Analisis Isi Pemberitaan Eksekusi Mati Mary Jane Fiesta Veloso Di Tempo.Co

(1)

MARY JANE FIESTA VELOSO DI TEMPO.CO

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Wina Saputri

NIM: 1111051000065

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Januari 2016


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Wina Saputri NIM: 1111051000065

Pembimbing

Bintan Humeira, M.Si NIP: 19771105 200112 2 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H./2016 M.


(4)

Skripsi yang berjudul ANALISIS ISI PEMBERITAAN EKSEKUSI MATI MARY JANE FIESTA VELOSO DI TEMPO.CO telah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 22 Maret 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 22 Maret 2016

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Drs. Masran, MA Dedi Fakhrudin, M.Ikom

NIP:19601202 199503 1 001 NIP: 19781208 201411 1 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Sihabudin Noor, MA Siti Nurbaya, M.Si

NIP:19690221 199703 1 001 NIP: 19790823 200912 2 002

Pembimbing,

Bintan Humeira, M.Si NIP: 19771105 200112 2 002


(5)

v

Analisis Isi Isu Eksekusi Mati Mary Jane Fiesta Veloso Di Tempo.co

Media pemberitaan online sekarang ini telah menjadi media rujukan bagi masyarakat luas untuk mendapatkan informasi. Kecepatan dalam memberitakan suatu peristiwa menjadi salah satu keunggulan media online. Indonesia memiliki banyak media pemberitaan online, salah satu media pemberitaan online yang diminati oleh masyarakat adalah Tempo.co. Banyak isu-isu yang diberitakan oleh Tempo.co menjadi perhatian bagi masyarakat. Salah satu isunya adalah eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso yang merupakan tersangka penyelundupan heroin dari Filipina ke Indonesia. Pemberitaan Tempo.co yang padat, menggambarkan bahwa Tempo.co menjadikan isu ini menjadi isu yang harus diperhatikan oleh masyarakat.

Melihat dari permasalahan di atas, peneliti memunculkan dua pertanyaan penelitian, yaitu kategori apa sajakah yang disampaikan Tempo.co tentang kasus eksekusi mati Mary Jane dan kategori apa yang paling dominan dalam pemberitaan isu eksekusi mati Mary Jane.

Penelitian ini menggunakan teori agenda media yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw. Agenda media adalah isu-isu yang mendapat perhatian dari media dengan frekuensi kemunculan yang sering. Sehingga kuantifikasi kategori yang terdapat di Tempo.co dalam memberitakan kasus eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso dapat diketahui.

Penelitian ini menggunakan analisis isi atau content analysis sebagai teknik penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan analisis isi kuantitatif, data yang berupa pemberitaan mengenai eksekusi mati Mary Jane di Tempo.co dikategorisasikan, menjadi dua kategori besar, yaitu kategori isu pemberitaan dan kategori bentuk pemberitaan. Pada kategori isu terdapat kategori sosial, hukum, dan politik. Pada kategori bentuk pemberitaan terdapat kategori favorable, unfavorable, dan netral. Penelitian ini akan disajikan dalam bentuk deskriptif.

Dari hasil penelitian, didapatkan hasil penting yang menunjukkan kategori isu pemberitaan dan kategori bentuk pemberitaan dalam isu eksekusi mati Mary Jane yang diberitakan Tempo.co. Kategori isu pemberitaan yang paling dominan yang diberitakan oleh Tempo.co adalah kategori isu hukum yaitu sejumlah 391 paragraf (60,24%). Pada kategori bentuk pemberitaan, kategori yang paling dominan adalah kategori netral sejumlah 300 paragraf (46,22%).

Kata Kunci: Media Pemberitaan Online, Tempo.co, Analisis Isi, Kategori, dan Eksekusi Mati.


(6)

KATA PENGANTAR

ِﻢْﻴِﺣ ﱠﺮﻟا ِﻦَْﲪ ﱠﺮﻟا ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna, yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta sahabat dan keluarganya, pembawa misi penyempurna akhlak yang mulia, bagi seluruh ummat manusia di dunia.

Dengan tetap merendahkan hati, peneliti tetap mengharapkan karunia, pertolongan dan petunjuk-Nya, alhamdulillah peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Isi Isu Eksekusi Mati Mary Jane Fiesta Veloso di Tempo.co” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti menyadari, dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan diberbagai tempat, oleh karena itu peneliti sangat menerima koreksi dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.

Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi; Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, SS, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

Dosen Pembimbing Skripsi, sekaligus yang merangkap menjadi Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Bintan Humaira, M.Si yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pemaham lebih dalam mengenai tema, konsep dan alur penelitian, serta motivasi, kritik dan saran juga semangat sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Kepada ketiga juri dalam penelitian ini, Bapak Drs. Nanang Syaikhu, saudara Arga Sumantri, S.Kom,i, dan saudara Mohammad Dwiyan Pratiyo, S.Kom,i yang bersedia menjadi juri dalam penelitian yang peneliti lakukan.

Ketua Sidang Munaqsyah, Bapak Drs. Masran, MA; dan Sekertaris Sidang Munaqasyah, Bapak Dedi Fakhrudin, M. Ikom. Beserta Penguji I, Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA dan Penguji II, Ibu Siti Nurbaya, M,Si. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk hadir dalam undangan peneliti dan memberikan nilai, kritik dan saran kepada peneliti untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

Kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Yanto dan Ibu Sularsi, Kakak tercinta, Bayu Apriyanto, sahabat terdekat peneliti, Rizki Almu Ali Kosasih terima kasih atas do’a, kucuran kasih sayang, serta dukungan tanpa batas kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kepada keluarga besar KPI B 2011, khususnya Ummamah Nisaul Jannah, Achmad Maulana Sirojjudin, Ratna Ayu Wulandari, dan Wulan Purnamawati, terima kasih untuk waktu kebersamaan kalian, serta semangat dan motivasi dalam menempuh jenjang pendidikan S1. Semoga kita dapat menjaga amanah ilmu yang telah didapat, dan menjadi bermanfaat untuk orang lain.


(8)

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas niat baik kalian, Aamiin Ya Rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 22 Maret 2016


(9)

ix

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KERANGKA TEORI A. Agenda Media ... 9

B. Kerangka Konsep ... 12

C. Media Online ... 15

D. Berita ... 17

E. Eksekusi Mati di Indonesia ... 20


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian ... 25

B. Pendekatan Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 28

D. Jenis Penelitian ... 28

E. Metode Penelitian ... 29

F. Sumber Data ... 30

G. Tahapan Penelitian ... 30

H. Analisis Isi ... 36

I. Populasi Penelitian ... 39

J. Uji Reliabilitas ... 40

BAB IV ANALISIS A. Gambaran Umum Tempo.co ... 48

1. Sejarah dan Perkembangan Tempo.co ... 48

2. Visi dan Misi Tempo ... 51

3. Profil Pemimpin Redaksi Tempo ... 52

B. Temuan dan Pembahasan ... 52

1. Analisis Isi Berdasarkan Isu Pemberitaan ... 54

2. Analisis Isi Berdasarkan Bentuk Pemberitaan ... 60


(11)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(12)

xii

1. Tabel Kategori Isu Pemberitaan Eksekusi Mati Mary Jane di Tempo.co ... 40

2. Tabel Kategori Bentuk Pemberitaan Eksekusi Mati Mary Jane di Tempo.co .... 41

3. Tabel Keofisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Sosial, Hukum, Politik Favorable, Unfavorable, dan Netral ... 41

4. Tabel Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Sosial ... 42

5. Tabel Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Hukum ... 43

6. Tabel Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Politik ... 44

7. Tabel Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Favorable ... 44

8. Tabel Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Unfavorable ... 45

9. Tabel Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Netral ... 46

10.Tabel Persentase Kategori Isu Sosial, Hukum, dan Politik... 53

11.Tabel Jumlah Frekuensi Paragraf Berdasarkan Kategori Hukum ... 54

12.Tabel Jumlah Frekuensi Paragraf Berdasarkan Kategori Sosial ... 57

13.Tabel Jumlah Frekuensi Paragraf Berdasarkan Kategori Politik ... 59

14.Tabel Jumlah Frekuensi Kategori Bentuk Berita Favorable, Unfavorable, dan Netral ... 60

15.Tabel Jumlah Paragraf Kategori Isu Sosial Berdasarkan Bentuk Pemberitaan ... 61

16.Tabel Jumlah Paragraf Kategori Isu Hukum Berdasarkan Bentuk Pemberitaan ... 66

17.Tabel Jumlah Paragraf Kategori Isu Politik Berdasarkan Bentuk Pemberitaan ... 69


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso, merupakan isu mengenai tertangkapnya pelaku importir narkotika berupa heroin dari Filipina ke Indonesia melalui jalur udara. Mary Jane Fiesta Veloso, ditangkap di bandara Adisutjipto, Yogyakarta, karena didapati membawa heroin sebanyak 2,6 kilogram yang disembunyikan di dalam kopernya. Karena pelanggaran hukum ini, ia dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Sleman. Banyak pro dan kontra atas kepustusan ini, sehingga media pun melihat kejadian ini sebagai berita yang dianggap tidak biasa. Bukan hanya Mary Jane yang mendapatkan hukuman mati karena melanggar hukum narkotika. Ada delapan orang lainnya yang juga mendapat nasib yang sama dengan Mary Jane Fiesta Veloso.

