orang (80%) mengatakan bahwa ciuman sudah hal yang biasa bahkan 2 orang (20%) mengaku sudah pernah melakukan petting.

Dari 8 orang yang mengatakan ciuman hal yang sudah biasa 5 orang diantaranya tidak mendapat pengawasan dari orangtua dikarenakan tidak tinggal bersama orangtua (anak kos), sedangkan 3 orang lagi tinggal bersama orangtua tetapi mereka mengaku kurang mendapat perhatian dari orangtua dikarenakan kesibukan orangtuanya. Dua orang yang sudah melakukan petting, salah satunya mengaku orangtuanya sudah bercerai dan terinspirasi melakukan hal itu karena sering


(24)

menonton video porno dari handphone sedangkan yang satu lagi mengaku melakukan petting karena dirayu pacarnya. Pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah pada umumnya baik (80%), hanya 20% yang tidak mengetahui dampak buruk dari perilaku seks pranikah, sementara untuk ketaatan beragama hanya 40 % remaja mengaku rajin mengikuti kegiatan keagamaan.

Berdasarkan indikasi buruknya perilaku seks pranikah di sekolah ini dan banyaknya faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja, maka penting diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar, diantaranya peran orangtua, pengetahuan seks pranikah, ketaatan beragama dan paparan media pornografi

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015.


(25)

1. Untuk mengetahui hubungan peran orangtua terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan seks pranikah terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 3. Untuk mengetahui hubungan ketaatan beragama terhadap perilaku

seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar.

4. Untuk mengetahui hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 1.4 Hipotesis Penelitian

Dari kajian teoritis dinyatakan bahwa perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematang siantar tidak terlepas dari faktor peran orangtua, pengetahuan seks pranikah, ketaatan beragama dan paparan media pornografi. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa faktor yang dikemukakan di atas berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematang siantar. Maka penulis merumuskan hipotesis:

1. Ada hubungan peran orangtua dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematang siantar.

2. Ada hubungan antara pengetahuan seks pranikah dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar.

3. Ada hubungan antara ketaatan beragama dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar.

4. Ada hubungan antara paparan media pornogafi dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar.


(26)

1.5 Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru SMA Negeri 5 Pematangsiantar dalam memberikan pendidikan kesehatan pada siswa tentang bahaya perilaku seks pranikah.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dan Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar dalam upaya membuat kebijakan penanganan masalah seksual remaja.

3. Sebagai bahan masukan bagi siswa dalam pencegahan perilaku seksual yang tidak sehat, seks pranikah, kehamilan yang tidak diinginkan dan mencegah terjadinya aborsi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Defenisi Remaja

Remaja dan ilmu Psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti pubertied, adolescence dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin “ adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. (Kumalasari, 2013).

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi. Sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan- perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Kumalasari, 2013).

Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar (Kumalasari, 2013)


(28)

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai budaya setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang disarankan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari masalah ini, WHO menetapkan batas usia 10 – 20 tahun sebagai batasan usia remaja dan membagi umur kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja awal usia 10 – 14 tahun dan usia akhir 15 – 20 tahun, dengan demikian dari segi program pelayanan defenisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah 10 – 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BkkbN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 – 21 tahun (BkkbN, 2006). Sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan usia 15 – 24 tahun sebagai usia remaja( youth).

2.1.3 Tahapan Remaja

Depkes RI (2007) mengelompokkan tahapan remaja menjadi 3 (tiga) dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Remaja Awal (10-13 tahun)

a. Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness).

b. Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau agresif.

c. Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain- lain.


(29)

d. Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

e. Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode sebayanya.

f. Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya geng/ kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.

g. Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangannya sendiri dengan membandingkann segala sesuatunya sebagai buruk/ hitam atau baik/ putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi.

2) Remaja Pertengahan (14 – 16 tahun)

a. Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

b. Belajar berpikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.

c. Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak pada gaya baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah- ubah.

d. Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko yang berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.

e. Tidak lagi terfokus pada diri sendiri yang berdampak pada lebih bersosialisasi dan tidak pemalu.


(30)

f. Membangun nilai, norma dam moralitas yang berdampak pada mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

g. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas yang berdampak pada ingin banyak memghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman- teman.

h. Mulai membina hubungan dengan lawan jenis yang berdampak pada berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

i. Mampu berpikir secara abstrak mulai berhipotesa yang berdampak pada mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Remaja Akhir (17- 19 tahun)

a. Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama.

b. Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar stress keluarga yang berdampak pada mulai belajar mengatasi, dihadapi dan sulit berkumpul dengan keluarga.

c. Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional yang berdampak pada kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri sendiri.

d. Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

e. Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.


(31)

f. Hampir siap menjadi orang dewasa yang berdampak mulai ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

2.1.4 Perkembangan Fisik Remaja

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut.

a. Ciri-ciri seks primer

Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes RI, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:

1. Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.

2. Remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.


(32)

Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :

1. Remaja laki-laki

a) Bahu melebar, pinggul menyempit.

b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki .

c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal. d) Produksi keringat menjadi lebih banyak. 2. Remaja perempuan

a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.

d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. 2.1.5 Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja


(33)

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah sebagai berikut:

1. Perubahan emosi

a. Sensitif: Perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dengan lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat sensitif, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri terlebih sebelum menstruasi. b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan dari luar yang memengaruhinya, sering bersikap rasional, mudah tersinggung sehingga mudah terjadi perkelahian/ tawuran pada laki-laki, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir dahulu.

c. Ada kecenderungan tidak patuh kepada orang tua dan lebih senang pergi bersama temannya daripada tinggal dirumah. 2. Perkembangan Intelegensi

a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.

b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Perilaku ingin coba- coba merupakan hal penting bagi kesehatan reproduksi remaja. Beberapa permasalahan prioritas terkait perilaku remaja yaitu mencoba hal baru


(34)

a. Kehamilan yang tidak dikehendaki akan menjurus pada aborsi tidak aman dan komplikasinya.

b. Kehamilan dan persalinan usia muda akan menambahkan risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi (2-4 kali lebih tinggi dari masa usia subur).

c. Penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. d. Ketergantungan Narkotik,Psikotropika dan Zat Adiktif.

e. Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersil. (Hurlock,2004:196-199). 2.2 Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Green. L, 2000).

Menurut Skinner (2001) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skinner membedakan perilaku menjadi dua:


(35)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Repon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).

2.2.2 Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah


(36)

laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2008).

Perilaku seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan oleh remaja sebelum menikah, yang dapat berakibat kehilangan keperawanan/keperjakaan, tertular dan menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), aborsi atau terpaksa dikawinkan (Depkes, 2007).

2.2.3 Tahapan Perilaku Seksual

Menurut Masland (2004), bentuk tingkah laku seks bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse.

Tahap perilaku seks ini meliputi :

a. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti dibibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka.


(37)

Berciuman di sekitar leher bawah. Necking merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.

c. Petting

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik dari dalam atau di luar pakaian.

d. Intercourse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita dengan alat kelamin pria masuk ke dalam alat kelamin wanita untuk mendapatkan kepuasan seksual.

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja

2.3.1 Peran Orangtua

Penelitian yang dilakukan Monks, dkk (2002) diperoleh hasil bahwa remaja yang tinggal bersama orangtuanya, memperlihatkan komunikasi antara orang tua dan remaja yang baik, ini membuat remaja mempunyai perilaku seksual


(38)

yang rendah. Komunikasi yang baik menunjukkan peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi, dan terdapat kemungkinan bahwa remaja akan menghindari seks pranikah.

Menurut Efendy (2000), peran orangtua dalam mendidik anaknya sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian anak. Saluran komunikasi yang baik antara orangtua dan anaknya dapat menciptakan suasana saling memahami terhadap berbagai jenis masalah keluarga, terutama tentang problematika remaja, sehingga kondisi ini akan berpengaruh terhadap sikap maupun perilaku yang akan dibawakan anak sesuai dengan nilai yang ditanamkan orangtua.

2.3.2 Pengetahuan Seks Pranikah Remaja

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan seksual pranikah remaja terdiri dari pemahaman tentang seksualitas yang dilakukan sebelum menikah yang terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor yang mendorong seksual pranikah (Sarwono, 2006). Pengetahuan remaja yang kurang mengetahui tentang perilaku seks pranikah, maka sangat mungkin membuat mereka salah dalam bersikap dan kemudian mempunyai perilaku terhadap seksualitas.


(39)

Masyarakat masih sangat mempercayai pada mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama, kurangnya sumber informasi dari sumber yang benar (Soetjiningsih, 2007).

2.3.3 Ketaatan Beragama

Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama. Keluarga juga dapat menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Audisti dan Ritandiyono (2008) dalam Susilawaty (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas terhadap perilaku seks pranikah. Hal ini berarti semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku seks bebasnya, dan sebaliknya semakin rendah religiusitasnya maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya.

Seseorang yang memiliki tingkat religiusitas rendah yang tidak menghayati agamanya dengan baik sehingga dapat saja perilaku seksualnya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Orang seperti ini memiliki religiusitas yang rapuh sehingga dengan mudah dapat ditembus oleh daya atau kekuatan yang ada pada wilayah seksual.


(40)

Menurut Sudarman (2008), media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga istilah pers. Secara psikologis, massa adalah orang yang memiliki perhatian terhadap sesuatu hal yang sama, misalnya massanya majalah gadis adalah remaja puteri. Media massa terdiri dari dua jenis yaitu media cetak dan media elektronik.

Efek media massa dapat mengubah perilaku nyata pada individu atau khalayak. Larson Otto Nathan dalam Wiryanto (2004) membagi efek perilaku nyata menjadi dua yaitu: efek yang menggerakkan dan menonaktifkan perilaku nyata, berikut ini penjelasan lebih lanjutnya:

1. Efek yang menggerakkan perilaku nyata merujuk pada khalayak yang mengerjakan sesuatu sebagai konsekuensi dari penerimaan pesan-pesan di media massa.

