Masyarakat masih sangat mempercayai pada mitos-mitos seksual yang merupakan salah satu pemahaman yang salah tentang seksual. Kurangnya
pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama, kurangnya sumber informasi dari sumber yang benar Soetjiningsih,
2007.
2.3.3 Ketaatan Beragama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.
Keluarga juga dapat menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan
bertaqwa.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Audisti dan Ritandiyono 2008 dalam Susilawaty 2012, terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas
terhadap perilaku seks pranikah. Hal ini berarti semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku seks bebasnya, dan sebaliknya semakin rendah
religiusitasnya maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Seseorang yang memiliki tingkat religiusitas rendah yang tidak
menghayati agamanya dengan baik sehingga dapat saja perilaku seksualnya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Orang seperti ini memiliki religiusitas yang rapuh
sehingga dengan mudah dapat ditembus oleh daya atau kekuatan yang ada pada wilayah seksual.
2.3.4 Paparan Media Pornografi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sudarman 2008, media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang
menyiarkan berita atau informasi disebut juga istilah pers. Secara psikologis, massa adalah orang yang memiliki perhatian terhadap sesuatu hal yang sama,
misalnya massanya majalah gadis adalah remaja puteri. Media massa terdiri dari dua jenis yaitu media cetak dan media elektronik.
Efek media massa dapat mengubah perilaku nyata pada individu atau khalayak. Larson Otto Nathan dalam Wiryanto 2004 membagi efek perilaku
nyata menjadi dua yaitu: efek yang menggerakkan dan menonaktifkan perilaku nyata, berikut ini penjelasan lebih lanjutnya:
1. Efek yang menggerakkan perilaku nyata merujuk pada khalayak yang mengerjakan sesuatu sebagai konsekuensi dari penerimaan pesan-
pesan di media massa. 2. Efek penonaktifan merujuk kepada sikap yang dimiliki, sebaliknya
khalayak melakukan sesuatu bukan sebagai konsekuensi dari penerimaan pesan-pesan media massa Wiryanto, 2004
Di berbagai media massa, ternyata para remaja menemukan informasi, barangkali jauh melebihi apa yang mereka harapkan. Karena ternyata media
massa telah berkembang, tidak saja jumlahnya tetapi berkembang kearah cara penyampaian informasi yang sangat permisif. Jenis pilihan dan alternatif
informasi seperti inilah yang tersedia bagi remaja tatkala mereka mengakses media massa, khususnya internet. Orang lain tidak bisa membatasi apalagi
Universitas Sumatera Utara
mengontrol para remaja untuk hanya melihat, membaca dan mengakses informasi yang baik-baik saja BkkbN, 2010.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pemaparan materi pornografi melalui media massa, termasuk dalam lingkungan diluar individu akan terjadi
interaksi komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebuah proses komunikasi antara individu dengan media massa tentunya akan menimbulkan
efek-efek tertentu khususnya terhadap perilaku individu tersebut.
2.4 Kerangka Konsep Penelitian