Namun, yang menjadi perhatian publik dari kasus Mary Jane ini adalah adanya ungkapan bahwa yang terdakwa diduga hanyalah seorang korban dari perdagangan manusia yang biasa dilakukan oleh sindikat narkotika internasional. Dalam hal ini, dikatakan bahwa Mary Jane dijebak, yang semula diiming-imingi mendapat pekerjaan di Indonesia sebagai asisten rumah tangga ternyata tanpa sepengetahuannya, ia dijadikan kurir narkotika.

Media dalam hal ini khususnya Tempo.co memberitakan kasus eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso dari bulan Maret hingga Mei. Pemberitaannya memuat persoalan sosial hingga sikap yang ditimbulkan dari keputusan hukuman


(14)

yang diberikan, kemudian peneliti buat menjadi kategori isu dan kategori bentuk pemberitaan.

Melihat pada realita yang ada, bahwa dalam sebuah survey mengatakan satu hari di Indonesia terdapat 40 orang yang tewas akibat mengkonsumsi narkoba. Tentu saja jika dibandingkan dengan memberi hukuman mati kepada gembong narkoba, dinilai belum sebanding dengan jumlah korban yang ditimbulkan akibat obat terlarang tersebut. Adanya pengedaran narkotika bertaraf internasional ini sangat membahayakan bagi masyarakat. Selain bertentangan dengan hukum negara, pengedaran narkotika ini juga dilarang dalam hukum Islam karena dapat merusak diri sendiri dan orang lain, selaras dengan hadits Nabi Muhammad saw, dari Ibnu ‘Abbas, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َراَﺮِﺿ َﻻَو َرَﺮَﺿ َﻻ

“Tidak boleh melakukan perbuatan yang membahayakan (diri) dan membahayakan (orang lain).” (HR. Ibnu Majah No. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66)

Berdasarkan hadits tersebut, maka segala sesuatu yang berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain apapun jenisnya maka hukumnya haram. Jika mengacu pada maksud hadits tersebut, maka pengedar narkotika terlebih yang bertaraf internasional memang sebaiknya diberikan hukuman yang setimpal, karena perbuatannya akan merugikan banyak orang.

Namun, banyak masyarakat yang menyatakan bahwa pemberian hukuman mati ini merupakan hukum purba yang seharusnya sudah tidak diberlakukan lagi. Karena masyarakat menilai, hukuman mati ini memerlukan peninjauan kasus yang benar-benar teliti. Sebab, jika setelah diberlakukannya hukuman ini ternyata didapati kekeliruan, maka yang bersangkutan sudah tidak bisa ditolong lagi. Begitu


(15)

juga dengan kasus yang menimpa seorang wanita asal Filipina ini, Mary Jane Fiesta Veloso, yang pada tahun 2010 tertangkap karena membawa sejumlah barang haram berupa heroin yang akan diselundupkan ke Indonesia, dan akan menerima hukuman mati pada 2015 ini, ternyata memunculkan kasus baru dalam tinjauan kasusnya. Ia diperkirakan hanya sebagai korban perdagangan manusia dan dipekerjakan sebagai kurir narkoba. Sehingga, hukuman mati yang diberikan kepadanya dinilai melanggar HAM dan tidak sesuai.1

Dalam pemberitaan online, khususnya pada Tempo.co, kasus eksekusi mati Mary Jane mendapat tanggapan yang cukup banyak dari pembacanya. Tempo.co menyediakan link parameter untuk mengetahui bagaimana tanggapan pembaca dengan kasus eksekusi mati Mary Jane ini. Pembaca dapat memberikan suaranya untuk mendukung atau menolak adanya eksekusi mati. Sampai saat ini terdapat 60,6% pembaca kasus eksekusi mati di Tempo.co yang mendukung atau menyetujui diberlakukannya hukuman mati, karena dianggap dapat mencegah kejahatan.

Dengan menggunakan analisis isi kuantitatif, peneliti akan mengetahui kategori pemberitaan mengenai kasus eksekusi mati Mary Jane ini pada Tempo.co yang mampu membentuk opini publik bahwa eksekusi mati harus tetap diberlakukan. Sebagai salah satu portal berita yang cukup diminati oleh khalayak, Tempo.co pasti memiliki agenda media untuk memunculkan sebuah dominasi kategori isu pemberitaan, khususnya pada isu eksekusi mati ini.

1 Todung Mulya Lubis, Kontroversi Hukuman Mati: Perbedaan Pendapat Hakim


(16)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Terkait dengan judul yang diangkat pada penelitian kali ini, yaitu tentang pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso, maka peneliti membatasi penelitian pada pemberitaan yang muncul di Tempo.co. Waktu yang digunakan peneliti mulai dari 6 Maret hingga 26 Mei 2015. Berita yang diteliti sebanyak 111 pemberitaan dengan 649 paragraf. Dengan menggunakan dua kategori besar yaitu kategori isu pemberitaan yang terdiri dari kategori sosial, hukum, dan politik kemudian dibagi menjadi sub-sub kategori dan kategori bentuk pemberitaan yang terdiri dari kategori favorable, unfavorable, dan netral.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan permasalahan, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Kategori apa saja yang disampaikan Tempo.co tentang kasus eksekusi mati Mary Jane?

2. Kategori apa yang paling dominan dalam pemberitaan isu eksekusi mati Mary Jane?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Memperhatikan cara penempatan isi serta kategori yang digunakan dalam pemberitaan eksekusi mati Mary Jane di Tempo.co, maka penelitian ini bertujuan untuk:


(17)

a. Mengetahui kategori apa saja yang disampaikan oleh Tempo.co dalam memberitakan isu eksekusi mati Mary Jane selama bulan Maret hingga Mei 2015.

b. Mengetahui kategori berita yang paling dominan dalam pemberitaan isu eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso oleh Tempo.co.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi dunia akademis maupun masyarakat pada umumnya dalam memahami persepsi pers terhadap suatu realitas sosial di tengah masyarakat.

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai teori-teori komunikasi beserta ruang lingkupnya kepada pembaca, khususnya mengenai analisis isi, agenda media, dan pemberitaan melalui media online. Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pemberitaan dapat dijadikan agenda oleh media yang menerbitkannya.

b. Secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dalam perkembangan ilmu komunikasi. Media online dewasa ini akan menjadi sebuah media pemberitaan yang massif, khususnya di Indonesia. Banyak hal yang harus terus diteliti oleh civitas akademia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pemakaian media online sebagai alat pemberitaan.


(18)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti meninjau beberapa tulisan, buku hasil penelitian, maupun skripsi-skripsi yang terdapat di beberapa universitas.

1. Representasi Agenda Media Dalam Surat Kabar Nasional (Sebuah Analisis Isi Isu Lingkungan Dalam Kompas dan Koran Tempo) oleh Diana Patricia Manulong dari Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, pada tahun 2012. Dalam skripsi ini dijumpai kesamaan dengan skripsi yang peneliti buat, yaitu terletak pada teori yang digunakan, sama-sama menggunakan teori agenda media. Namun, lebih banyak perbedaan yang dijumpai, dari segi isu yang diteliti, media yang digunakan sebagai subjek penelitian, serta unit analisisnya.

2. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Bunda Disayang Allah oleh Bobby Dwi Sanjaya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, pada tahun 2013. Dalam skripsi ini ditemui kesamaan pada bagian unit analisis datanya, yaitu menggunakan paragraf. Selain itu tidak ditemukan lagi kesamaan dengan skripsi yang peneliti tulis.

3. Pembatalan Vonis Mati Pengedar Narkotika Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 39 PK/ Pid. Sus 2011) oleh Muhammad Syafe’ie dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbandingan Mahzab dan Hukum, tahun 2013. Skripsi tersebut juga membahas mengenai eksekusi mati namun dari segi hukumnya, dan berfokus pada pembatalan vonis mati dalam perspektif hukum Islam,


(19)

sedangkan skripsi yang peneliti buat berfokus pada isi pemberitaan media tentang eksekusi mati, sangat jelas terlihat perbedaannya.

4. Analisis Isi Tentang Sedekah Dalam Teitter Ustadz Yususf Mansur oleh Dicky Rinaldy dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2014. Skripsi tersebut juga menggunakan analasis isi sebagai teknik analisisnya, selai itu tidak ditemukan kesamaan dengan skripsi yang peneliti tulis.

5. Penerapan Hukuman Mati Dalam Hukum Islam dan Korelasinya Dengan Nilai-Nilai Pancasila oleh Apis Syahril dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Konsentrasi Kepidanaan Islam, tahun 2014. Skripsi tersebut juga membahas mengenai hukuman mati, namun dilihat dalam hukum Islam dan dihubungkan dengan nilai-nilai pancasila, sehingga jelas berbeda dengan sekripsi yang peneliti buat.

Dari tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian skripsi ini tidak hasil dari penjiplakan atau penelitian ulang skripsi terdahulu. Skripsi ini benar-benar dibuat sesuai dengan kriteria yang berlaku, yaitu dengan melakukan penelitian yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Sehingga jauh dari plagiatisme.

E. Sistematika Penulisan

Bab I yang berupa pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan Sistematika Penelitian. Penjelasan mengenai teori agenda media, kerangka konsep, konsep eksekusi mati, narkotika, berita, dan media online akan dijabarkan pada Bab


(20)

II yang disebut landasan teori. Penjelasan paradigma yang digunakan dalam penelitian, metode analisis isi, banyaknya populasi dan sampel serta uji reliabelitas yang peneliti lakukan terdapat pada Bab III yang disebut metodologi penelitian.

