yang terlihat pada Gambar 1. Adat ini dipercaya bisa memberi kemudahan dan menghilangkan hambatan dalam mengelola lahan nantinya.
Kegiatan dalam persiapan lahan terdiri dari dua kegiatan yaitu pembersihan dan penebangan. Kegiatan pembersihan dan penebangan yang
dilakukan di Desa Kinam dan Desa Kriawaswas dilakukan dengan cara berbeda. Desa Kinam melakukan pembersihan terlebih dulu. Pembersihan ini meliputi
pembakaran rumput dan pembersihan semak belukar. Setelah dilakukan pembersihan, masyarakat melakukan penanaman selanjutnya baru penebangan
pohon lainnya. Penebangan dilakukan setelah penanaman, hal tersebut dilakukan karena pohon yang belum ditebang tersebut dijadikan sebagai tempat naungan
tanaman pala baru. Desa Kriawaswas melakukan persiapan lahan dengan cara penebangan terlebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan pembersihan semak
belukar sehingga lahan yang kosong tersebut dapat dilakukan proses pengolahan tanah untuk penanaman nantinya.
Gambar 1 Adat dalam persiapan pembukaan lahan nahahara.
5.2.2 Pembibitan dan persemaian
Pengadaan bibit tanaman pala dilakukan masyarakat dengan perbanyakan biji. Biji-biji yang digunakan biasanya adalah biji matang berwarna coklat tua
sampai hitam yang didapat dari kebun mereka sendiri. Menurut Deinum 1949 dalam Sunanto H 1993 mengemukakan bahwa dari 100 biji atau pohon pala
rata-rata terdapat 55 pohon betina, 40 pohon jantan dan 5 pohon hermaphrodite. Adanya biji yang menghasilkan pohon jantan inilah yang membuat masyarakat
kesulitan dalam melakukan pembibitan. Biasanya mereka membedakannya dengan melihat dari biji. Biji betina biasanya bagian bawah biji lebih bulat dan
licin, sedangkan biji jantan bijinya lebih lonjong dan panjang dan permukaannya tidak rata.
Biji yang telah dipetik biasanya dicincang atau dicacah pada bagian ujung biji tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempercepat tumbuhnya tunas pada mata.
Kemudian dipindahkan ke tanah atau bedengan. Biasanya mereka membuat bedengan langsung di tanah pekarangan rumah mereka atau dari karung yang diisi
tanah sehingga mudah dipindahkan. Biji pala dapat berkecambah dalam waktu 4-8 minggu. Setelah bibit tanaman mempunyai 3-5 batang cabang, maka bibit dapat
dipindahkan atau ditanam di lapangan.
5.2.3 Penanaman
Awal sebelum dilakukan penanaman, masyarakat biasanya menentukan terlebih dahulu jarak tanam yang akan digunakan. Hal ini dilakukan karena kebun
pala yang mereka miliki dari nenek moyang tidak ada jarak tanam tertentu sehingga berakibat menurunnya produktivitas pala lainnya. Jarak tanam yang
digunakan masyarakat pun, berbeda-beda berkisar 4 m sampai 10 m. Cara membentangkan jarak tanam di kebun biasanya menggunakan tali-tali hutan yang
telah diukur panjangnya, setelah itu mereka menancapkan kayu untuk menentukan titik lubang tanam.
Penanaman tanaman pala seharusnya dilakukan pada bibit yang telah berumur satu tahun dan tidak lebih dari dua tahun. Penanaman yang dilakukan
masyarakat dilakukan pada bibit yang berumur tidak tentu, dari bibit yang berumur enam bulan sampai bibit berumur 3-4 tahun baru dipindah. Padahal bibit
yang berumur lebih dari dua tahun, pertumbuhannya akan terlambat sebab akar sudah berlipat-lipat. Cara penanaman yang dilakukan oleh masyarakat adalah
dengan membuat lubang tanam kecil menggunakan tuas dari kayu. Pembuatan lubang tidak dengan kedalaman tertentu atau teknik khusus, masyarakat hanya
memperkirakan besar lubang yang menyesuaikan bentuk akar dan tanaman yang akan ditanam.
Penanaman bibit yang berasal dari biji dilakukan dengan cara memindahkan bibit yang awalnya ada di bedengan ke karung atau kardus. Karung
dan kardus ini dipilih untuk memudahkan mereka memindahkan bibit dari pekarangan rumah menuju kebun. Setelah bibit pala dipindahkan ke lubang
tanam, lubang tanam tersebut kemudian disiram dengan air supaya tidak terjadi dehidrasi pada akar.
5.2.4 Pemeliharaan