2. Efek penonaktifan merujuk kepada sikap yang dimiliki, sebaliknya khalayak melakukan sesuatu bukan sebagai konsekuensi dari penerimaan pesan-pesan media massa (Wiryanto, 2004)

Di berbagai media massa, ternyata para remaja menemukan informasi, barangkali jauh melebihi apa yang mereka harapkan. Karena ternyata media massa telah berkembang, tidak saja jumlahnya tetapi berkembang kearah cara penyampaian informasi yang sangat permisif. Jenis pilihan dan alternatif informasi seperti inilah yang tersedia bagi remaja tatkala mereka mengakses media massa, khususnya internet. Orang lain tidak bisa membatasi apalagi


(41)

mengontrol para remaja untuk hanya melihat, membaca dan mengakses informasi yang baik-baik saja (BkkbN, 2010).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pemaparan materi pornografi melalui media massa, termasuk dalam lingkungan diluar individu akan terjadi interaksi komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebuah proses komunikasi antara individu dengan media massa tentunya akan menimbulkan efek-efek tertentu khususnya terhadap perilaku individu tersebut.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen 1. Peran orangtua

2. Pengetahuan seks pranikah 3. Ketaatan beragama

4. Paparan media pornografi

Perilaku seks

pranikah


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

cross-sectional yaitu penelitian terhadap variabel-variabel yang termasuk faktor independen dan dependen diteliti sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang tua, pengetahuan, ketaatan beragama dan paparan pornografi remaja dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X dan XI SMA Negeri 5 Pematang Siantar.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan bulan Januari - Juni 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi


(43)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 5 Pematangsiantar yang berjumlah 751 siswa, yang terdiri dari kelas X sebanyak 437 siswa dan kelas XI sebanyak 314 siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil diseluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam anggota populasi. Seluruh anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (sejenis), cara pengambilan sampel bisa dilakukan dengan pengembalian atau tanpa pengembalian., pengambilannya dapat dilakukan dengan Tabel acak, merupakan suatu daftar yang memuat angka-angka 0-9 yang frekuensi kemunculan masing-masing angka sama.

Besar sampel digunakan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis satu proporsi dari Lemeshow (1997) sebagai berikut :

Keterangan:


(44)

Z(1 – α/2) : Deviat baku alpa untuk α = 0,05 Zα = 1,96

Z(1-β) : Deviat baku beta untuk β = 0,10 Zβ = 1,282

P0 : Proporsi remaja yang sudah melakukan hubungan seks pranikah di Medan berdasarkan data BKkbN tahun 2010 sebesar (0,52).

Pa : Perkiraan proporsi remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah sebesar (0,32).

Pa – P0 : Selisih proporsi sebesar 0,2 (yang ditetapkan peneliti).

Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh besar sampel sebagai berikut:

{1,96 + 1,282 }2

n =

(0,2)2 {0,979 + 0,598}2

n =

0,04

n = 62,19


(45)

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah

ProbabilitySampling dengan menggunakan Simple Random Sampling.

3.3.4 Tahapan Pengambilan Sampel

Tahapan penarikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jumlah popolasi yang akan diteliti. 2. Menentukan jumlah sampel yang diinginkan.

3. Memberikan nomor urut pada semua satuan sampel.

4. Menggunakan tabel acak untuk memilih individu sampel yang akan digunakan untuk mewakili populasinya.

Prosedur penggunaan tabel acak adalah sebagai berikut :

1. Menentukan titik awal dan angka terpilih pada tabel angka random. Penentuan titik awal dilakukan dengan cara menjatuhkan pensil yang runcing dengan mata tertutup (blind stab) atau menusuk dengan mata tertutup. Ujung pensil akan menunjuk suatu titik awal pada tabel acak. 2. Salin angka-angka yang terambil dari tabel acak, lihat hanya angka digit

yang tepat yang dipilih. Jika popolasi 751 maka hanya 3 digit dari akhir saja yang dipilih.

3. Jika angka dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual dalam populasi menjadi individu dalam sampel. Sebagai contoh, jika populasi


(46)

berjumlah 751, maka angka terpilih 565 masuk sebagai individu sampel. Sebaliknya jika populasi hanya 500, maka angka terpilih 565 tidak termasuk sebagai individu sampel.

4. Menggerakan penunjuk dalam kolom atau angka lain.

5. Mengulangi langkah nomor 4 sampai jumlah sampel yang diinginkan tercapai.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari responden berupa peran orangtua, pengetahuan seks pranikah, pemahaman tingkat agama dan paparan media pornogarfi dengan mengisi kuesioner yang dilakukan dengan teknik angket.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari sekolah berupa gambaran umum sekolah SMA N 5 Pematangsiantar, jumlah kelas dan jumlah siswa, studi pustaka dan internet.


(47)

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel. (Nugroho, 2005). Uji coba validitas instrument penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Perumnas Batu VI Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun dengan jumlah responden sebanyak 30 orang siswa.

Validitas butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai Corrected Item-Total Correlation. Butir pertanyaan dinyatakan valid juka nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel (0.361) pada signifikan 0,05, dan df = 30-2= 28.

Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya. Reliabilitas dilihat dari nilai Alpha Cronbach, jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 maka butir soal dinyatakan reliabel atau handal, dan jika nilai

Alpha Cronbach < 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel (Hastono, 2007).