Uraian dari hasil perhitungan dan analisis kategori isu pemberitaan dan kategori bentuk pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso di Tempo.co, selama bulan Maret hingga Mei 2015, dijelaskan pada Bab IV yang disebut analisis hasil temuan dan interpretasi penelitian. Pada Bab V, yang menjadi bab terakhir dalam penelitian ini, menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagai kesimpulan jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat, kemudian di tambah dengan saran-saran yang bersifat membangun untuk media yang bersangkutan, yaitu Tempo.co dan rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan berkaitan dengan hasil temuan dalam penelitian.


(21)

9

KERANGKA TEORI

A. Agenda Media

Media massa, baik tradisional maupun modern memberikan kita informasi dan membantu manusia dalam memperhatikan lingkungan sekitarnya. Media memberikan berita, informasi, dan peringatan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dikala terancam di tengah fenomena alam sampai di dalam kehidupan sehari-hari.1

Di sini media massa menempati posisi yang sangat penting. Ia memengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Yu (2009) lebih lanjut mengemukakan media juga mengatur, menyusun dan menginterpretasi hidup manusia. Cerita yang menonjol di media dipercaya lebih penting daripada yang dipulas atau diabaikan. Dengan menonjolkan satu persoalan dan mengesampingkan yang lain, media membentuk citra atau gambaran dunia seperti yang disajikan dalam media massa. Beranjak dari fenomena ini McQuail (2005) mengungkapkan, hanya dengan mengetahui bagaimana media bekerja, maka akan dapat dipahami hubungan pengaruh antara masyarakat dengan media atau sebaliknya.

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi cenderung lebih banyak memengaruhi pengetahuan dan tingkat kesadaran seseorang.2 Para ahli pada berbagai studi terdahulu mengenai efek media menyimpulkan bahwa “media lebih mengkristalkan

1Michael Gamble dan Teri Kwal Gamble, Communication Work 8�ℎEdition, (New York:

McGraw-Hill, 2005), h. 478


(22)

dan meneguhkan ketimbang mengubah”. Mereka menemukan bahwa efek media itu terbatas dan media massa hanya lebih berfungsi untuk memperteguh keyakinan. Model agenda setting mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan pengertian khalayak pada persoalan tersebut. Konsep mengenai agenda media ini diambil dari teori agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw.3 Ide dasar dari teori ini bahwa media memberikan perhatian yang berbeda pada setiap isu. Dari berbagai isu yang muncul atau mengemuka, ada isu yang diberitakan dengan porsi yang besar, ada yang diberitakan dengan porsi yang kecil. Perbedaan perhatian media terhadap isu ini akan berpengaruh terhadap kognisi (pengetahuan dan citra) suatu peristiwa di mata khalayak. Liputan berita yang diulang-ulang untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik merupakan kemampuan media yang berfungsi sebagai penentu agenda.

Orang cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan oleh media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan oleh media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Menurut Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw, khalayak tidak hanya mempelajari berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan pada topik tertentu.4

Berdasarkan teori tersebut, maka diturunkanlah konsep mengenai agenda media. Konsep ini tidak memiliki dimensi dan langsung diturunkan menjadi tiga indikator.

3Mc Quail, Denis, dan Sven Windahl, Communication Models for the Study of Mass

Communication, edisi ke-2, (London: Longman, 1996), h. 127


(23)

1. Isu yang diberitakan oleh media. Dengan melihat isu mana yang paling banyak diberitakan oleh media, maka isu tersebutlah yang ingin disorot oleh media.

2. Panjang berita dalam surat kabar.

3. Penempatan isu tersebut dalam halaman surat kabar. Surat kabar yang memberitakan isu eksekusi mati Mary Jane dalam jumlah besar, dengan halaman yang panjang dan ditempatkan pada tempat yang mencolok, mencerminkan agenda yang dibawa oleh media kepada publik.

Dengan tiga indikator di atas, agenda media yang dimaksud adalah isu-isu yang mendapat perhatian media dengan frekuensi pemunculan isu yang sering, pemberian kolom yang panjang dan penempatan isu pada halaman depan atau mencolok sehingga mudah diakses oleh khlayaknya.

Untuk mendapatkan signifikasi waktu penelitian dimana agenda media ini berdapampak pada publik, maka dibutuhkan penelitian dalam jangka waktu tertentu. Winter dan Eyal (1980) menyatakan bahwa korelasi paling kuat antara agenda media dan agenda publik adalah selama rentang waktu 4 sampai 6 minggu. Akan tetapi terdapat juga bukti bahwa dampak penentuan agenda yang muncul dalam periode waktu yang lebih singkat. Wanta dan Roy (1995) menemukan bahwa dampak penentuan agenda untuk televise lokal muncul setelah enam hari dan lenyap setelah 11 hari. Dampak penetuan agenda untuk surat kabar local muncul setelah delapan hari namun berlangsung lebih lama, dan lenyap setelah 85 hari.

Menurut G. E. Lang dan K. Lang (1983), agenda tidak ditentukan oleh media semata, akan tetapi juga dipengaruhi oleh opini publik yang ada sehingga mereka menggunakan istilah pembentukan agenda dibandingkan dengan penentuan


(24)

agenda. Penelitian mereka menyatkan bahwa proses penempatan isu pada agenda publik membutuhkan waktu melalui beberapa tahap. Selain itu cara media membingkai sebuah isu dan pemilihan kata-kata ynag digunakan untuk menggambarkan isu tertentu memiliki dampak terhadap persepsi khalayak.

Pada tahun 1972, teori ini digunakan untuk meriset efek kampanye Presiden di Nort California. 1983, Kurt Lang juga melakukan pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media memang menjadi variabel penentu yang memengaruhi apa yang dianggap penting dan dibicarakan publik. W. Littlejohn dan Karren Foss (2005:180) mengutip Rogers dan Dearing. Fungsi Agenda Setting:5

1. Agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media.

2. Agenda media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya memengaruhi Agenda Kebijakan.

3. Agenda kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik.

B.

Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep ini, penulis membagi menjadi dua konsep kategori, yaitu kategori isu pemberitaan sosial, hukum, potik, dan kategori bentuk pemberitaan favorable, unfavorable, dan netral. Pada kategori isu pemberitaan

5Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication, (Jakarta:


(25)

sosial, hukum, dan politik, penulis membuat tiga sub kategori pada setiap kategorinya.

1. Sosial

Pada kategori ini yang dimaksud dengan sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut dengan kemanusiaan serta menghargai hak orang lain. Sosial juga dapat dikatakan sebagai norma yang bersumber dari kebudayaan sebagai acuan dalam berhubungan dengan antar manusia. Saling tolong menolong dan menjalin komunikasi yang baik dengan sesama juga dapat diartikan sebagai sosial. Dalam kategori sosial, penulis meguraikan kembali kategori ini ke dalam tiga sub kategori, yaitu

a. Keadaan dan riwayat hidup Mary Jane Fiesta Veloso. b. Hubungan Mary Jane dengan Keluarga.

c. Hubungan Mary Jane dengan lingkungan LP. 2. Hukum

Pada kategori ini, yang dimaksud dengan hukum yaitu menjelaskan tentang penegakan sebuah peraturan. Dimana peraturan yang dibuat pemerintah ditujukan untuk melindungi masyarakat dan keutuhan negara. Dalam skripsi ini, hukum tentang narkotika yang menjadi sorotan atau muatan utama. Setiap masyarakat pasti memiliki hukum, baik dari masyarakat yang paling primitif hingga di masyarakat yang paling modern sekalipun. Oleh karena itu, hukum memiliki sifat yang universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, tetapi memiliki hubungan timbal balik.6 Namun, sering dianggap oleh masyarakat bahwa hukum adalah sistem yang dibuat oleh pemerintah sebagai pengikat dan sanksi sebagai

6Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Edisi Revisi, (Bandung: PT Citra


(26)

pemaksa untuk menegakkan hukumnya. Sesungguhnya hukum itu sendiri memiliki tujuan untuk menciptakan suatu kedamaian yang didasarkan pada keserasian antara ketertiban dan ketentraman.7 Seperti apa yang selalu diusahakan oleh Indonesia sebagai negara hukum, penegakan hukum dalam segala bidang menjadi perhatian utama. Dalam skripsi ini, kategori hukum yang digunakan, penulis jabarkan lagi menjadi tiga sub kategori, yaitu

a. Upaya penegakan hukum narkotika oleh pemerintah Indonesia.

b. Upaya hukum yang dilakukan pihak Mary Jane untuk mendapatkan keringanan hukum.

c. Keputusan hukum yang diberikan oleh badan yang berwenang kepada Mary Jane.

3. Politik

Pada kategori ini, yang dimaksud dengan politik adalah upaya yang dilakukan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Terutama oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan. Pada kasus ini, terjadi aktivitas politik antar dua negara yaitu Indonesia dan Filipina. Dalam skripsi ini, kategori politik yang digunakan, penulis jabarkan lagi menjadi tiga sub kategori, yaitu

a. Pelobian yang dilakukan pihak Filipina kepada Indonesia untuk membebaskan warga negaranya.

b. Kondisi hubungan bilateral antara Indonesia dan Filipina.

c. Keputusan pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden terhadap hukuman yang diberikan kepada Mary Jane.

7DR. Teguh Prasetyo, S.H., M.Si. dan DR. Abdul Halim Barkatullah, S. Ag., S.H., M.


(27)

4. Favorable

Sikap favorable atau positif yang dimaksud dalam kategorisasi ini adalah apabila pernyataan dalam berita yang ditampilkan secara eksplisit atau implisit mendukung yaitu dengan memuji, menyanjung, menyetujui isu eksekusi matiMary Jane Fiesta Veloso.

