BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pala adalah salah satu hasil komoditi pada sektor perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman pala termasuk salah satu hasil hutan
bukan kayu yang mengandung minyak atsiri. Selain itu pala juga merupakan tanaman multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam
berbagai industri dan tanaman obat. Pala merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting karena
Indonesia merupakan negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar di pasaran dunia sekitar 60, dan sisanya dipenuhi dari negara lainnya. Salah satu daerah
penghasil pala di Indonesia adalah Papua Barat. Papua Barat menghasilkan produksi pala sebesar 1.938 ton dalam setahun atau sekitar 7,54 dari penghasil
pala di berbagai daerah Indonesia BPS 2009. Kabupaten Fakfak Papua Barat dikenal sebagai Kota Pala karena kaya
akan hasil buah palanya. Pala yang dihasilkan dari hutan yang menjadi hak adat mereka pun belum mampu menyejahterakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar
masyarakat hanya menjual pala tanpa ditingkatkan fungsinya untuk mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi.
Sebagian besar masyarakat yang berada di sekitar hutan bergantung pada pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di hutan baik berupa hasil hutan kayu
dan non kayu. Untuk mengetahui pengembangan usaha pala sebagai salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang biasa dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar hutan, maka dirasa perlu dilakukan penelitian pengembangan usaha pala agar nantinya memberi program kelola sosial untuk menyejahterakan
masyarakat sekitar hutan.
1.2 Perumusan Masalah
Prospek pengembangan usaha pala dilakukan sebagai alternatif kelola sosial untuk menyejahterakan masyarakat sekitar hutan. Pengembangan usaha
pala di Fakfak belum optimal. Luas total kebun pala di Fakfak 5.241 ha, namun hanya 2.550 ha pohon pala yang produktif. Sekitar 2.236 ha lainnya pohon berusia
kurang dari lima tahun sehingga belum produktif. Selain itu, 455 ha memiliki pohon yang sudah tidak produktif lagi Anonim 2011
Permasalahan lain dalam pengusahaan pala terjadi karena produk mentah pala dalam negeri kualitasnya tidak sebaik pala yang diimpor. Produk pala dalam
negeri, kalah bersaing dengan produk pala negara-negara lain. Hal ini disebabkan karena negara lain pengekspor pala dapat menjadikan produk pala bernilai jual
tinggi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekspor pala lebih kecil dari pertumbuhan impor sedangkan ekspor pala merupakan salah satu sumber devisa
negara. Hampir 100 pengusahaan tanaman pala adalah perkebunan rakyat,
sehingga pengembangannya akan berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat. Padahal tanaman pala merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, tetapi
belum mampu menyejahterakan masyarakat yang ada di sekitar hutan. Untuk itu, perusahaan berkewajiban untuk menyejahterakan masyarakat di sekitarnya dengan
melakukan program kelola sosial seperti penyuluhan, penyediaan sarana dan prasarana, dll kepada rakyat yang tinggal di sekitar hutan yang langsung
mengelola perkebunan pala sehingga produksi pala akan semakin meningkat dan menghasilkan pala yang berkualitas tinggi.
1.3 Tujuan