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Peranan Orangtua Variabel Corrected item- total

correlation

Alpha Cronbach

Penilaian

POT1 0.762 0,928 Valid

POT2 0.817 Valid

POT3 0.736 Valid

POT4 0.663 Valid

POT5 0.746 Valid

POT6 0.707 Valid

POT7 0.795 Valid

POT8 0.630 Valid

POT9 0.687 Valid


(48)

Tabel diatas merupakan hasil uji validitas dan reabilitas untuk variabel peranan orangtua. Seluruh pertanyaan yang digunakan dalam variabel ini memiliki nilai validitas yang lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Sedangkan nilai reabilitas dari variabel peranan orangtua sebesar 0,928. Nilai ini lebih besar dari 0,6 yang menjadi batasan minimum reabilitas. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel peranan orangtua telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Pengetahuan Seks Pranikah

Variabel Corrected item- total correlation

Alpha Cronbach

Penilaian

P1 0.714 0,952 Valid

P2 0.786 Valid

P3 0.627 Valid

P4 0.673 Valid

P5 0.687 Valid

P6 0.692 Valid

P7 0.714 Valid

P8 0.788 Valid

P9 0.632 Valid

P10 0.844 Valid

P11 0.673 Valid

P12 0.733 Valid

P13 0.832 Valid

P14 0.730 Valid

P15 0.896 Valid

Tabel diatas merupakan hasil uji validitas dan reabilitas untuk variabel pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah. Seluruh pertanyaan yang


(49)

digunakan dalam variabel ini memiliki nilai validitas yang lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Sedangkan nilai reabilitas dari variabel pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah sebesar 0,952. Nilai ini lebih besar dari 0,6 yang menjadi batasan minimum reabilitas. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Ketaatan Beragama Variabel Corrected item- total

correlation

Alpha Cronbach

Penilaian

KB1 0.545 0,771 Valid

KB2 0.617 Valid

KB3 0.617 Valid

KB4 0.515 Valid

Tabel diatas merupakan hasil uji validitas dan reabilitas untuk variabel ketaatan beragama. Seluruh pertanyaan yang digunakan dalam variabel ini memiliki nilai validitas yang lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Sedangkan nilai dari variabel pemahaman agama sebesar 0,771. Nilai ini lebih besar dari 0,6 yang menjadi batasan minimum reabilitas. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel pemahaman agama telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Paparan Media Pornografi

Variabel Corrected item- total correlation

Alpha Cronbach

Penilaian


(50)

PP2 0.736 Valid

PP3 0.744 Valid

PP4 0.471 Valid

Tabel diatas merupakan hasil uji validitas dan reabilitas untuk variabel paparan media pornografi. Seluruh pertanyaan yang digunakan dalam variabel ini memiliki nilai validitas yang lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Sedangkan nilai dari reabilitas variabel paparan media pornografi sebesar 0,804. Nilai ini lebih besar dari 0,6 yang menjadi batasan minimum reabilitas. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel paparan media pornografi telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Periaku Seks Pranikah Variabel Corrected item- total

correlation

Alpha Cronbach

Penilaian

PSP1 0.556 0,864 Valid

PSP2 0.505 Valid

PSP3 0.444 Valid

PSP4 0.729 Valid

PSP5 0.729 Valid

PSP6 0.659 Valid

PSP7 0.603 Valid

PSP8 0.682 Valid

PSP9 0.580 Valid

PSP10 0.438 Valid

PSP11 0.419 Valid

Tabel diatas merupakan hasil uji validitas dan reabilitas untuk variabel perilaku seks pranikah. Seluruh pertanyaan yang digunakan dalam variabel ini memiliki nilai validitas yang lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid.


(51)

Sedangkan nilai reabilitas dari variabel perilaku seks pranikah sebesar 0,864. Nilai ini lebih besar dari 0,6 yang menjadi batasan minimum reabilitas. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel perilaku seks pranikah telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

3.4.3 Instumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

1. Variabel bebas atau independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel yang dipengaruhi (Sugiyono, 2005), yaitu faktor peran orangtua, pengetahuan seks pranikah remaja, kataatan beragama dan paparan media pornografi.

2. Variabel teriakat atau dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2005), dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah perilaku seks pranikah.


(52)

1. Perilaku seks pranikah yaitu aktivitas seks yang dilakukan remaja sebelum menikah meliputi: pergi berkencan, berpegangan tangan, berciuman pipi dan kening, berpelukan, onani/masturbasi, berciuman bibir/mulut sampai melibatkan lidah, saling menggesekkan atau menempelkan alat kelamin, meraba/diraba payudara, menempelkan alat kelamin, meraba alat kelamin, oral seks dan berhubungan seks. 2. Peran orangtua adalah usaha orangtua yang dilakukan dalam hal

mengasuh anak berupa komunikasi, kontrol, perhatian, waktu, dll yang berdampak terhadap perilaku seks pranikah anak.

3. Pengetahuan seks pranikah adalah kemampuan remaja dalam memahami tentang perilaku seks pranikah dan dampak seks pranikah.