5. Unfavorable

Sikap unfavorable atau negatif yang dimaksudkan bila pernyataan dalam berita yang ditampilkan secara eksplisit atau impisit tidak mendukung, yaitu dengan mencela, meremahkan, dan menolak isu tentang eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso.

6. Netral

Sikap netral yang dimaksud adalah apabila pernyataan dalam berita yang ditampilkan secara eksplisit atau implisit tidak bersikap memihak atau netral tentang isu eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso.8

C. Media Online

Pengertian Media Online

Internet adalah suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Manfaat sistem komunikasi yang berjaringan ini dengan cepat ditangkap oleh peneliti dan pendidik secara umum.9 Internet kemudian menjadi satu fenomena baru, adanya internet semua

8Rachmat Kriyantono, S.Sos., M. Si., Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana,

2010), hlm. 247.

9Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan


(28)

bentuk aktivitas komunikasi menjadi lebih mudah. Pendistribusian informasi juga semakin mudah dengan adanya bantuan internet.

Seiring dengan berkembangnya internet secara cepat, bidang media pun kini menggunakan internet sebagai transportasi pendistribusian berita. Indonesia memiliki banyak media yang dapat diakses melalui internet. Perkembangan media online di Indonesia sendiri semakin pesat dengan banyaknya media online yang dibentuk. Bahkan ada wacana bahwa media online ini lambat laun dipercaya dapat menggeser eksistensi media lainnya, baik cetak maupun elektronik. Sehingga saat ini banyak juga perusahaan media yang mengembangkan diri dengan menambahkan media berbentuk online sebagai armadanya, salah satunya adalah perusahaan media TEMPO dengan membentuk Tempo.co.

Adapun perbedaan antara media online dengan media cetak dan elektronik yaitu: pertama, pada media online, berita-berita yang disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di up-date. Peristiwa-peristiwa besar yang baru saja terjadi sudah dapat diketahui dengan membaca media online, masyarakat tidak harus menunggu esok hari melalui koran atau pekan depan melalui majalah. Faktor kecepatan inilah yang tidak diperoleh lewat media cetak.

Kedua, dalam media online, sangat mudah untuk mengakses berita-berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan melalui komputer atau laptop yang dipasang internet, tetapi melalui ponsel atau telepon genggam pun bisa, sehingga sangat mudah dan praktis. Pembaca juga bisa berbagi cerita-cerita penting dari media online itu kepada banyak orang yang tidak bisa dilakukan di media cetak maupun elektronik.


(29)

Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan. Pembaca juga dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Jadi, pembaca tidak perlu menulis surat pembaca yang pemuatannya bisa memakan waktu beberapa hari.10

D. Berita

Sebagai salah satu produk jurnalisme, banyak tokoh yang menemukan definisi mereka tentang berita. Allison Anderson dalam buku Media, Culture,and Environment, mengutip definisi Ericson mengatakan bahwa berita bukanlah hal yang sebenarnya terjadi di dunia, definisi lengkapnya adalah:11 “News is a product of transaction between journalist and their sources. The primary sources of reality for news is not what displayed or what happens in the real world. The reality of news is embedded in the nature and type of social and cultural relation that develop between journalist and their sources”

Suhandang (2004) mengutip definisi dari Dr. Willard G Blayer, berita adalah segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca. Sedangkan Mitchel V Charnley mengatakan bahwa berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa kejadian faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyertakan kepentingan mereka.12

10Zaenuddin HM, The Journalist, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 7-9. 11Alison Anderson, Media, Culture And The Environment, (Swiss: Routledge, 2013), h. 45 12Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: Rosdakarya,


(30)

Menurut Walter Lippman, berita bukanlah cerminan dari kondisi sosial masyarakat, tetapi laporan atas peristiwa yang terjadi di masyarakat.13 Senada dengan Lippman, Mitchell V. Charnley juga menyebutkan definisi berita sebagai laporan dari suatu peristiwa dan bukannya peristiwa itu sendiri14.

Untuk menarik perhatian khalayak, berita harus mempunyai nilai berita. Nilai berita merupakan hal-hal yang dapat dijadikan sebuah penentu apakah sebuah berita layak menjadi sebuah berita. Ada beberapa karakteristik atau nilai yang harus dimiliki agar bisa dikategorikan sebagai berita. Beberapa nilai berita (newsworthiness) menurut McQuail (2010) adalah:

a. Significance, peristiwa atau permasalahan tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat.

b. Magnitude, besarnya skala peristiwa yang membuatnya penting diketahui khalayak.

c. Prominence, unsur kepopuleran suatu peristiwa maupun tokoh dalam berita. d. Timeliness, sebuah peristiwa dapat disebut berita jika ia bersifat baru. e. Proximity, kedekatan khalayak terhadap peristiwa atau fakta. Kedekatan ini

bisa diartikan baik secara jarak maupun psikologis.

Berita peradilan dan hukum menjadi penting karena mengandung elemen konflik di dalamnya. Kisah pengedar narkoba menarik karena unsur konflik serta pertimbangan rasa keadilan masyarakat dan individu atau berisi hasrat manusia mencari keadilan itu sangat asasi. Dari kasus-kasus peradilan juga sering muncul perbincangan dan polemik di surat kabar tentang keabsahan produk hukum,

13DeFleur, M. L. dan Dennis, E, Understanding Mass Communication, (Boston: Houngton

Mifflin, 1998), h. 444


(31)

penilaian tentang kualifikasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen para penegak hukum.15

Dilihat dari unsur-unsur yang diangkatnya, berita bisa dibagi menjadi tiga jenis yaitu berita langsung (straight news), berita ringan (softnews) dan berita kisah (feature) (Chaer, 2010). Straight news adalah berita yang disusun untuk menyampaikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca. Prinsip penulisannya adalah piramida terbalik. Maksudnya, unsur-unsur yang penting dituliskan pada bagian pembukaan atau teras berita. Kemudian bagian-bagian yang kurang penting diuraikan di bawahnya. Hal tersebut dilakukan karena tujuan dari berita langsung ini adalah untuk menyampaikan berita secara cepat agar bisa diketahui oleh pembacanya. Unsur lain dalam berita langsung adalah keaktualan berita. Jadi isu-isu yang diangkat dalam straight news merupakan peristiwa atau kejadian yang baru terjadi. Ataupun kejadian yang sudah lampau akan tetapi belum pernah diberitakan oleh surat kabar lain, juga bisa ditulis dengan berita langsung.

Berita ringan (soft news) merupakan berita yang lebih mementingkan unsur manusia dari peristiwa tersebut. Sehingga apabila suatu peristiwa atau kejadian sudah ditulis sebagai berita langsung, maka kejadian tersebut masih bisa ditulis sebagai berita ringan dengan memasukkan unsur-unsur manusiawi (human interest) di dalamnya. Unsur yang paling ditonjolkan di sini bukan dari peristiwa tersebut akan tetapi unsur yang menarik dan menyentuh perasaan pembacanya.

Berita kisah (Feature) merupakan jenis tulisan yang liputanya cenderung lebih luas dan tidak harus mengutamakan kebaruan. Umumnya feature

15Sedia Willing Barus, Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga,


(32)

berhubungan dengan minat pembaca. Nilai berita pada umumnya yaitu human interest yang mendorong keingintahuan, simpati, skeptisme, atau kekaguman dari pembaca; bisa mengenai topik tertentu, peristiwa, produk, tempat, orang, dan hewan.

Selain ketiga jenis berita tersebut ada juga jenis berita lain yang sering ditemui dalam surat kabar, yaitunews analysis dan investigative news. News analysis merupakan jenis tulisan yang tidak hanya sekedar memberikan informasi mengenai siapa, apa, akapan, dan dimana dari suatu berita; namun juga memberikan latar belakang informasi dan opini penulis, interpretasi dan prediksi. Berita analisis ini seringkali terlihat di kolom berita, dan terkadang dapat ditemukan di halaman depan surat kabar. Sedangkan investigative news merupakan jenis tulisan yang isinya ditujukan untuk mengekspos suatu perustuwa tertentu, menggali informasi penting mengenai kepentingan publik dengan metode pengumpulan yang tidak seperti biasa.

E. Eksekusi Mati di Indonesia

Dalam pemberlakuan hukum eksekusi mati di Indonesia mendapat penentangan yang cukup kuat dari masyarakat yang merasa bahwa hukuman tersebut melanggar hak hidup seseorang dan mempunyai kelemahan lainnya seperti tidak adanya kesempatan memperbaiki jika ada kekeliruan dalam pemberian hukuman. Untuk itu Mahkamah Konstitusi memberikan penjelasan atas keberatan-keberatan yang diajukan, khususnya untuk pemberlakuan eksekusi mati bagi pelaku kejahatan penyalahgunaan narkotika.


