Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ramales
Family : Myristicaceae
Genus : Myristica
Species : argentea Ware
Nurdjanah 2007, di Indonesia dikenal beberapa jenis pala yaitu: a. Myristica fragnans Houtt, yang merupakan jenis utama dan mendominasi
jenis lain dalam segi mutu maupun produktivitas. Tanaman ini merupakan tanaman asli pulau Banda.
b. M. argentea Ware, lebih dikenal dengan nama Papuanoot asli dari Papua, khususnya di daerah kepala burung. Tumbuh di hutan-hutan, mutunya
dibawah pala Banda. c. M. schefferi Warb, terdapat di hutan-hutan Papua dan dikenal dengan
nama Pala Onin atau Gosoriwonin. d. M. speciosa Warb, terdapat di pulau Bacan dan sering disebut Pala Bacan
atau Pala Hutan. Jenis ini tidak mempunyai nilai ekonomi. e. M. succeanea, terdapat di pulau Halmahera. Jenis ini tidak mempunyai
nilai ekonomi.
2.1.3. Syarat Tumbuh
a. Iklim Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan
yang tinggi. Rata-rata curah hujan di daerah asal tanaman pala yaitu Banda, adalah sekitar 2.656 mmth dengan jumlah hari hujan 167 hari merata
sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan kering tersebut masih terdapat 10 hari hujan dengan sekurang-kurangnya ±100
mm. Daerah-daerah pengusahaan tanaman pala memiliki fluktuasi suhu yang berbeda-beda yaitu berkisar antara 18°C-34°C. Suhu yang terbaik untuk
pertumbuhan tanaman pala antara 25°C-30°C. Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, karenanya tanaman
ini tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung atau penahan angin. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja
menyebabkan penyerbukan bunga terganggu, malahan buah, bunga dan pucuk tanaman akan lusuh berguguran. Oleh karena itu daerah-daerah yang tiupan
anginnya keras, diperlukan tanaman pelindung yang ditanam dipinggirannya. Akan tetapi tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat menghambat
pertumbuhan pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara Hadad et al 2006.
b. Tanah Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama
tanah vulkanis dan memiliki pembuangan air yang baik atau drainase yang baik. Keadaan tanah dengan reaksi sedang sampai netral pH 5,5-7
merupakan rata-rata yang baik untuk pertumbuhan tanaman pala, karena keadaan kimia maupun biologi tanah berada pada titik optimum Hadad et al
2006. c. Ketinggian Tempat
Ridley 1912 dalam Hadad et al 2006 penanaman pala di Pulau Banda sampai dengan ketinggian 458 meter diatas permukaan laut. Sedangkan
di Pulau Papua tidak menanam tanaman pala melebihi ketinggian di atas 700 m dari permukaan laut, sehingga tanaman pala dapat tumbuh baik pada
ketinggian 0-700 m diatas permukaan laut.
2.1.4. Teknik Budidaya
a. Pengadaan bibit Pada dasarnya pengadaan tanaman pala dapat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satunya adalah perbanyakan dengan biji, biji- biji pala yang akan digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa syarat yaitu
harus berasal dari pohon induk terpilih, biji segar matang panen berwarna coklat muda dan tertutup penuh dengan seludang fuli yang berwarna merah,
dan biji yang kering berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap. Setelah pemetikan harus disemaikan dengan selambat-lambatnya ± 24 jam
penyimpanan.
Pengecambahan, perlu dilakukan sebab biji pala termasuk benih rekalsitran yang cepat menurun daya kecambahnya. Pengecambahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara sbb: 1 Sesaat setelah panen segera lakukan seleksi benih dengan memilih benih
yang tua ditandai dengan tempurung mengkilat berwarna hitam kecoklatan, tidak keriput dengan fuli tebal dan biji besar.