4. Ketaatan beragama adalah kepatuhan melakukan ibadah dan aturan-aturan agamanya.

5. Paparan media pornografi adalah sumber remaja memperoleh informasi tentang perilaku seks pranikah yang didapat dari media cetak dan media elektronik.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Dependen (Perilaku Seks Pranikah)

Untuk mengukur perilaku seks pranikah dengan menanyakan 11 buah pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Perilaku seks pranikah, perilaku seks ringan terdiri atas aktifitas ngobrol berdua, jalan-jalan berdua keluar rumah, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman pipi/kening. Perilaku seks berat terdiri atas berciuman bibir/mulut, mencium/dicium payudara,


(53)

menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif (payudara dan alat kelamin), saling menempelkan alat kelamin, seks oral sampai seks vaginal. Kemudian dikategorikan atas:

1 = Ringan, jika responden menjawab “Tidak” pada seluruh pertanyaan nomor 6 - 11

2 = Berat, jika responden menjawab “Ya” pada satu atau lebih pertanyaan nomor 6 – 11`

3.6.2 Variabel Independen 1. Peranan orangtua

Untuk mengukur peranan orangtua dengan menanyakan 10 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Total skor maksimal adalah 10 dan skor minimal adalah 0. Kemudian dikategorikan sebagai berikut:

1 = Baik, jika responden memperoleh skor 8 – 10 ( > 75%) 2 = Buruk, jika responden memperoleh skor 0 – 7 (< 75%) 2. Pengetahuan seks pranikah

Untuk mengukur variabel pengetahuan seks pranikah dengan menanyakan 15 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban “benar” dan “salah”. Untuk jawaban “benar” diberi skor 1 dan jawaban “salah” diberi skor 0. Total skor maksimal adalah 15 dan skor ninimal adalah 0. Kemudian dikategorikan sebagai berikut:


(54)

2 = Buruk, jika responden memperoleh skor 0 – 11 (< 75%). 3. Ketaatan beragama

Untuk mengukur variabel ketaatan beragama dengan menanyakan 4 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban “Ya” diberi skor 1 dan jawaban “Tidak” diberi skor 0. Total skor maksimal adalah 4 dan skor minimal adalah 0. Kemudian dikategorikan sebagai berikut:

1 = Taat, jika responden memperoleh skor 3 – 4 ( > 75%) 2 = Tidak taat, jika responden memperoleh skor 0 – 2 (< 75%) 4. Paparan media pornografi

Untuk mengukur variabel paparan media pornografi dengan menanyakan 4 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Variabel paparan media pornografi dikategorikan sebagai berikut:

1 = Tidak terpapar, jika responden menjawab “tidak” pada seluruh pertanyaan.

2 = Terpapar, jika responden menjawab “Ya” pada satu atau lebih pertanyaan.

3.7 Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah (editing, coding, entry , dan cleaning data).


(55)

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. Apabila terdapat data yang kurang lengkap dapat langsung diperbaiki di tempat pengumpulan data.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode (khususnya yang berbentuk angka/bilangan) untuk memudahkan proses pengolahan data.

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer apabila data sudah benar dan telah melewati editing dan coding. 4. Cleaning, yaitu membersihkan data dari kesalahan apabila ada dengan

melihat missing data, variasi data dan konsistensi data. 3.8 Analisis Data

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase. Adapun analisis data yang disajikan sebagai berikut adalah :

1. Analisis univariat

Untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel dependen dan variabel independen yang diteliti yaitu dengan melihat distribusi dan proporsinya.

2. Analisis bivariat

Untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji kai kuadrat ( chi-square test) yaitu dengan derajat kepercayaan kepercayaan 95 %, α = 0,05.


(56)

a) Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

b) Ha diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 5 Pematangsiantar

Lokasi penelitian berada di sekolah SMA Negeri 5 Pematangsiantar, jalan Medan Km 6,8 Kelurahan Tanjung Tongah Kecamatan Siantar Martoba dengan nomor statistik 301076360520. SMA Negeri 5 Pematangsiantar berdiri pada tanggal 13 April 2009.

Adapun kelas yang ada di SMA Negeri 5 Pematangsiantar dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

No. Kelas

Jumlah Siswa (orang) Jumlah Responden (orang) Agama Responden (orang)

Lk Pr Lk Pr Kristen Islam

1 X1 X2 X3 X4 X5 18 19 19 20 19 24 26 27 26 26 2 - 1 3 - 3 2 1 2 2 4 2 2 3 2 1 - - 2 -


(58)

X6 X7 X8 X9 X10 19 20 20 19 18 28 23 23 25 18 2 2 1 2 2 1 2 4 2 - 3 3 2 2 2 - 1 3 2 - 2 XI IPA1

XI IPA2 XI IPA3 XI IPA4 XI IPA5 XI IPS1 XI IPS2 XI IPS3 XI IPS4 12 13 11 9 12 15 11 12 13 23 24 21 25 23 21 25 23 21 1 1 2 1 3 1 2 - 1 4 2 2 - 2 1 1 2 3 4 3 3 1 4 2 2 1 3 1 - 1 - 1 - 1 1 1

3 XII 96 143 - - - -

Jumlah 395 595 27 36 48 15

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari jumlah siswa 990 orang dipilih sampel dengan tabel acak sebesar 63 orang dengan jumlah laki-laki 27 orang dan perempuan 48 orang, yang beragama Kristen sebanyak 38 orang dan beragama Islam sebanyak 15 orang dengan umur antara 16 – 18 tahun.