(33)

Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa hampir seluruh dalil yang diajukan untuk menghapus hukuman mati di Indonesia dibangun di atas argumentasi yang bertolak semata-mata dari perspektif hak untuk hidup orang yang dijatuhi hukuman. Terdapat kelemahan yang tidak dapat dielakan dari perspektif yang kontra dengan pemberlakuan hukuman mati ini. Pandangan ini dapat dipahami sebagai pandangan yang menisbikan bahkan menihilkan kualitas sifat jahat pelaku. Padahal kejahatan yang diancam dengan pidana mati itu adalah kejahatan yang menyerang hak untuk hidup dan hak atas kehidupan, yang menjadi dasar pembelaan pada pandangan dihapuskannya hukuman mati tersebut.16

Para penentang hukuman mati berasumsi bahwa hukuman mati dapat memberikan dampak yang sangat luas, tidak hanya kepada penerima hukuman mati, tetapi juga sampai kepada keluarganya. Mahkamah Konstitusi menilai yang lebih mendapat sorotan harusnya adalah keluarga korban yang hak hidupnya dirampas oleh pelaku kejahatan. Jika melihat pada sisi keadilan, sesungguhnya keadilan akan terbentuk kembali apabila harmoni sosial telah dipulihkan. Harmoni sosial telah rusak saat adanya kejahatan yang diancam dengan hukuman mati tersebut. Untuk itu upaya perbaikannya dilakukan dengan memberikan sanksi pidana.

Terdapat juga kekhawatiran terjadinya kekeliruan dalam menjatuhkan hukuman mati kepada tersangka, karena jika hukuman ini telah diberlakukan dan ternyata ada kekeliruan, tidak akan ada lagi pembenaran yang dapat diberlakukan kepada penerima hukuman mati. Namun sangat disayangan, pandangan ini lagi-lagi hanya sebuah kekhawatiran yang menjadi hiper realitas di masyarakat. Karena tidak

16

Todung Mulya Lubis dan Alexander Lay, Kontroversi Hukuman Mati, (Jakarta: Kompas, 2009), h. 344


(34)

didapati satupun data tentang kekeliruan yang pernah dilakukan dalam pemberlakuan hukuman mati. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sistem pidana ketidaksempurnaan itu masih selalu ada. Namun dengan penghapusan hukuman mati tidak lantas menjadikan sistem pidana menjadi sempurna.

Dengan tetap memberlakukan hukuman mati pada hukum pidana Indonesia, hal ini dianggap merubah filosofi hukum pemidanaan Indonesia yaitu rehabilitas dan reintegrasi sosial pelaku tindak pidana. Mengenai hal ini Mahkamah Konstitusi mengatakan bahwa filosofi hukum pemidanaan adalah bersifat umum, hanya berlaku terhadap kejahatan-kejahatan tertentu dan dalam kualitas tertentu yang memang masih mungkin untuk dilakukan rehabilitasi dan reintegrasi sosial pelakunya. Sehingga penerapan hukuman mati terhadap jenis dan kualitas kejahatan yang sesuai, tidak merubah filosofi pemidanaan Indonesia.

Dalam pemberlakuan hukuman mati dinilai sangat lekat dengan hukum balas dendam dan menurut para pendukung penghapusan hukuman mati di Indonesia hal ini tentu tidak sesuai dengan asas hukum seharusnya. Mahkamah Konstitusi menjelaskan jika melihat dari aspek terdakwa dan korban, hukum pidana memang melekat dengan balas dendam, namun kesan demikian akan berkurang atau bahkan hilang jika dilihat dari upaya untuk mengembalikan harmoni sosial yang terganggu dengan adanya kejahatan itu. Termasuk dengan dilegitimasinya hukuan mati untuk kejahatan narkotika.17

Dilihat dari hukum Islam, hukuman mati tidak begitu sejalan dengan hukum Islam. Sebab kejahatan narkotika dalam hukum Islam digolongkan dalam minuman keras atau khamr yang terkena hukum had saja. Khamr adalah minuman keras,

17Todung Mulya Lubis dan Alexander Lay, Kontroversi Hukuman Mati, (Jakarta: Kompas,


(35)

bahan yang mengandung alkohol yang bila diminum atau dikonsumsi akan memabukan.18 Selain berupa minuman, bahan-bahan yang dapat menghilangkan akal, seperti ganja, narkotika, dan berbagai jenisnya juga diharamkan. Rumus pengharaman ini mengacu pada hadits Riwayat Imam Suyuthi bahwa setiap sesuatu yang memabukan disebut khamr, dan setiap khamr hukumnya haram, baik sedikit ataupun banyak, baik konsumennya sampai mabuk ataupun tidak.19

Pelaku yang terkena hukuman tidak hanya pengguna, tetapi juga produsen, distributor, pembawa, pengirim, penuang, penjual, pembayar, pemesan, dan pemakan hasil. Kejahatan ini dapat juga ditarik menjadi hukuman takzir, jika pemerintah dalam hal ini menganggap pelaku sangat berbahaya, misalnya selalu mengulang kejahatannya, dan kejahatannya membahayakan banyak orang, maka dapat dikenakan hukuman takzir. Hukuman maksimalnya menurut sebagaian ulama Hanafiyah boleh sampai hukum mati.20 Penyalahgunaan narkoba adalah salah satu kejahatan yang sangat berbahaya dan merugikan banyak pihak, tidak hanya pelaku tetapi juga orang lain.21 Jadi mengingat bahayanya yang sangat besar dan sangat merugikan, bisa saja pelaku (produsen, pengedar, penjual) dan sebagainya dikenakan hukum maksimal, termasuk hukuman mati sesuai dengan hukum positif dan hukum Islam.

18Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, tahun), hal.

91

19Al Imam Jalaludin Abdirrahman bin Abibakar al-Suyuthi, al-jamiush Shagir, juz 2, h. 94,

dalam Eksekusi Hukuman Mati di Indonesia (Tinjauan Hukum Pidana Islam), oleh Nurwahidah, hal. 10

20Nurwahidah, Eksekusi Hukuman Mati Di Indonesia (Tinjauan Hukum Pidana Islam),

Jurnal.iain-antasari.ac.id>syariah>article, h. 10

21Sfyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1990), hal.


(36)

F. Narkotika

Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruhnya berupa biusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan, semangat, dan halusinasi. Narkotika memiliki daya adiksi yang sangat kuat, sehingga menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari pemakaiannya. Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan dalam tiga golongan, yaitu narkotika alami, semisintesis, dan narkotika sintesis. Narkotika alami merupakan narkotika yang zat aditifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan, misalnya ganja. Indonesia merupakan daerah subur untuk tanaman ganja. Cara penyalahgunaan ganja ini dengan dikeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok lalu dibakar serta dihisap.

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga bisa dimanfaatkan untuk dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada suatu operasi. Kodein, dipakai untuk penghilang batuk. Heroin, tidak dapat dipakai di dunia kedokteran karna daya adiktifnya sangat besar manfaatnya dalam medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw. Bentuknya seperti tepung. Zat inilah yang dibawa oleh Mary Jane dari Filipina seberat 2,6 kilogram untuk diselundupkan ke Indonesia, hingga akhirnya ia dikenakan hukuman mati. Narkotika jenis sintesis adalah narkotika palsu dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba.22

22Joyo Nur Suryanto Gono, Narkoba: Penyalahgunaan dan Pencegahanny, dalam


(37)

25

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Menurut Earl Babbie, paradigma merupakan model atau skema fundamental yang mengorganisir pandangan kita tentang suatu hal, walaupun paradigma tidak secara tepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting. Secara umum, paradigma didefinisikan sebagai suatu keseluruhan sistem berpikir (a whole system of thinking)1.

Penelitian ini menggunakan paradigma positivis, karena dilaksanakan dengan berpedoman pada konsep yang sudah ada sebelumnya. Auguste Comte, bapak positivistik menyatakan untuk pertama kalinya bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap suatu hal atau fenomena yang dapat diamati secara nyata. Lebih lanjut ia juga menekankan tentang pentingnya data dan fenomena empiris baik langsung maupun tidak langsung, sebagai sumber utama dan satu-satunya dalam merumuskan pengetahuan, yang disebutnya sebagai positive knowledge.2

Definisi dari paradigma positivis adalah metode yang terorganisir untuk mengombinasikan logika berpikir secara deduktif dan pengamatan dari pelaku individu untuk menemukan hubungan sebab akibat yang biasa dipergunakan untuk memprediksi pola umum dari suatu gejala.3 Secara metodologis, paradigma positivis menyatakan pertanyaan penelitian dan hipotesis di awal penelitian, untuk

1W. Lawrence Neuman, Sosial research method, (Wisconsin: Pearson Education Inc,

2003), h. 70

2

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 31


(38)

kemudian diuji secara empiris. Paradigma positivis memandang realitas sebagai sesuatu yang ada di luar sana dan diatur oleh mekanisme alamiah. Kepentingan utama dari penelitian dengan paradigma positivis adalah untuk menemukan kebenaran universal dengan membuktikan konsep-konsep atau variabel tertentu.

Pandangan positivisme ini begitu kuat mengklaim bahwa ilmu adalah ilmu pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak positivistik bukanlah ilmu. Tradisi positivisme ini kemudian melahirkan pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial dimana objek penelitian memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioral, di mana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif dengan menentang sikap-sikap subjektif.4

Dalam paradigma penelitian riset kuntitatif (positivism/klasik) ada empat landasan falsafahnya, yaitu ontologis, epistimologis, aksiologis, dan metodologis. Penjelasan dari falsafah tersebut antara lain:

a. Ontologis

Ada realitas yang nyata yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal; walaupun kebenaran pengetahuan tentang itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik. Riset tersebut bersifat di luar dunia subjektif penelitian. Penelitian tersebut dapat diukur dengan standar tertentu, digeneralisasikanan dan bebas dari konteks waktu.


