F. Narkotika
Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukan obat tersebut ke dalam
tubuhnya, pengaruhnya berupa biusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan, semangat, dan halusinasi. Narkotika memiliki daya adiksi yang sangat kuat, sehingga
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari pemakaiannya. Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan dalam tiga golongan, yaitu narkotika
alami, semisintesis, dan narkotika sintesis. Narkotika alami merupakan narkotika yang zat aditifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan, misalnya ganja. Indonesia
merupakan daerah subur untuk tanaman ganja. Cara penyalahgunaan ganja ini dengan dikeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok lalu dibakar serta
dihisap. Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat
aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga bisa dimanfaatkan untuk dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada suatu
operasi. Kodein, dipakai untuk penghilang batuk. Heroin, tidak dapat dipakai di dunia kedokteran karna daya adiktifnya sangat besar manfaatnya dalam medis
belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw. Bentuknya seperti tepung. Zat inilah yang dibawa oleh Mary Jane dari Filipina seberat 2,6
kilogram untuk diselundupkan ke Indonesia, hingga akhirnya ia dikenakan hukuman mati. Narkotika jenis sintesis adalah narkotika palsu dibuat dari bahan
kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba.
22
22
Joyo Nur Suryanto Gono, Narkoba: Penyalahgunaan dan Pencegahanny, dalam e- journal.undip.ac.id, diakses pada 9 September 2015 pukul 11:13 WIB.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Menurut Earl Babbie, paradigma merupakan model atau skema fundamental yang mengorganisir pandangan kita tentang suatu hal, walaupun
paradigma tidak secara tepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting. Secara umum, paradigma didefinisikan sebagai suatu keseluruhan sistem berpikir
a whole system of thinking
1
. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis, karena dilaksanakan
dengan berpedoman pada konsep yang sudah ada sebelumnya. Auguste Comte, bapak positivistik menyatakan untuk pertama kalinya bahwa ilmu pengetahuan
dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap suatu hal atau fenomena yang dapat diamati secara nyata. Lebih lanjut ia juga menekankan tentang pentingnya data dan
fenomena empiris baik langsung maupun tidak langsung, sebagai sumber utama dan satu-satunya dalam merumuskan pengetahuan, yang disebutnya sebagai
positive knowledge.
2
Definisi dari paradigma positivis adalah metode yang terorganisir untuk mengombinasikan logika berpikir secara deduktif dan pengamatan dari pelaku
individu untuk menemukan hubungan sebab akibat yang biasa dipergunakan untuk memprediksi pola umum dari suatu gejala.
3
Secara metodologis, paradigma positivis menyatakan pertanyaan penelitian dan hipotesis di awal penelitian, untuk
1
W. Lawrence Neuman, Sosial research method, Wisconsin: Pearson Education Inc, 2003, h. 70
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2009, h. 31
3
W. Lawrence Neuman, Sosial Research Method, h. 70
kemudian diuji secara empiris. Paradigma positivis memandang realitas sebagai sesuatu yang ada di luar sana dan diatur oleh mekanisme alamiah. Kepentingan
utama dari penelitian dengan paradigma positivis adalah untuk menemukan kebenaran universal dengan membuktikan konsep-konsep atau variabel tertentu.
Pandangan positivisme ini begitu kuat mengklaim bahwa ilmu adalah ilmu pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak
positivistik bukanlah ilmu. Tradisi positivisme ini kemudian melahirkan pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial dimana objek
penelitian memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioral, di mana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati,
tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif dengan menentang sikap-sikap
subjektif.
4
Dalam paradigma penelitian riset kuntitatif positivismklasik ada empat landasan falsafahnya, yaitu ontologis, epistimologis, aksiologis, dan metodologis.
Penjelasan dari falsafah tersebut antara lain: a.
Ontologis Ada realitas yang nyata yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang
berlaku universal; walaupun kebenaran pengetahuan tentang itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik. Riset tersebut bersifat di luar
dunia subjektif penelitian. Penelitian tersebut dapat diukur dengan standar tertentu, digeneralisasikanan dan bebas dari konteks waktu.
4
Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 32
b. Epistimologis
Ada realitas objektif, sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek
penelitian. Dan riset ini jangan ada penilaian yang subjektif atau bias pribadi.
c. Axiologis
Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. Peneliti berperan sebagai disinterested scientist. Tujuan penelitian antara lain
eksplanasi, prediksi dan kontrol realitas sosial. d.
Metodologis Pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deduvtive method; yaitu
melalui laboratorium eksperimen atau survey eksplanatif. Dengan analisis kuantitatif.
5
B. Pendekatan Penelitian