(59)

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi peran orantua, pengetahuan seks pranikah, ketaatan beragama, paparan media pornografi dan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:

4.2.1 Peran Orangtua

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Peran Orang tua Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

No. Item Jawaban Ya Tidak

f % f %

1 Saat ini tinggal bersama dengan kedua orangtua.

49 77,8 14 22,2

2 Orangtua selalu tanggap ketika anda menghadapi masalah.

54 85,7 9 14,3

3 Orangtua memberitahukan dampak seks pranikah kepada anda.

46 73,0 17 27,0

4 Orangtua pernah memberikan pengertian kepada anda untuk tidak berpacaran saat masih sekolah.

62 98,4 1 1,6

5 Menginap di rumah teman harus dengan persetujuan orangtua terlebih dahulu.

44 69,8 19 30,2

6 Selain kegiatan sekolah harus dengan persetujuan orangtua.

59 93,7 4 6,3

7 Kedua orangtua selalu mempunyai waktu berkumpul bersama dengan anda.

58 92,1 5 7,9

8 Orangtua selektif dalam menentukan teman bergaul anda.

41 65,1 22 34,9

9 Orangtua memberikan penjelasan kepada anda tentang efek dari menonton film yang berbau pornografi.


(60)

10 Orangtua mengetahui dengan siapa saja anda bergaul.

46 73,0 17 27,0

Hasil penelitian pada distribusi jawaban remaja mengenai peran orangtua yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebesar 22,2% remaja tidak tinggal bersama dengan kedua orangtua seperti tinggal bersama nenek sebesar (3,2%), tante (4,7%) dan ada yang tinggal di kos (14,3%). Sebesar 27,0% remaja menyebutkan bahwa orangtua mereka tidak pernah memberitahukan dampak seks pranikah, sebesar 30,2% remaja tidak perlu persetujuan orangtua jika ingin menginap di rumah temannya, sebesar 34,9% orangtua tidak peduli dengan teman-teman anak mereka dengan tidak membatasi dengan siapa mereka harus berteman atau tidak berteman, sebesar 27,0% orangtua tidak peduli dengan anaknya dengan tidak pernah memberikan penjelasan kepada anaknya mengenai efek dari menonton film yang berbau pornografi dan sebesar 27,0% orangtua remaja tidak tahu dengan siapa anak mereka bergaul.

Tabel 4.3 Distribusi Remaja Berdasarkan Peran Orangtua di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Peran Orangtua f %

Baik 44 69,8

Buruk 19 30,2

Jumlah 63 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas orangtua memiliki peran yang baik dalam hal mengasuh anak yaitu sebesar 69,8% dan 30,2% orangtua memiliki peran yang buruk dalam hal mengasuh anak.


(61)

4.2.2 Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pranikah

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Pengetahuan Seks Pranikah di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

No. Item Jawaban Benar Salah

f % f %

1 Ciri-ciri seks pada remaja laki-laki adalah mimpi basah, pinggul menyempit, pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki.

61 96,8 2 3,2

2 Ciri-ciri seks pada remaja perempuan adalah mengalami menstruasi.

59 93,7 4 6,3

3 Menstruasi merupakan tanda jika seorang wanita sudah bisa hamil jika melakukan hubungan seksual.

48 76,2 15 23,8

4 Perkembangan fisik organ seksual laki-laki maupun perempuan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan.

46 73,0 17 27,0

5 Perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap perilaku seksual.

61 96,8 2 3,2

6 Fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang daripada remaja laki-laki.

55 87,3 8 12,7

7 Remaja laki-laki cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif, terbuka, gigih, terang-terangan, serta lebih sulit menahan diri dibandingkan perempuan.

48 76,2 15 23,8


(62)

laku yang didorong hasrat seksual, baik yang dilakukan sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis.

9 Masturbasi (onani) adalah salah satu perilaku seksual pranikah.

47 74,6 16 25,4

10 Petting adalah perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif baik dari dalam maupun dari luar pakaian.

41 65,1 22 34,9

11 Melakukan hubungan seks walaupun hanya sekali dapat menyebabkan kehamilan.

26 41,3 37 58,7

12 Dampak psikologi dari perilaku seks pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

21 33,3 42 66,7

Tabel 4.4 Lanjutan

No. Item Jawaban Benar Salah

f % f %

13 Kehamilan tidak diinginkan dan aborsi merupakan dampak sosial perilaku seks pranikah.

28 44,4 35 55,6

14 PMS dan HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit akibat dari perilaku seks pranikah.

45 71,4 18 28,6

15 Berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom dapat tertular infeksi menular seksual dan HIV/AIDS.


(63)

Hasil penelitian pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebesar 27,0% remaja tidak tahu bahwa perkembangan fisik organ seksual laki-laki maupun perempuan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan, sebesar 30,2% remaja tidak tahu bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual, baik yang dilakukan sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis, sebesar 34,9% remaja juga tidak mengetahui bahwa petting adalah perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif baik dari dalam maupun dari luar pakaian, sebesar 58,7% remaja tidak tahu bahwa melakukan hubungan seks walaupun hanya sekali dapat menyebabkan kehamilan.

Sebesar 66,7% remaja tidak tahu bahwa dampak psikologi dari perilaku seks pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa dan sebesar 55,6% remaja juga tidak tahu bahwa kehamilan tidak diinginkan dan aborsi merupakan dampak sosial perilaku seks pranikah.