(39)

b. Epistimologis

Ada realitas objektif, sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek penelitian. Dan riset ini jangan ada penilaian yang subjektif atau bias pribadi.

c. Axiologis

Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. Peneliti berperan sebagai disinterested scientist. Tujuan penelitian antara lain eksplanasi, prediksi dan kontrol realitas sosial.

d. Metodologis

Pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deduvtive method; yaitu melalui laboratorium eksperimen atau survey eksplanatif. Dengan analisis kuantitatif.5

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yang berorientasi pada hasil yang bersifat pasti dan jelas. Alur berpikir yang mendasari penelitian dengan pendekatan ini adalah deduktif, yang berarti penelitian didasarkan pada teori atau konsep tertentu yang akan dibuktikan atau untuk menjawab permasalahan.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikananan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih


(40)

mementingkan aspek keluasan data atau hasil riset dianggap merupakan hasil representasi dari seluruh populasi.6 Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu kejadian. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan agar dapat mengetahui kuantitas ketertarikan media pada isu eksekusi mati.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan.7 Subjek penelitiannya adalah media pemberitaan online Tempo.co, sedangkan objek penelitiannya adalah seluruh pemberitaan yang memuat isu eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso dari bulan Maret hingga Mei 2015.

D. Jenis Penelitian

Sifat penelitian ini berdasarkan tujuannya adalah penelitian deskriptif karena tujuan penelitian adalah memberikan gambaran lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana isu eksekusi mati ditampilkan dalam surat kabar online nasional. Penelitian deskriptif ini akan menentukan dan melaporkan keadaan yang sekarang sedang terjadi. Jenis penelitian deskriptif juga membantu memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas mungkin.8 Dalam penelitian ini data yang bersifat kuantitatif dengan teknik analisi isi akan diinterpretasikan hasil pengkodingannya.

6Rachmat Kriyanto, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h. 55

7Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92. 8Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM,


(41)

E. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis isi. Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen. Analisis isi merupakan salah satu metode utama dari ilmu komunikasi. Penelitian yang mempelajari isi media menggunakan analisis isi. Lewat analisis isi, peneliti dapat mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan dari suatu isi. Analisis isi kuantitatif harus dibedakan dengan jenis-jenis analisis isi lainnya. Analisis isi kuantitatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan analisis teks lainnya. Secara umum, analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk mengindentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliable, dan dapat dereplikasi.9

Maka teknik analisis untuk pengukuran yang digunakan yaitu berdasarkan pendekatan kuantitatif dilihat dari frekuensi absolut akan jumlah dan presentasi kejadian variabel yang akan ditampilkan dalam angka. Dalam penelitian ini berita-berita eksekusi mati Mary Jane yang sudah dipilih secara manual dari sampel surat kabar online akan dianalisis dan dikoding sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat sebelumnya.

Studi analisis isi mengindentifikasikan dan menghitung kata-kata kunci, istilah dan tema pesan, ukura dari kolom berita secara detil dan lengkap. Analisis isi adalah teknik-teknik pennelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperlihatkan konteksnya. Metode ini populer


(42)

untuk digunakan dalam penelitian media massa karena metode ini merupakan cara paling efisien untuk menginvestigasi konten media.10

F. Sumber Data

a. Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data primer dalam penelitian ini berupa kumpulan berita mengenai eksekusi mati Mary Jane yang didapat dari portal berita Tempo.co selama bulan Maret hingga Mei 2015 sebanyak 111 judul pemberitaan dan 649 paragraf.

b. Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Data sekunder ini diperoleh buku-buku, jurnal, dan situs-situs internet yang berkaitan dengan isu pemberitaan yang menjadi objek penelitian.

G. Tahapan Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang akan diteliti, penelitian ini mempunyai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Peneliti akan melakukan dokumentasi dalam mendapatkan data untuk penelitian ini. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan


(43)

data dari sumber noninsani yang terdiri dari berita terkait kasus eksekusi mati Mary Jane Viesta Feloso di media online www.tempo.co.id. Peneliti akan menganalisis dokumen tersebut secara sistematik bentuk-bentuk komunikasi yang dituangkan dalam bentuk dokumen secara objektif. b. Studi Kepustakaan

Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan jurnalistik, analisis isi, komunikasi, dan media massa serta hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang juga menggunakan analisis isi.

c. Pengolahan Data

Pada tahapan pengolahan data, peneliti menampilkan isu eksekusi mati Mary Jane berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang terdiri dari kategori isu pemberitaan sosial, hukum, dan politik, serta kategori bentuk pemberitaan Favorable, Unfavorable, dan Netral melalui penilaian juri. Data yang telah dinilai oleh juri akan diamati dan dianalisis, dihitung lalu diberikan nilai untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien reliabelitas setiap juri, yaitu antara juri 1 dan 2, 1 dan 3, juri 2 dan 3.11

Untuk mempermudah juri dalam menganalisis berita eksekusi mati Mary Jane dari portal berita Tempo.co maka peneliti membuat tabel berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang di dalamnya mengandung muatan isu pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso. Pemberitaan isu eksekusi mati ini memuat tentang kehidupan sosial Mary

11Dicky Rinaldy, Analisis Isi Tentang Sedekah Dalam Twitter Ustadz Yusuf Mansur,


(44)

Jane sebagai terdakwa yang dijatuhi hukuman mati, serta upaya hukum yang dilakukan baik oleh badan hukum Indonesia maupun dari pihak Mary Jane yang menginginkan keringanan hukuman, ada juga unsur politik yang dilakukan oleh petinggi negara terdakwa, yang melakukan perlobian kepada presiden Indonesia demi mengharap adanya kebijakan untuk memberikan grasi kepada warga negaranya yang mendapatkan hukuman mati tersebut. Juga melihat adanya bentuk dukungan dalam menegakan hukum eksekusi mati, serta serangkaian penolakan terhadapnya, termasuk juga sikap netral terhadap hukuman yang dalam pelaksanaannya harus mengakhiri hidup orang yang mendapat hukuman.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan menggunakan konsep analisis isi. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksud untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, atau menguji hubungan di antara veriabel. Dengan menggunakan analisis isi ini, peneliti akan menggunakan lembar koding dalam menganalisis data, data yang berupa pemberitaan mengenai eksekusi mati Mary jane di Tempo.co akan terlebih dahulu dikategorisasikan. Peneliti juga akan melakukan pemilihan coder yang dinilai memiliki kredibilitas untuk membaca dan menilai isi berita sehingga dapat menguji reliabelitasnya. Setelah reliabelitas memenuhi syarat, maka peneliti mengkode semua isi berita ke dalam lembar coding untuk kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan formula yang tersedia.12


(45)

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, akan membantu peneliti untuk mengetahui kategori apa yang paling dominan dalam isu pemberitaan tersebut.

Dalam analisis isi, alat ukur yang digunakan adalah lembar coding. Peneliti harus memastikan bahwa lembar coding yang akan dipakai adalah alat ukur yang terpercaya. Tentu saja, sebagai alat ukur, lembar coding ini tidak dapat sempurna seperti penggaris. Selalu ada perbedaan antara satu orang dengan orang lain ketika menilai suatu isu di media. Analisis isi memberikan panduan toleransi berapa besar perbedaan yang dapat diterima.13

Reliabelitas sangat penting dalam analisis isi. Seperti dikatakan oleh Kaplan dan Goldsen sebagai berikut: “Pentingnya reliabelitas terletak pada jaminan yang diberikannya bahwa data yang diperoleh independen dari peristiwa, instrument atau orang yang mengukurnya. Data yang reliabel menurut definisi adalah data yang tetap konstan dalam seluruh variasi pengukuran.” Reliabelitas menilai sejauh mana alat ukur dan data yang dihasilkannya menggambarkan variasi yang ada dalam gejala yang sebenarnya. Alat ukur yang reliabel seharusnya melahirkan hasil yang sama dari serangkaian gejala yang sama, tanpa tergantung kepada keadaan.14

Reliabelitas berbeda dengan validitas. Reliabelitas melihat pada apakah alat ukur dapat dipercaya menghasilkan temuan yang sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda. Sementara validitas berbicara mengenai apakah alata ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Reliabelitas mempunyai keterkaitan dengan validitas. Suatu alat ukur dapat valid, tetapi bisa jadi tidak

13Burhan Bungin, Metode penelitian Kuantitatif, h. 281

14 Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction To Its Methodology, (SAGE


(46)

reliabel. Keandalan tidak menjamin validitas dari suatu alat ukur. Reliabelitas merupakan syarat kondisi yang diperlukan bagi validitas. Reliabelitas menetapkan batas-batas validitas dari suatu alat ukur. Suatu alat ukur bisa jadi tidak valid, tetapi tidak boleh tidak reliabel. Karena alat ukur yang tidak reliabel merupakan indikasi bahwa alat ukur tersebut juga tidak valid.15

Peneliti menggunakan rumus Hostly yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi secara kuantitatif untuk mencari koefisien reliabelitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri yaitu sebagai berikut:

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri

N1+N2 = Jumlah Item yang dibuat oleh tim juri

M = Kesepakatan antar juri

N = Jumlah yang diteliti

Komposit Reliabelitas

N = Jumlah juri

15Burhan Bungin, h.282

Koefisien Reliabelitas

=

2�

�1+�2

�(����������) 1 + (� −1)(����������)


(47)

X = Rata-rata koefisien reliabelitas antar juri16

Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori menggunakan rumus sebagai berikut:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah Populasi

Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian tentang pemberitaan eksekusi mati Mary Jane pada Tempo.co dan waktu penelitian dimulai dari bulan Maret-Mei 2015. Peneliti mengambil pada kurun waktu ini karena pemberitaan mengenai eksekusi mati Mary Jane mulai diberitakan pada awal bulan Maret hingga bulan Mei 2015.