2 Sediakan serbuk gergaji yang sudah lapuk atau jerami campur humus, dalam kotak atau bedengan pengecambahan dengan lebar 0,50-1m dan
panjang sesuai kebutuhan. Kemudian letakan benih pala secara berbaris benih yang baru diseleksi dengan jarak berdekatan 0,50x1 cm atau 1x1
cm. 3 Selanjutnya tutup dengan karung goni atau kertas koran. Kelembaban
harus selalu dijaga. 4 Pengecambahan biji dapat dipercepat dengan perlakuan pemecahan
kulitbatok pangkal biji, sehingga retak atau belah atau mengelupas dengan tidak merusak daging bijinya. Dapat dilakukan pengikiran atau
hampelas batok pangkal biji sehingga tipis. 5 Setelah biji berkecambah, kemudian dilakukan pesemaian pada polibag
yang telah disediakan diisi dengan media campuran kompos atau pupuk kandang dan tanah 1:1.
Persemaian sangat diperlukan di dalam pengadaan bibit pala. Pembibitan ini merupakan langkah awal dari penentuan terlaksananya usaha
perkebunan tanaman tersebut. Pesemaian dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengecambahkan biji dengan menggunakan kotak yang telah diisi
pasir halus, serbuk sabut kelapa, atau serbuk gergaji. Biji diatur sedemikian rupa dan bakal kecambah mengarah pada satu sisi yang sama. Setelah
berumur 4-8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah, selanjutnya bisa dipindahkan ke polibag Hadad et al 2006.
Persemaian dapat pula dilakukan pada bedengan yang sudah disiapkan sebelum buah dipetik. Pesemaian ini sekaligus berfungsi sebagai
persemaian pemeliharaan, dan diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Jarak tanam pada pesemaian ini perlu diatur yaitu 15x15 cm atau 15x20 cm
agar nanti pada saat pemindahan mudah diputar pada umur ±1 tahun dengan ketinggian ±1 meter. Pesemaian dapat juga dilakukan langsung pada polibag
ukuran 20x30 cm. Media yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang 2:1, polibag diatur berjejer di bawah naungan dengan lebar 120 cm,
sedangkan panjangnya tergantung situasi setempat. Penggunaan polibag akan mempermudah pemindahan bibit ke lapangan Hadad et al 2006.
Perbanyakan dengan cangkokan, pada dasarnya mencangkok tanaman pala sama dengan mencangkok tanaman lainnya. Pencangkokan
tanaman adalah usaha perbanyakan tanaman dengan tidak mengurangi sifat- sifat induknya. Pada umumnya pohon-pohon yang akan dicangkok adalah
dari pohon-pohon yang terpilih dan cabang yang dicangkok adalah yang sudah berkayu tapi tidak terlalu tua atau terlalu muda yaitu dengan memilih
cabang yang cukup besar. Pada jarak 15 cm dari batang, kulit dikupas lebih dari separuh sepanjang 2-3 cm. Luka akibat pengelupasan ditutup, kemudian
dibalut tanah yang sebelumnya telah dicampur pupuk kandang. Pada umur 6 bulan setelah perlakuan, sudah keluar akar yang cukup banyak
Rismunandar 1990
Perbanyakan dengan sambungan, adalah menempelkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga
membentuk satu tanaman bersama. Ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu penyambungan pada pucuk enten dan penyambungan mata okulasi.
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten dan okulasi dilakukan, jika menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas pada
penyambungan enten dan mata tunas pada penyambungan okulasi, tanaman sudah dapat ditanam di lapangan Sunanto 1993.
Perbanyakan dengan penyusuan, merupakan penemuan yang lebih
baik dibanding dengan sambungan. Karena batang bawah dan batang atas tidak harus mempunyai umur yang sama. Batang bawah dapat berupa
tanaman muda yang berasal dari cabang pohon yang sudah berbuah. Dalam sistem penyusuan, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar
kurang lebih sebesar jari tangan orang dewasa. Setelah beberapa waktu, kedua batang akan tumbuh bersama seolah-olah batang bawah menyusu
pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4-6 minggu, penyusuan sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daunnya tidak layu, maka
penyusuan dapat dipastikan berhasil. Setelah sekitar 4 bulan, batang bawah dan atas sudah tidak diperlukan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan
tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan sudah dapat ditanam di lapangan Sunanto 1993.