Tabel 4.5 Distribusi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Seks Pranikah di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Pengetahuan tentang seks

pranikah f %

Baik 30 47,6

Buruk 33 52,4


(64)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas remaja memiliki tingkat pengetahuan buruk tentang seks pranikah yaitu sebesar 52,4% dan 47,6% remaja memiliki tingkat pengetahuan baik tentang seks pranikah. 4.2.3 Ketaatan Beragama

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Ketaatan Beragama Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

No. Item Jawaban Ya Tidak

f % f %

1 Melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

26 41,3 37 58,6

2 Selalu hadir dan mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah.

43 68,3 20 31,7

3 Mengikuti kegiatan keagamaan selain di sekolah.

52 82,5 11 17,5

4 Pernah mengikuti kegiatan keagamaan dalam 6 bulan terakhir.

61 96,8 2 3,2

Hasil penelitian pada distribusi jawaban remaja mengenai ketaatan beragama pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebesar 58,6% remaja tidak melaksanakan ibadah yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa seperti melaksanakan sholat 5 waktu dan pengajian pada remaja Muslim dan melaksanakan kebaktian pada remaja Nasrani. Kemudian sebesar 31,7% remaja tidak selalu hadir dan mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah.

Tabel 4.7 Distribusi Remaja Berdasarkan Ketaatan Beragama di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015


(65)

Taat 30 47,6

Tidak taat 33 52,4

Jumlah 63 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas remaja tidak taat beragama yaitu sebesar 52,4% dan sebesar 47,6% remaja yang taat dalam beragama.

4.2.4 Paparan Media Pornografi

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Paparan Media Pornografi Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

No. Item Jawaban Ya Tidak

f % f %

1 Pernah menggunakan media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hubungan seksual.

37 58,7 26 41,3

2 Pernah menonton VCD/video pornografi. 28 44,4 35 55,6 3 Pernah membaca majalah/buku pornografi. 15 23,8 48 76,2 4 Pernah mengakses video/materi pornografi

di internet.

24 38,1 39 61,9

Hasil penelitian pada Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa sebesar 58,7% remaja pernah menggunakan media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hubungan seksual, sebesar 44,4% remaja pernah menonton VCD/video pornografi, sebesar 23,8% remaja pernah membaca majalah/buku pornografi dan sebesar 38,1% remaja pernah mengakses video/materi pornografi di internet.


(66)

Tabel 4.9 Distribusi Remaja Berdasarkan Paparan Media Pornografi di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Paparan Media Pornografi f %

Tidak terpapar 26 41,3

Terpapar 37 58,7

Jumlah 63 100,0

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas remaja telah terpapar pornografi yaitu sebesar 58,7% dan sebesar 41,3% remaja tidak terpapar pornografi.

4.2.5 Perilaku Seks Pranikah

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

No. Item Jawaban Ya Tidak

f % f %

1 Ngobrol berdua. 63 100,0 - -

2 Jalan-jalan berdua keluar rumah. 53 84,1 10 15,9

3 Berpegangan tangan. 49 77,8 14 22,2

4 Berpelukan. 37 58,7 26 41,3

5 Berciuman pipi. 37 58,7 26 41,3

6 Berciuman bibir/mulut. 31 49,2 32 50,8

7 Mencium/dicium payudara. 14 22,2 49 77,8

8 Menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif (sekitar alat kelamin, payudara).

14 22,2 49 77,8

9 Saling menempelkan alat kelamin. - - 63 100,0

10 Seks oral. - - 63 100,0

11 Seks vaginal. - - 63 100,0

Hasil penelitian pada Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa sebesar 100,0% remaja pernah ngobrol berdua, sebesar 84,1% remaja pernah jalan-jalan


(67)

berdua keluar rumah, sebesar 77,8% remaja pernah berpegangan tangan, sebesar 58,7% remaja pernah berpelukan, sebesar 58,7% remaja pernah berciuman pipi.

Sebesar 49,2% remaja pernah berciuman bibir/mulut, sebesar 22,2% remaja pernah mencium/dicium payudara dan sebesar 22,2% remaja pernah melakukan petting yaitu menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif (sekitar alat kelamin, payudara).

Tabel 4.11 Distribusi Remaja Berdasarkan Perilaku Seks Pranikah di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Perilaku Seks Pranikah f %

Ringan 32 50,8

Berat 31 49,2

Jumlah 63 100,0

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa mayoritas remaja dikategorikan telah melakukan perilaku seks pranikah ringan yaitu sebesar 50,8% dan sebesar 49,2% remaja dikategorikan telah melakukan perilaku seks pranikah berat.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara masing-masing variabel bebas yang meliputi peran orangtua, pengetahuan seks pranikah, ketaatan beragama dan paparan media pornografi dengan variabel terikat yaitu perilaku seks pranikah menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi-square dapat dilihat sebagai berikut:

4.3.1 Hubungan Peran Orangtua dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015


(68)

Tabel 4.12 Hubungan Peran Orangtua dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Peran Orangtua

Perilaku Seks Pranikah

Jumlah

p-value

Ringan Berat

f % f % f %

Baik 21 47,7 23 52,3 44 100,0

0,459

Buruk 11 57,9 8 42,1 19 100,0

Hasil analisis pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 44 remaja yang memiliki orangtua yang berperan baik dalam mengasuh anak mayoritas remaja pernah melakukan seks pranikah berat yaitu sebesar 52,3%. Kemudian dari 19 remaja yang memiliki orangtua yang berperan buruk dalam mengasuh anak mayoritas remaja pernah melakukan seks pranikah ringan yaitu 57,9% dan 42,1% remaja pernah melakukan seks pranikah berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,459 sehingga H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan

peran orangtua dengan perilaku seks pranikah remaja.