Teknis Penulisan

Untuk keperluan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta, Ceqda, 2007).

16Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group,

2010), h. 235

=


(48)

H. Analisis Isi

1. Definisi Analisis Isi

Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisi isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan relevan, secara sosiologis, uraian, dan analisisnya dapat menggunakan tata cara pengukuran kualitatif dan kuantitatif ataupun kedua-duanya.17

Barelson dalam Soejono Adburahman mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian ini adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen. Holsti memberikan definisi yang agak lain dan menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.18

Menurut Budd (1967), analisis isi adalah sebuah teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.19

17Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat Penelitian

Universitas Terbuka, 2001), h. 32.

18Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta Ringka Cipta, 2005), h.

13-14.

19Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group,


(49)

Berelson (1952) mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang objektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) analisis isi yaitu analisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variable.20

Penggunaan analisis isi dilakukan jika ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan dan sebagainya.21

Dalam hal teknik penyajian data, analisis isi terbagi menjadi dua, yaitu analisis isi kuantitatif dan analisis isi kualitatif. Analisis isi kuantitatif secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi. Analisis isi kuantitatif ini ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.22

Prinsip analisis isi berdasarkan definisi di atas: a. Prinsisp Sistematik

Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan

20Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI, 2004),

hl. 164 dan 171.

21Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, h. 68

22Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan


(50)

perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

b. Prinsip Objektif

Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda.

c. Prinsip Kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

d. Prinsip Isi yang Nyata

Hal yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan peneliti. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun, semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.23 2. Tahapan dan Kegunaan Analisis Isi

a. Tahapan Analisis Isi

Menurut Eriyanto, ada beberapa tahapan dalam analisi isi, yaitu:24 i. Merumuskan tujuan analisis

ii. Konseptualisasi dan operasionalisasi iii. Lembar koding (coding sheet) iv. Populasi dan sampel

23Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset komunikasi, h. 233

24Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan


(51)

v. Pelatihan koder dan pengujian validitas reliabelitas vi. Proses koding

vii. Penghitungan reliabelitas final viii. Input data dan analisis

b. Kegunaan Analisis Isi

Kegunaan analisis isi terdapat tiga aspek. Pertama, analisis isi ditempatkan sebagai metode utama. Kedua, analisis isi dipakai sebagai salah satu metode saja dalam penelitian. Ketiga, analisis isi dipakai sebagai bahan pembanding untuk menguji kesahihan dari kesimpulan yang telah didapat dari metode lain.25

I. Populasi Penelitian

Dalam metode penelitian, kata populasi sangat popular. Digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa menusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.26

Dalam penelitian ini, penulis mengambil seluruh populasi sebagai sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan berita yang terkait mengenai kasus eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso yang diberitakan oleh porta berita Tempo.co sejak bulan Maret hingga Mei 2015 dengan jumlah berita 111 judul pemberitaan.

25EriyantoAnalisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan

Ilmu-Ilmu sosial Lainnya, h. 32.


(52)

J. Uji Reliabelitas

Untuk memeperoleh reliabelitas dan validitas kategori isu dalam konten pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso diadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dan orang yang dipandang kredibel dan mampu memberikan penelitian secara objektif. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reliabelitas.

Kategori yang terdapat pada pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso di Tempo.co adalah kategori isu pemberitaan dan kategori bentuk pemberitaan. Untuk kategori isu pemberitaan, terdapat kategori sosial, hukum, dan politik, dengan masing-masing memiliki tiga sub kategori. Sedangkan untuk kategori bentuk pemberitaan, terdapat kategori favorable, unfavorable, dan netral. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.

Tabel 1

Kategori Isu Pemeberitaan Eksekusi Mati Mary Jane di Tempo.co

No Kategori Isu

Pemberitaan Sub Kategori Isu

1. Sosial

I. Keadaan dan riwayat hidup Mary Jane.

II. Hubungan Mary Jane dengan keluarga.

III. Hubungan Mary Jane dengan lingkungan LP

2. Hukum

I. Penegakkan hukum narkotika oleh pemerintah Indonesia.

II. Upaya hukum oleh pihak Mary Jane. III. Keputusan hukum yang diberikan

kepada Mary Jane.

3. Politik

I. Perlobian oleh pihak Filipina kepada Indonesia.

II. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Filipina.

III. Keputusan Presiden Indonesia terhadap hukuman untuk Mary Jane.


(53)

Tabel 2

Kategori Bentuk Pemberitaan Eksekusi Mati Mary Jane Fiesta Veloso di

Tempo.co

No Kategori Bentuk Pemberitaan

1. Favorable

2. Unfavorable

3. Netral

Pada penelitian selama 3 bulan, portal berita Tempo.co telah memberitakan isu eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso sebanyak 111 berita dan 649 paragraf. Ada 100 paragraf dan 35 berita yang dimasukan ke dalam lembar koding untuk diujikan kepada para juri atau koder. Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada isu pemberitaan eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso di Tempo.co.

Tabel 3

Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Sosial, Hukum, Politik, Favorable, Unfavorable, dan Netral

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2 100 89 11 0.89

Juri ke 1 dan 3 100 89 11 0.89

Juri ke 2 dan 3 100 85 15 0.85

�������������������� = 3(0,88)

1 + (3−1)(0,88)= 0,95

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,89 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,89 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar


(54)

kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,85 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,95. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori tersebut, kategori sosial, hukum, politik, favorable, unfavorable, dan netral dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 4

Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Sosial

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2 22 18 4 0,82

Juri ke 1 dan 3 22 20 2 0,91

Juri ke 2 dan 3 22 20 2 0,91

�������������������� = 3(0,88)

1 + (3−1)(0,88)= 0,95

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,82 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,91 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,91 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori


(55)

yang dibuat yaitu sebesar 0,95. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori tersebut, kategori sosial, dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 5

Koefisien Reliabelitas kesepakatan Kategori Hukum

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2 33 30 3 0,90

Juri ke 1 dan 3 33 26 7 0,78

Juri ke 2 dan 3 33 25 8 0,75

�������������������� = 3(0,81)

1 + (3−1)(0,81)= 0,93

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,90 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,78 (menunjukkan kesepakatan yang baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,75 (menunjukkan kesepakatan yang baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,93. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori, kategori hukum, dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.


(56)

Tabel 6

Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Politik

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2 11 10 1 0,90

Juri ke 1 dan 3 11 9 2 0,82

Juri ke 2 dan 3 11 9 2 0,82

�������������������� = 3(0,85)

1 + (3−1)(0,85)= 0,94

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,90 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,82 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,82 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,94. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori tersebut, kategori politik, dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 7

Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Favorable

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2

5 3 2 0,60

Juri ke 1 dan 3


(57)

Juru ke 2 dan 3

5 4 1 0,80

�������������������� = 3(0,8)

1 + (3−1)(0,8)= 0,92

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,60 (hal ini menunjukan kesepakatan yang cukup baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 1 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,80 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,92. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori tersebut, kategori favorable, dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 8

Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Unfavorable

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2 17 15 2 0,88

Juri ke 1 dan 3 17 14 3 0,82

Juri ke 2 dan 3 17 15 2 0,88

�������������������� = 3(0,86)


(58)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,88 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,82 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,88 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,95. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori tersebut, kategori social, hukum, politik, favorable, unfavorable, dan netral dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 9

Koefisien Reliabelitas Kesepakatan Kategori Netral

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Juri ke 1 dan 2

12 11 1 0,92

Juri ke 1 dan 3

12 10 2 0,83

Juri ke 2 dan 3

12 10 2 0,83

�������������������� = 3(0,86)

1 + (3−1)(0,86)= 0,95

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,92 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,83 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar


(59)

kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,83 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,95. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori tersebut, kategori sosial, hukum, politik, favorable, unfavorable, dan netral dapat dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.


(1)

NO TANGGAL JUDUL BERITA

1 06 Maret 20015 Terpidana Mati Narkoba Mary Jane Gemar Merajut 2 06 Maret 20015 Terpidana Mati Mary Jane Punya Ayah Angkat di LP 3 06 Maret 20015 Grasi Ditolak, Mary Jane Belum Ke Nusa Kambangan

4 09 Maret 2015 Curhat Terpidana Mati Asal Filipina Sebelum Ke Nusakambangan 5 10 Maret 2015 Kenang-kenangan Dari Terpidana Mati Mary Jane

6 10 Maret 2015 Terpidana Mati Mary Jane Bikin 10 Kupluk 1 Bulan 7 10 Maret 2015 Simpati Mengalir Untuk Mary Jane

8 10 Maret 2015 Pengusaha Asal Solo Sumbang Pengacara bagi Terpidana Mati 9 11 Maret 2015 Putusan PK Mary Jane Maksimal Tiga Bulan

10 11 Maret 2015 Pengacara: Filipina Yakin Mary Jane Bebas Dari Eksekusi Mati 11 12 Maret 2015 Catatan Untuk Terpidana Mati Mary Jane

12 12 Maret 2015 Cerita Teman Satu Sel Terpidana Mati Mary Jane 13 13 Maret 2015 Terpidana Mati Mary Jane Risi Dibesuk Orang Asing 14 24 Maret 2015 Hakim Sidang PK Terpidana Mati Mary Jane Dibentuk 15 25 Maret 2015 Terpidana Mati Mary Jane Dikunjungi Menlu Filipina 16 26 Maret 2015 MA Tolak PK Terpidana Mati Mary Jane

