Metode Penelitian Campur Kode dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs (Madrasah Tsanawiyah) Manbaul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Bartu Ceper, Tangerang

Tabel Ragam Cakapan No Data Frekuensi Tabel Ragam Bahasa Arab No Data Frekuensi Tabel Ragam Bahasa Inggris No Data Frekuensi 2. Penyajian Data Langkah selanjutnya setelah reduksi data adalah penyajian data. Penyusunan data secara sistematis dan selektif membantu membuat gambaran data untuk kesimpuan keseluruhan masalah penelitian dengan tepat. Berikut ini tabel akumulasi dari data penelitian yang telah dikumpulkan: Tabel Fungsi Campur Kode No Data Makna Fungsi Campur Kode 3. Kesimpulan Pengambilan kesimpulan dari data-data yang telah direduksi dan disajikan akan memberikan ketepatan data dalam pengelolaan data penelitian. 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil MTs Madrasah Tsanawiyah Manbaul Ulum Pondok

Pesantren Asshiddiqiyah 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Madrasah Tsanawiyah Manbaul Ulum berada dibawah naungan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah pertama didirikan di atas tanah wakaf dari keluarga H. Djaani oleh Dr. KH. Noer Muhammad Iskandar, S.Q. pada bulan Rabi’ul Awal 1406 H 1 Juli 1985 M. Yang sekarang dikenal dengan Pondok Pesantren Ashhiddiqiyah Pusat, terletak di Kedoya, Kebun Jeruk – Jakarta Barat. Awalnya, jenjang pendidikan yang terdapat di Asshiddiqiyah berupa sistem madrasah Rabathiah, yakni khalaqoh salaf belajar dan mengaji salaf bersama kiai yang dilakukan secara rutin seminggu sekali. Karena masyarakat sekitar pesantren mulai tertarik untuk mengikuti pengajian tersebut, pada tahun 1986 Kiai Noer mulai mendirikan madrasah formal MTs dengan nama Manbaul Ulum. Nama Manbaul Ulum diambil dari nama pondok pesantren yang dibangun oleh ayahanda Kiai Noer di Sumber Beras, Banyuwangi – Jawa Timur. 1 Seiring berjalannya MTs Manbaul Ulum selama setahun, animo masyarakat mulai meningkat. Melihat hal tersebut, menggerakkan beliau untuk membuka jenjang pendidikan Madrasah Aliyah. Tahun demi tahun kepercayaan masyarakat pada Pondok Pesantren Asshiddiqiyah I meningkat pesat. Ketika santri di Kedoya sudah tidak tertampung lagi, Kiai Noer menerima wakaf dari keluarga H. Jamhari dan H. Musa di Batu Ceper, Tangerang. Setelah mendapatkan wakaf, beliau membangun Asshiddiqiyah II di Batu Ceper, Tangerang. Pada tahun 1994, MTs Manbaul Ulum pusat dipindahkan ke Asshiddiqiyah 1 Amin Idris, KH Noer Muhammad Iskandar SQ Pergulatan Membangun Pondok Pesantren. Bekasi : PT Mencari Ridho Gusti, 2003, h. 118