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Seks Pranikah dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Tabel 4.13 Hubungan Pengetahuan Seks Pranikah dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 Pengetahuan

Seks Pranikah

Perilaku Seks Pranikah

Jumlah

p-value

Ringan Berat

f % f % f %

Baik 16 53,3 14 46,7 30 100,0

0,701

Buruk 16 48,5 17 51,5 33 100,0

Hasil analisis pada Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa dari 30 remaja yang memiliki pengetahuan seks pranikah baik mayoritas pernah melakukan seks


(69)

pranikah ringan sebesar 53,3%. Kemudian dari 33 remaja yang memiliki pengetahuan seks pranikah buruk mayoritas remaja pernah melakukan seks pranikah berat yaitu sebesar 51,5% dan 48,5% remaja pernah melakukan seks pranikah ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,701 sehingga H0

diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan pengetahuan seks pranikah dengan perilaku seks pranikah remaja.

4.3.3 Hubungan Ketaatan Beragama dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Tabel 4.14 Hubungan Ketaatan Beragama dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Ketaatan Beragama

Perilaku Seks Pranikah

Jumlah

p-value

Ringan Berat

f % f % f %

Taat 20 66,7 10 33,3 30 100,0

0,016

Tidak taat 12 36,4 21 63,6 33 100,0

Hasil analisis pada Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa dari 30 remaja yang taat beragama mayoritas pernah melakukan seks pranikah ringan yaitu 66,7% dan 33,3% remaja pernah melakukan seks pranikah berat. Kemudian dari 33 remaja yang tidak taat beragama mayoritas remaja pernah melakukan seks pranikah berat yaitu 63,6%, hanya 36,4% remaja yang pernah melakukan seks pranikah ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,016 sehingga H0

ditolak yang berarti bahwa ada hubungan ketaatan beragama dengan perilaku seks pranikah remaja.


(70)

4.3.4 Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015

Tabel 4.15 Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015 Paparan Media

Pornografi

Perilaku Seks Pranikah

Jumlah

p-value

Ringan Berat

f % f % f %

Tidak terpapar 20 76,9 6 23,1 26 100,0

0,001

Terpapar 12 32,4 25 67,6 37 100,0

Hasil analisis pada Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dari 26 remaja yang tidak pernah terpapar pornografi mayoritas pernah melakukan seks pranikah ringan yaitu sebesar 76,9% dan 23,1% pernah melakukan seks pranikah berat. Kemudian dari 37 remaja yang terpapar media pornografi, mayoritas remaja pernah melakukan seks pranikah berat yaitu sebesar 67,6%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,001 sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa ada


(1)

Validitas Ketaatan Beragama

[DataSet2] D:\@SKRIPSI PROPOSAL\SKRIPSI 25615\VALIDITAS-DAMARIS\DAMARIS-KB.sav

KB1 KB2 KB3 KB4 KB_Tot

KB1 1 .384* .522** .413* .754**

KB2 .384* 1 .583** .491** .796**

KB3 .522** .583** 1 .355 .796**

KB4 .413* .491** .355 1 .735**

KB_Tot .754** .796** .796** .735** 1

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Validitas Paparan Media Pornografi

[DataSet1] D:\@SKRIPSI PROPOSAL\SKRIPSI 25615\VALIDITAS-DAMARIS\DAMARIS PP.sav

PP1 PP2 PP3 PP4 PPTot

PP1 1 .536** .623** .208 .741**

PP2 .536** 1 .668** .535** .864**

PP3 .623** .668** 1 .467** .869**

PP4 .208 .535** .467** 1 .700**

PPTot .741** .864** .869** .700** 1


(2)

Validitas Perilaku Seks Pranikah

[DataSet0] D:\@SKRIPSI PROPOSAL\SKRIPSI 25615\VALIDITAS-DAMARIS\DAMARIS PSP.sav

PSP1 PSP2 PSP3 PSP4 PSP5 PSP6 PSP7 PSP8 PSP9 PSP10 PSP11 PTOT

PSP1 1 .367* .157 .526** .526** .296 .480** .435* .386* .208 .203 .652**

PSP2 .367* 1 .355 .439* .577** .355 .250 .480** .165 .068 .218 .610**

PSP3 .157 .355 1 .530** .396* .598** .327 .397* .261 -.301 .018 .559**

PSP4 .526** .439* .530** 1 .593** .530** .522** .451* .457* .235 .306 .795**

PSP5 .526** .577** .396* .593** 1 .530** .384* .591** .457* .235 .306 .795**

PSP6 .296 .355 .598** .530** .530** 1 .464** .675** .396* .033 .286 .739**

PSP7 .480** .250 .327 .522** .384* .464** 1 .367* .522** .272 .327 .692**

PSP8 .435* .480** .397* .451* .591** .675** .367* 1 .451* .138 .351 .755**

PSP9 .386* .165 .261 .457* .457* .396* .522** .451* 1 .404* .306 .674**

PSP10 .208 .068 -.301 .235 .235 .033 .272 .138 .404* 1 .535** .349

PSP11 .203 .218 .018 .306 .306 .286 .327 .351 .306 .535** 1 .480**

PTOT .652** .610** .559** .795** .795** .739** .692** .755** .674** .349 .480** 1

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(3)

(4)

(5)

(6)