17 30 Maret 2015 PK Ditolak, Mary Jane Sempat Shock

18 01 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Segera Dipindahkan ke Nusakambangan 19 08 April 2015 Keluarga Terpidana Mati Mary Jane Berdemo di KBRI Manila 20 14 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Ajukan Peninjauan Kembali Kedua 21 14 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Senang Besarnya Dukungan di Indonesia 22 18 April 2015 Curhat Mary Jane Dari Buruh di Saudi, Hingga Eksekusi Mati 23 21 April 2015 Rayakan Hari Kartini, Mary Jane Ikut Lomba Kebaya Di Penjara 24 24 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Dipindahkan ke Nusakambangan 25 24 April 2015 Pemindahan Terpidana Mati Mary Jane Dikawal Ketat Brimob 26 24 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Dikunjungi Dua Anaknya

27 24 April 2015 10 Terpidana Mati Sudh di Nusakambangan

28 24 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Akan Dikunjungi Dua Anaknya 29 25 April 2015 Terpidana Mati Mary Jane Kembali Ajukan PK

30 25 April 2015 Sahabat Terpidana Mati Mary Jane Galang Dana

31 25 April 2015 Bertemu Keleuarga, Mary Jane Peluk Ayah dan 2 Anaknya 32 25 April 2015 Imbauan ke Jokowi, Batalkan Hukuman Mati Mary Jane 33 26 April 2015 Temuan Komnas Perempuan Tentang Mary Jane

34 26 April 2015 Terpidana Narkoba, Wulandari Lebih Beruntung Dari Mary Jane 35 26 April 2015 Penerjemah Terpidana Mati Mary Jane Mahasiswa Bahasa 36 26 April 2015 Penjagaan Dermaga Nusakambangan Diperketat

37 27 April 2015 Di Nusakambangan, Mary Jane Berdoa Empat Kali Sehari 38 27 April 2015 Pengacara Mary Jane Minta Jaksa Tunda Eksekusi

39 27 April 2015 Beberapa Alasan Mary Jane Tidak Pantas Dihukum Mati 40 27 April 2015 Jokowi Dilobi Presiden Filipina Agar Ampuni Mary Jane DAFTAR BERITA EKSEKUSI MATI MARY JANE DI TEMPO.CO


(2)

NO TANGGAL JUDUL BERITA

41 27 April 2015 Dilobi Presiden Filipina, Jokowi Putuskan Mary Jane Sore Ini 42 27 April 2015 Eksekusi Mary Jane, Jokowi Rapat Dengan Jaksa Agung 43 27 April 2015 PK Ditolak, Pengacara: Nyawa Mary Jane di Tangan Jokowi 44 27 April 2015 Peninjauan Kembali Kedua Mary Jane Ditolak

45 27 April 2015 Nelangsa Mary Jane, Bayar Motor untuk Jadi TKW di Malaysia 46 28 April 2015 PK Kedua Mary Jane Berdasar Investigasi Badan Narkotik Filipina 47 28 April 2015 Perjuangan Mary Jane Lolos Dari Hukuman Mati

48 28 April 2015 Perekrut Mary Jane Menyerahkan Diri di Filipina 49 28 April 2015 Mary Jane Hanya Korban, Kemenlu Diam di Tempat 50 28 April 2015 Presiden Filipina Sedih Jokowi Tetap Eksekusi Mary Jane 51 28 April 2015 Perekrut Mary Jane Muncul, Pengacara: Terserah Jokowi 52 28 April 2015 Perekrut Mary Jane Menyerah, Istana: Hukuman Bisa Berubah 53 28 April 2015 Perekrut Ditahan Polisis, Mary Jane Belum Tahu

54 28 April 2015 LSM Hak Anak Asia Tenggara Mohon Mary Jane Tak Dieksekusi 55 28 April 2015 Menteri Tedjo: Eksekusi Mary Jane Jangan dipolitisasi

56 28 April 2015 Perekrut Mary Jane Menyerah, Pengacara: Tunda Eksekusi 57 28 April 2015 Kasus Mary Jane, Jaksa Agung: Eksekusi Sesuai Jadwal 58 28 April 2015 Perekrut Mary Jane Jalanai Pemeriksaan Awal Pada 8 Mei 59 28 April 2015 Guru Besar Hukum Ini Dukung Eksekusi Mary Jane 60 28 April 2015 Menteri Filipina Berkirim Surat ke Jaksa Agung, Kenapa? 61 28 April 2015 Keluarga Mary Jane Gelar Doa Bersama di Hotel

62 28 April 2015 #SaveMaryJaneVeloso Jadi Trending Topic, Jokowi Jadi Sasaran 63 28 April 2015 Petisi Tolak Eksekusi Mati Mary Jane Raih 160 Ribu Dukungan 64 28 April 2015 Komnas Perempuan Minta Jokowi Tunda Eksekusi Mary Jane 65 29 April 2015 Mary Jane Selamat Dari Eksekusi Mati

66 29 April 2015 Mary Jane dan Iringan Mobil Untuk Kamuflase 67 29 April 2015 Karena Perekrutnya Kristin, Mary Jane pun Selamat

68 29 April 2015 Eksekusi Mary Jane ditunda Sampai Kasus di Filipina Selesai 69 29 April 2015 Lolosnya Mary Jane dar eksekusi Mati Diputuskan Pekan Lalu? 70 29 April 2015 Sekelumit Kisah antara Mary Jane dan Kristina Sergio

71 29 April 2015 Mary Jane Dipindahkan ke Yogyakarta

72 29 April 2015 Jenazah 8 Terpidana Mati Narkoba Keluar dari Nusakambangan 73 29 April 2015 Kasus Mary Jane: Hukum Indonesia Dinilai Lemah

74 29 April 2015 Kisah Mary Jane Dijebak untuk Berlibur ke Indonesia 75 29 April 2015 Ibu Mary Jane: Keajaiban di Menit Terakhir Eksekusi Mati 76 29 April 2015 Di Balik Keputusan Jokowi Soal Mary Jane, Ini Penjelasan Istana 77 29 April 2015 Mary Jane Kembali Ke LP Wirogunan

78 29 April 2015 Tunda Eksekusi Mary Jane, Jokowi Bantah Dilobi Aquino 79 29 April 2015 Kapan Eksekusi Mary Jane? Ini Kata Menteri Tedjo 80 29 April 2015 Temui Jokowi, Anis Hidayah Bicarakan Mary Jane 81 30 April 2015 Soal Eksekusi Mary Jane, Tantowi: Pemerintah Jangan… 82 30 April 2015 Pengamat: Nasib Mary Jane di Tangan Presiden

83 30 April 2015 Pengacara Mary Jane Kaji Upaya Hukum Lanjutan 84 30 April 2015 Bagaimana Mary Jane Lolos Dari jerat eksekusi?

85 30 April 2015 Kata Pengamat: Upaya Hukum Mary Jane Sudah Habis, Lalu? 86 30 April 2015 Lobi 'Gila-gilaan' Presiden Aquino Selamatkan Mary Jane 87 30 April 2015 Jika Mary Jane Beraksi, Penyidik Filipina Harus Ke Indonesia 88 30 April 2015 Mary Jane Dikunjungi Dua Anaknya


(3)

NO TANGGAL JUDUL BERITA

89 30 April 2015 Yusril: Mary Jane Bisa Dihukum di Filipina, Asal..

90 30 April 2015 Ceroboh Beritakan Mary Jane, Media Filipina Tuai Ejekan 91 30 April 2015 Air Mata Mary Jane Pada Menit Akhir Eksekusi

92 30 April 2015 JK Berharap Kasusu Hukum Perekrut Mary Jane Cepat Selelsai 93 30 April 2015 Jususf Kalla: Mary Jane Tidak Bisa Dihukum di Filipina

94 30 April 2015 JK Bantah Penundaan Eksekusi Mary Jane di Menit Terakhir 95 30 April 2015 Mary Jane Ternyata Diperiksa Tanpa Pengacara, Bagir Manan: Itu 96 1 Mei 2015 Aquino Ucapkan Terima Kasih pada Jokowi

97 1 Mei 2015 Kisah Tiga Wanita yang Selamatkan Mary Jane

98 2 Mei 2015 Mary Jane, Happy Birthday, dan Mukjizat Kelahiran Kembali 99 4 Mei 2015 Demi Anak, Ini Pesan Eks Suami Perekrut Mary Jane

100 5 Mei 2015 Pemeriksaan Mary Jane Mungkin Melalui Video Conference 101 5 Mei 2015 Mary Jane Bersedia Diperiksa Soal Trafficking

102 12 Mei 2015 Pemeriksaan dan Eksekusi Mary Jane Tertunda Sampai Ramadhan? 103 18 Mei 2015 MA Buka Peluang Peninjauan Kembali Mary Jane

104 19 Mei 2015 Pengacara Mary Jane Siapkan Pk

105 22 Mei 2015 Filipina Akan Periksa Mary Jane Lewat Videoconference 106 22 Mei 2015 Kedubes Filipina Beri Jadwal Pemeriksaan Awal Mary Jane 107 24 Mei 2015 Peluang Hidup Terpidana Mati di Tangan Jokowi

108 24 Mei 2015 Diperiksa Senin, Mary Jane Tunggu Surat Dubes 109 24 Mei 2015 Filipina Salah Alamat Kirim Surat Soal Mary Jane 110 24 Mei 2015 Mungkinkah Mary Jane Lolos dari Peluru Regu Tembak? 111 24 Mei 2015 Mana Lebih Tepat Buat Marry Jane, Grasi Lagi atau PK?


(4)

(5)

(6)