Kebun harus sudah dipersiapkan sebelum bibit ditanam. Pada garis besarnya, persiapan lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1 Pembabatan semak belukar dan penebangan pohon-pohon kebun yang baru dibuka.
2 Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman serta menciptakan areal yang
serasi. 3 Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, ditentukan dahulu jarak
tanam yang akan digunakan. Pada umumnya jarak tanam untuk tanaman pala ialah 9x10 m dengan sistem bujur sangkar atau 10x10 m. Dengan
jarak tanam tersebut kapasitas untuk berproduksi akan maksimal pada umur dewasa. Pembuatan lubang tanam biasanya berukuran 60x60x60
cm. Pada tanah yang berliat tinggi, sebaiknya ukuran lubang tanam lebih besar 100x100x100 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisah,
karena kedua lapisan tersebut mengandung unsur yang berbeda. Setelah pembuatan lubang tanam berumur lebih satu bulan, tanah dikembalikan,
lapisan bawah kembali ke lapisan bawah dan lapisan atas setelah dicampur dengan pupuk kandang, baru dimasukkan kembali ke dalam
lubang bagian atas. Dua atau tiga minggu kemudian penanaman dapat dilakukan Hadad et al 2006.
b. Penanaman Bibit yang akan ditanam biasanya yang telah berumur lebih satu
tahun, dan tidak lebih dari dua tahun. Kalau bibit lebih dari ketentuan tersebut, akibat lama dipembibitan pertumbuhannya akan terlambat sebab
akar sudah berlipat-lipat. Sebaiknya penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan agar ketersediaan air terjamin. Cara penanaman adalah
dengan membuat lubang tanam kecil ditengah lubang tanam awal, setinggi dan selebar keranjang atau polibag bibit, lalu polibag disayat dari atas ke
bawah dengan pisau secara hati-hati agar akar dan tanah dalam polibag tersebut tidak rusak, kemudian dilakukan penanaman sampai leher batang
terkubur tanah, lalu tanah dirapihkan kembali. Untuk menjaga tanaman muda dari sengatan matahari langsung perlu dibuatkan naungan dari tiang
bambu atau kayu dengan atap daun kelapa atau alang-alang, sampai tanaman betul-betul tahan dari sinar matahari.
c. Pemeliharaan Peningkatan produksi pala sangat memerlukan pemeliharaan yang
baik, di antara kegiatan pemeliharaan pala adalah: penanaman pohon pelindung untuk tanaman muda pala seperti kelapa, pohon duku, dan pohon
buah-buahan lainnya. Selain itu perlu dilakukan penyulaman, penyiangan pada bibit umur 2-3 bulan, pemupukan, dan pengendalian hama dan
penyakit. d. Panen
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7-8 tahun. Tanaman pala hasil sambungan dapat berbuah umur 4-5 tahun dan tanaman hasil
cangkokan berbuah umur 3-4 tahun. Satu tahun pala dapat dipanen dua kali. Cara pemanenan buah pala dapat dilakukan dengan menggunakan galah atau
dengan cara memetik langsung dengan cara menaiki batang dan memilih buah-buah yang telah tua Hadad et al 2006.
e. Pasca Panen Buah pala yang dipanen yang terdiri atas daging buah 77,8, fuli
4, tempurung 5,1, dan biji 13,1 Rismunandar,1990. Proses pemisahan bagian buah, pengeringan biji, pengeringan fuli, dan pemecahan
tempurung biji dapat dilakukan setelah pemanenan Hadad et al 2006.
2.1.5 Manfaat Pala